Kenapa Tangerang Banyak Lapas? Begini Cerita dan Sejarahnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebakaran Lapas Tangerang membuat banyak orang bertanya, itu lapas mana yang terbakar. Ternyata di Tangerang banyak lembaga pemasyarakatan ( lapas ), salah satunya Lapas Kelas 1 Tangerang yang kebakaran.
Lapas-lapas lainnya yakni Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang, Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang, Lapas Anak Perempuan Kelas IIB Tangerang, dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang. Semua penjara itu berada di bawah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
Baca juga: Saksikan 44 Rekannya Tewas Terbakar, Warga Binaan Lapas Tangerang Jalani Pemulihan Trauma
Mau tahu sejarah banyaknya lapas di Tangerang? Dikutip dari poestahadepok.blogspot.com, Sabtu (11/9/2021), penjara di Tangerang sudah ada pada tahun 1824. Ini sehubungan dengan pembangunan kantor polisi Tangerang di Tanah Tinggi. Saat itu Afdeeling (Kabupaten) Tangerang masih dipimpin oleh seorang Schout. Fungsi Schout saat itu lebih banyak bertugas dalam urusan keamanan daripada menjalankan fungsi pemerintahan. Penjara adalah salah satu sarana bagi Schout Tangerang. Schout sendiri diadopsi oleh orang Belanda dari Prancis, di Amerika disebut Sherif.
Dalam perkembangannya, di Tangerang tidak hanya penjara bagi umum (gevangenis), tapi juga kemudian diadakan penjara bagi pria (mannengevangenis) dan juga penjara khusus bagi wanita (vrouwengevangenis) serta penjara anak-anak (jeugdgevangenis).
Schout Tangerang Membangun Penjara
Pada 1799, VOC dibubarkan dan kemudian diakuisisi oleh Kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Pada era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811), pemerintah membentuk pemerintahan di Afdeeling Tangerang dengan mengangkat Schout.
Schout pertama diangkat tahun 1810. Schout ini berkantor di Tanah Tinggi. Tidak lama kemudian, Pemerintah Hindia Belanda digantikan oleh Inggris (1811-1816).
Meski Tangerang sudah menjadi kota, karena ada pasar dan sejak era VOC sudah ada benteng, tetapi tidak serta merta pemerintah dapat mendirikan bangunan di Tangerang. Kota Tangerang masih dimiliki oleh swasta yang dalam hal ini dimiliki oleh tuan tanah (landheer) land Tangerang. Penempatan kantor pemerintah (Schout) di Tanah Tinggi boleh jadi karena berada di tengah. Karenanya, ibu kota Afdeeling Tangerang kali pertama berada di Tanah Tinggi.
Saat itu, batas Residentie Batavia baru sebatas sungai Tjisadane (Kota Tangerang). Residen Batavia dibantu oleh seorang Asisten Residen yang disebut Asisten Residen Ommelanden Batavia (yang terdiri dari Afdeeling Meester Cornelis, Afdeeling Tangerang dan Afdeeling Bekasi). Di Afdeeling Tangerang ditempatkan seorang Schout bernama JF Carels.
Baca juga: Kebakaran Lapas Tangerang Naik ke Penyidikan, Polisi Cari Tersangka
Setelah Pemerintah Hindia Belanda berkuasa kembali, pemerintahan di Afdeeling Tangerang dilanjutkan. Pemerintah membeli land Tangerang dan menjadikannya sebagai ibu kota pemerintah. Kota Tangerang menjadi milik pemerintah. Namun baru pada tahun 1820 pemerintahan di Afdeeling Tangerang dipindahkan ke Kota Tangerang. Wilayah Afdeeling Tangerang juga telah diperluas hingga ke batas sungai Tjikande (sungai Tjidoerian).
Lapas-lapas lainnya yakni Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang, Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang, Lapas Anak Perempuan Kelas IIB Tangerang, dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tangerang. Semua penjara itu berada di bawah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
Baca juga: Saksikan 44 Rekannya Tewas Terbakar, Warga Binaan Lapas Tangerang Jalani Pemulihan Trauma
Mau tahu sejarah banyaknya lapas di Tangerang? Dikutip dari poestahadepok.blogspot.com, Sabtu (11/9/2021), penjara di Tangerang sudah ada pada tahun 1824. Ini sehubungan dengan pembangunan kantor polisi Tangerang di Tanah Tinggi. Saat itu Afdeeling (Kabupaten) Tangerang masih dipimpin oleh seorang Schout. Fungsi Schout saat itu lebih banyak bertugas dalam urusan keamanan daripada menjalankan fungsi pemerintahan. Penjara adalah salah satu sarana bagi Schout Tangerang. Schout sendiri diadopsi oleh orang Belanda dari Prancis, di Amerika disebut Sherif.
Dalam perkembangannya, di Tangerang tidak hanya penjara bagi umum (gevangenis), tapi juga kemudian diadakan penjara bagi pria (mannengevangenis) dan juga penjara khusus bagi wanita (vrouwengevangenis) serta penjara anak-anak (jeugdgevangenis).
Schout Tangerang Membangun Penjara
Pada 1799, VOC dibubarkan dan kemudian diakuisisi oleh Kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Pada era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811), pemerintah membentuk pemerintahan di Afdeeling Tangerang dengan mengangkat Schout.
Schout pertama diangkat tahun 1810. Schout ini berkantor di Tanah Tinggi. Tidak lama kemudian, Pemerintah Hindia Belanda digantikan oleh Inggris (1811-1816).
Meski Tangerang sudah menjadi kota, karena ada pasar dan sejak era VOC sudah ada benteng, tetapi tidak serta merta pemerintah dapat mendirikan bangunan di Tangerang. Kota Tangerang masih dimiliki oleh swasta yang dalam hal ini dimiliki oleh tuan tanah (landheer) land Tangerang. Penempatan kantor pemerintah (Schout) di Tanah Tinggi boleh jadi karena berada di tengah. Karenanya, ibu kota Afdeeling Tangerang kali pertama berada di Tanah Tinggi.
Saat itu, batas Residentie Batavia baru sebatas sungai Tjisadane (Kota Tangerang). Residen Batavia dibantu oleh seorang Asisten Residen yang disebut Asisten Residen Ommelanden Batavia (yang terdiri dari Afdeeling Meester Cornelis, Afdeeling Tangerang dan Afdeeling Bekasi). Di Afdeeling Tangerang ditempatkan seorang Schout bernama JF Carels.
Baca juga: Kebakaran Lapas Tangerang Naik ke Penyidikan, Polisi Cari Tersangka
Setelah Pemerintah Hindia Belanda berkuasa kembali, pemerintahan di Afdeeling Tangerang dilanjutkan. Pemerintah membeli land Tangerang dan menjadikannya sebagai ibu kota pemerintah. Kota Tangerang menjadi milik pemerintah. Namun baru pada tahun 1820 pemerintahan di Afdeeling Tangerang dipindahkan ke Kota Tangerang. Wilayah Afdeeling Tangerang juga telah diperluas hingga ke batas sungai Tjikande (sungai Tjidoerian).