40 Warga Kota Bogor yang Sedang Isolasi Mandiri di Rumah Meninggal Dunia, Ini Sebabnya

Senin, 12 Juli 2021 - 20:39 WIB
loading...
40 Warga Kota Bogor yang Sedang Isolasi Mandiri di Rumah Meninggal Dunia, Ini Sebabnya
Foto: Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
BOGOR - Sebanyak 40 pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah meninggal dunia selama Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kota Bogor. Tercatat, rekor pasien isolasi mandiri yang meninggal dunia mencapai 11 orang pada Minggu 11 Juli 2021.


"Total yang dikebumikan karena covid-19 (pasien isolasi mandiri) ada 40 orang. Kemarin, mencapai rekor 11 orang (meninggal dunia) dalam sehari dari tim posko pemulasaran," ujar Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim kepada wartawan, Senin (12/7/2021).

Dedie menyebut, pada umumnya kondisi pasien itu hanya bergejala ringan sehingga melakukan isolasi mandiri. Tetapi, kemungkinan mereka mengalami penurunan drastis, terutama pada saturasi oksigen.

"Tentu awalnya gejala ringan tetapi lambat laun penurunan saturasi ini menjadi sangat cepat. Tadinya yang standarnya kan 90, bisa tiba-tiba turun ke 60. Nah pada saat di bawah 90 ini kan sudah pada posisi kedaruratan," ungkapnya.

Hal itu ditambah dengan ketersediaan tempat tidur rumah sakit di Kota Bogor yang sudah penuh. Sehingga, mereka yang kondisinya mendadak buruk, kesulitan mendapat tempat tidur di rumah sakit.



"Akan tetapi tentu permasalahan yang kedua adalah ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. Rumah sakit kita full, ICU kita full, IICU kita full, ruang rawat pun full. Kemudian RSUD bisa ditambah sampai dengan 370 bed akan tetapi kalau melihat realitas yang ada hanya bisa menampung 242 pasien saja, kenapa?. Tidak bisa kita tambah bednya karena ketiadaan oksigen dan ketiadaan tenaga kesehatan. Ya itu yang menjadi masalah," jelas Dedie.

Kemudian, minimnya petugas pemantau pasien yang isolasi mandiri juga menjadi kendala tersendiri. Pasalnya, jumlah pasien Covid-19 di Kota Bogor yang melakuka isolasi mandiri mencapai sekitar 6.000 orang, tidak sebanding dengan ketersediaan petugas.

"Sekarang yang aktif sakit itu tersebar di 6 kecamatan, jumlahnya lebih dari 6.000 orang. Bayangkan, memantau 6.000 dengan titik-titik sebaran yang sangat luas tentu juga teman-teman Puskesmas yang total di Kota Bogor itu ada 25 mengalami kesulitan. Ditambah ada 2 puskesmas yang saat ini dalam posisi tutup sementara karena ada petugas yang meninggal dunia dan terpapar. Jadi kekuatan kita menangani isolasi mandiri itu juga berkurang ditambah seluruh Kota Bogor ada lebih dari 440 tenaga kesehatan yang terpapar," bebernya.

Sementara itu, Ketua Koordinator Pemulasaran Jenazah Covid-19 Kota Bogor Rino Indira Gusniawan mengatakan bahwa jumlah lahan pemakaman untuk covid-19 masih cukup. Hanya saja terkendala terkait kecepatan untuk menggali lubang makam.

"Hari ini kondisinya kalau lahan cukup, cuma kecepatan membuat lubang yang sekarang menjadi masalah. Kalau dulu kami membuat lubang satu hari 10, jadi kalau sudah terpakai kita bisa buat lagi. Tapi kalau sekarang sudah tidak bisa terkejar karena ritme kerja kita yang sekarang tinggi. Jadi sekarang kami membutuhkan alat. Kalau di Situ Gede kita sudah pakai beko untuk menggali liang lahatnya, jadi kami optimalisasikan semuanya, infrastruktur, SDM, semua untuk memperlancar pemakaman," ujar Rino.

Namun, akan ada penambahan pemakaman Covid-19 khusus non muslim karena TPU Gunung Gadung sudah penuh. Penambahan itu akan dikooridinasikan dengan Dinas Perumkim Kota Bogor.

"Kami berkoordinasi dengan Disperumkim bahwa kita memiliki empat TPU khusus Covid-19, yaitu Gunung Gadung, Situ Gede, Mulyaharja dan Kayu Manis. Posisinya Gunung Gadung dikhususkan untuk yang non muslim, rencananya kami sedang mencari tempat khusus untuk non muslim, karena Gunung Gadung sudah penuh, nanti Disperumkim yang akan memetakan di mana (lokasi pemakaman)," tutupnya.
(thm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2311 seconds (0.1#10.140)