Perang Sarung, Permainan Candaan Anak-anak saat Ramadhan yang Kini Mematikan
loading...
A
A
A
Kondisi ini membuat sejumlah kendaraan mengantre. Mereka tak bisa melanjutkan perjalanannya karena akses jalan yang tertutup.
Hal sama juga terjadi saat perang sarung di beberapa titik di Sukabumi dan Bogor. Perang sarung yang terjadi di sana menyebabkan antrean mengular di sejumlah ruas jalan. Kendaraan tak bisa melintas.
Sekjen Komnas Perlindungan Anak (PA) Dhanang Sasongko menilai makna perang sarung saat ini telah berubah. Tradisi yang dahulunya untuk becanda kini menjadi melukai bahkan membunuh.
Hal ini tak bisa didiamkan. Langkah serius antara orang tua, warga, dan kepolisan perlu dilakukan mengatasi masalah ini. Apalagi setiap tahunnya korban akibat perang sarung berjatuhan baik yang luka maupun meninggal. "Uniknya, kalo saya amati terjadi di wilayah itu-itu saja," ujarnya, Minggu (25/4/2021).
Dibandingkan tahun sebelumnya, dia melihat perang sarung yang terjadi kali ini lebih banyak dan nyaris merata di sejumlah wilayah. "Seperti menjadi tradisi saat Ramadhan dan pecah di waktu tertentu," ucapnya.
Baca juga: Berisi Batu, 5 Remaja di Cileungsi Ditangkap Polisi saat Perang Sarung
Umumnya perang sarung terjadi pada dua waktu tertentu, yakni usai Tarawih dan waktu Imsyak atau Subuh.
Demi memutus perang sarung, Dhanang menyarankan satgas kecil wajib dibentuk hingga tingkat RT dengan demikian pengawasan bisa dilakukan. Salah satunya dengan patroli wilayah. "Jadi remaja pria yang tampak berkumpul bisa dibubarkan agar tak menyebabkan terjadinya perang sarung," katanya.
Hal sama juga terjadi saat perang sarung di beberapa titik di Sukabumi dan Bogor. Perang sarung yang terjadi di sana menyebabkan antrean mengular di sejumlah ruas jalan. Kendaraan tak bisa melintas.
Sekjen Komnas Perlindungan Anak (PA) Dhanang Sasongko menilai makna perang sarung saat ini telah berubah. Tradisi yang dahulunya untuk becanda kini menjadi melukai bahkan membunuh.
Hal ini tak bisa didiamkan. Langkah serius antara orang tua, warga, dan kepolisan perlu dilakukan mengatasi masalah ini. Apalagi setiap tahunnya korban akibat perang sarung berjatuhan baik yang luka maupun meninggal. "Uniknya, kalo saya amati terjadi di wilayah itu-itu saja," ujarnya, Minggu (25/4/2021).
Dibandingkan tahun sebelumnya, dia melihat perang sarung yang terjadi kali ini lebih banyak dan nyaris merata di sejumlah wilayah. "Seperti menjadi tradisi saat Ramadhan dan pecah di waktu tertentu," ucapnya.
Baca juga: Berisi Batu, 5 Remaja di Cileungsi Ditangkap Polisi saat Perang Sarung
Umumnya perang sarung terjadi pada dua waktu tertentu, yakni usai Tarawih dan waktu Imsyak atau Subuh.
Demi memutus perang sarung, Dhanang menyarankan satgas kecil wajib dibentuk hingga tingkat RT dengan demikian pengawasan bisa dilakukan. Salah satunya dengan patroli wilayah. "Jadi remaja pria yang tampak berkumpul bisa dibubarkan agar tak menyebabkan terjadinya perang sarung," katanya.
(jon)