Begini Nasib Slamet, Masinis Tragedi Bintaro yang Memilukan 34 Tahun Lalu

Minggu, 19 September 2021 - 15:27 WIB
loading...
A A A
Slamet pun melajukan keretanya dari Serpong dan tiba di Stasiun Sudimara pada pukul 06.45 WIB. Namun, ternyata memang penuh dengan KA. Maka, Kepala Stasiun Sudimara lantas melansir perintah kepada Slamet masuk jalur 1 (jalur lurus/lacu) dengan posisi di Stasiun Sudimara.
Begini Nasib Slamet, Masinis Tragedi Bintaro yang Memilukan 34 Tahun Lalu

Tragedi Bintaro. Foto: DKI1.com

Saat akan dilansir, Slamet ternyata tidak dapat melihat semboyan yang diberikan karena penuhnya lokomotif pada saat itu. Kemudian, Slamet bertanya kepada penumpang yang berada di lokomotif. "Berangkat?" penumpang menjawab "Berangkat !!". Sang masinis pun membunyikan Semboyan 35 dan berjalan.

Juru lansir yang kaget kemudian mengejar kereta itu dan naik di gerbong paling belakang. Para petugas stasiun kaget. Beberapa ada yang mengejar kereta itu menggunakan sepeda motor.

PPKA Sudimara Djamhari mencoba memberhentikan kereta dengan menggerak-gerakkan sinyal, namun tidak berhasil. Dia pun langsung mengejar kereta itu dengan mengibarkan bendera merah, namun sia-sia.

Djamhari pun kembali ke stasiun dengan sedih. Dia membunyikan semboyan genta darurat kepada penjaga perlintasan Pondok Betung. Tetapi, kereta tetap melaju. Setelah diketahui, ternyata penjaga perlintasan Pondok Betung tidak hafal semboyan genta.

KA 225 berjalan dengan kecepatan 25km/jam karena baru melewati perlintasan, sedangkan KA 220 berjalan dengan kecepatan 30km/jam.

Dua kereta api yang sama-sama sarat penumpang itu akhirnya bertabrakan di tikungan S ± Km 18.75. Kedua kereta hancur, terguling dan ringsek. Kedua lokomotif dengan seri BB 30316 dan BB 30616 rusak berat.

Benturan dua kereta itu terlihat dahsyat. Pasalnya, hingga gerbong pertama persis di belakang lokomotif di kedua kereta langsung menyelimuti masing-masing lokomotifnya.

Efek teleskopik ini menewaskan banyak penumpang dan mereka yang bernasib malang langsung “tergiling” oleh putaran kipas radiator lokomotif. Jumlah korban jiwa 156 orang dan ratusan penumpang lainnya luka-luka. Sesaat setelah tabrakan, tempat itu dipenuhi oleh tangisan, erangan, serta bau darah dari dalam rongsokan kereta.

Tragedi Bintaro 1987 memang sangat memilukan. Tak heran bila kemudian musisi kenamaan Indonesia, Iwan Fals membuat sebuah lagu untuk mengenang peristiwa tersebut.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0838 seconds (0.1#10.140)