Fenomena Ikan Mabuk di Sungai Cisadane, Antara Mitos dan Penjelasan Ilmiah
loading...
A
A
A
TANGERANG - Fenomena ikan mabuk di Sungai Cisadane , Kota Tangerang, ternyata memiliki mitos. Bagi masyarakat sekitar, ikan mabuk menandakan adanya korban meninggal tenggelam di Sungai Cisadane.
Baca juga: Polisi Periksa Izin Industri Pembuang Limbah Merah ke Sungai Cisadane
Pegiat lingkungan dari Banksasuci Foundation, Ade Yunus mengatakan, fenomena ikan mabuk di Sungai Cisadane sering kali terjadi. Yang terakhir, terjadi pada Selasa 12 Oktober 2021.
Saat itu, ratusan ikan mabuk dan menjadi rebutan warga yang berada di bantaran kali. Tanpa perlu bersusah payah memancing atau menjala, warga tinggal menangkap ikan yang hanyut terbawa arus Sungai Cisadane.
"Kalau secara mitos warga setempat, setiap kali ada yang meninggal di Sungai Cisadane, biasanya keesokan harinya ikan pada mabuk," kata Ade, kepada SINDOnews, di bantaran Cisadane, Kamis (14/10/2021).
Saat itu, memang ditemukan mayat laki-laki di Sungai Cisadane. Dari keterangan yang berhasil didapat, diketahui pria itu bernama Rudi (22), warga Pasar Lama, Sukasari, Kota Tangerang. Sehari-hari, Rudi bekerja jadi manusia silver.
Mayat manusia silver itu ditemukan mengambang oleh warga sekitar yang sedang mencuci pakaian di Sungai Cisadane.
"Kebetulan kemaren itu ada yang meninggal manusia silver di Sungai Cisadane. Tetapi secara pengamatan arus, setiap ada air kiriman dari hulu, ikan terlihat tergulung-gulung oleh ombak dan terbentur sampah dan bebatuan," tambahnya.
Tetapi, secara ilmiah fenomena ikan mabok diduga akibat dampak dari turunnya PH atau kadar asam air sungai yang disebabkan oleh sejumlah sampah yang terdapat kandungan zat kimia, serta dugaan dampak limbah B3.
"Ya, karena ada limbah B3 yang sengaja dibuang ke Sungai Cisadane. Biasanya, limbah B3 itu mereka buang pada saat malam hari, hujan dan aliran air deras agar kamuflase dan tidak terlalu nampak," sambungnya.
Menurutnya, faktor ilmiah inilah yang paling mungkin menjelaskan fenomena ikan mabuk di Sungai Cisadane, selain mitos yang berkembang di masyarakat dan peristiwa kebetulan penemuan mayat manusia silver.
"Dampak pencemaran limbah ke sungai adalah ikan dan biota air akan mati. Hal ini disebabkan oleh kadar BOD dan COD yang masih tinggi, sehingga partikel limbah akan mengikat sumber oksigen yang ada pada sungai," jelasnya.
Dengan kadar BOD dan COD yang masih tinggi, ikan dan biota air lainnya akan mengalami hambatan dalam mengambil oksigen pada air dan berujung pada kematian. Kemudian, karena adanya limbah cair yang dibuang ke sungai.
"Limbah cair yang masuk ke dalam sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, dapat mencemari air. Material kasar pada limbah akan menyebar ke penjuru sungai, menyebarkan bakteri dan virus yang berbahaya," paparnya.
Hal ini juga yang membuat air sungai menjadi bau menyengat dan busuk. Bau ini menjadi pencemaran udara bagi warga yang tinggal di bantaran sungai, serta berbahaya bagi manusia karena mengandung banyak gas metana.
Lihat Juga: Mengenal Sungai Cisadane, Lokasi yang Dipilih untuk Uji Coba Kapal Neon Moon II Coldplay
Baca juga: Polisi Periksa Izin Industri Pembuang Limbah Merah ke Sungai Cisadane
Pegiat lingkungan dari Banksasuci Foundation, Ade Yunus mengatakan, fenomena ikan mabuk di Sungai Cisadane sering kali terjadi. Yang terakhir, terjadi pada Selasa 12 Oktober 2021.
Saat itu, ratusan ikan mabuk dan menjadi rebutan warga yang berada di bantaran kali. Tanpa perlu bersusah payah memancing atau menjala, warga tinggal menangkap ikan yang hanyut terbawa arus Sungai Cisadane.
"Kalau secara mitos warga setempat, setiap kali ada yang meninggal di Sungai Cisadane, biasanya keesokan harinya ikan pada mabuk," kata Ade, kepada SINDOnews, di bantaran Cisadane, Kamis (14/10/2021).
Saat itu, memang ditemukan mayat laki-laki di Sungai Cisadane. Dari keterangan yang berhasil didapat, diketahui pria itu bernama Rudi (22), warga Pasar Lama, Sukasari, Kota Tangerang. Sehari-hari, Rudi bekerja jadi manusia silver.
Mayat manusia silver itu ditemukan mengambang oleh warga sekitar yang sedang mencuci pakaian di Sungai Cisadane.
"Kebetulan kemaren itu ada yang meninggal manusia silver di Sungai Cisadane. Tetapi secara pengamatan arus, setiap ada air kiriman dari hulu, ikan terlihat tergulung-gulung oleh ombak dan terbentur sampah dan bebatuan," tambahnya.
Tetapi, secara ilmiah fenomena ikan mabok diduga akibat dampak dari turunnya PH atau kadar asam air sungai yang disebabkan oleh sejumlah sampah yang terdapat kandungan zat kimia, serta dugaan dampak limbah B3.
"Ya, karena ada limbah B3 yang sengaja dibuang ke Sungai Cisadane. Biasanya, limbah B3 itu mereka buang pada saat malam hari, hujan dan aliran air deras agar kamuflase dan tidak terlalu nampak," sambungnya.
Menurutnya, faktor ilmiah inilah yang paling mungkin menjelaskan fenomena ikan mabuk di Sungai Cisadane, selain mitos yang berkembang di masyarakat dan peristiwa kebetulan penemuan mayat manusia silver.
"Dampak pencemaran limbah ke sungai adalah ikan dan biota air akan mati. Hal ini disebabkan oleh kadar BOD dan COD yang masih tinggi, sehingga partikel limbah akan mengikat sumber oksigen yang ada pada sungai," jelasnya.
Dengan kadar BOD dan COD yang masih tinggi, ikan dan biota air lainnya akan mengalami hambatan dalam mengambil oksigen pada air dan berujung pada kematian. Kemudian, karena adanya limbah cair yang dibuang ke sungai.
"Limbah cair yang masuk ke dalam sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, dapat mencemari air. Material kasar pada limbah akan menyebar ke penjuru sungai, menyebarkan bakteri dan virus yang berbahaya," paparnya.
Hal ini juga yang membuat air sungai menjadi bau menyengat dan busuk. Bau ini menjadi pencemaran udara bagi warga yang tinggal di bantaran sungai, serta berbahaya bagi manusia karena mengandung banyak gas metana.
Lihat Juga: Mengenal Sungai Cisadane, Lokasi yang Dipilih untuk Uji Coba Kapal Neon Moon II Coldplay
(maf)