Marak Pencurian Data Online, Ini Tips Agar Aman

Rabu, 31 Maret 2021 - 21:11 WIB
loading...
Marak Pencurian Data Online, Ini Tips Agar Aman
Foto: Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Transformasi digital di Indonesia saat ini berkembang pesat. Apalagi pada masa pandemi Covid-19. Beragam aktivitas sudah mulai terasa menggunakan transformasi digital, tak terkecuali asuransi .

Survei terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga menunjukkan pada kuartal kedua 2020, jumlah pengguna internet di Tanah Air mencapai 196,7 juta atau 73,7% dari total populasi. Fakta tersebut semakin menguatkan pendapat bahwa digitalisasi asuransi dapat menjadi inovasi menarik pada sektor ini.
Baca juga: Viral Pencurian Data saat Transaksi Online, Pengamat: Hanya Gertakan Pelaku

Kini, beberapa jenis produk asuransi yang sudah marak ditawarkan secara digital antara lain asuransi mobil, asuransi rumah, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi perjalanan. Masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan berbagai produk asuransi berbasis digital ini melalui bermacam platform, seperti marketplace C2C (customer-to-customer), B2C (business-to-customer), platform milik perusahaan asuransi ataupun platform digital lainnya yang dapat diakses menggunakan aplikasi mobile ataupun website.

Riset Swiss Re Institute mengungkapkan bahwa 76% masyarakat Indonesia tertarik membeli produk asuransi digital. Adapun, platform yang paling banyak dipilih untuk mendapatkan produk asuransi ini adalah e-commerce dan fintech. Namun, kemudahan digital juga mengundang kekhawatiran akan keamanan, terutama dalam hal privasi data.

Pada pertengahan 2020, 91 juta data pengguna terpantau diperjualbelikan melalui Dark Web seharga Rp73,5 juta dimana informasi seperti nama, alamat dan kontak dapat dibaca dengan sangat mudah. Hal ini tentu dapat menjadi ancaman bagi pengguna, terutama untuk aktivitas online yang vital seperti bertransaksi, termasuk membeli asuransi jika tidak didukung oleh peraturan dan sistem yang menunjang.

Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber, Kaspersky, pada pertengahan 2020 mengungkapkan bahwa 40% konsumen dari Asia Pasifik menghadapi insiden kebocoran data pribadi yang diakses oleh orang lain tanpa persetujuan. Hal ini semakin didukung oleh data dari Badan Siber dan Sandi Negara yang juga mengungkapkan bahwa sepanjang Januari hingga Agustus 2020, terdapat hampir 190 juta upaya serangan siber di Indonesia. Ini meningkat lebih dari empat kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Baca juga: Persaingan Pengembangan Vaksin Covid-19 Mulai Merambah Pencurian Data

Chief Digital Officer Allianz Life Indonesia Mike Sutton memberikan beberapa tips agar aman dari pencurian data pribadi secara online yaitu:

1. Jangan sembarangan menerima permintaan pertemanan di media sosial
Alangkah baiknya apabila Anda menggunakan fitur private pada akun media sosial Anda. Dengan begitu, Anda dapat mengecek terlebih dahulu setiap orang yang ingin terkoneksi dengan Anda. Terlalu banyak memberikan informasi pribadi di laman profil juga sangat tidak disarankan untuk mencegah penipu mengakses informasi personal.

2. Jangan sembarang klik tautan mencurigakan
Jika menerima pesan yang tampak mencurigakan, sebisa mungkin jangan klik tautan apapun atau membuka lampiran dalam pesan tersebut. Peretas mungkin mencuri data Anda melalui tautan tersebut.

3. Jangan gunakan password yang mudah ditebak
Biasanya platform online menganjurkan pengguna untuk menggunakan password yang terdiri dari kombinasi huruf, angka, huruf kapital serta simbol untuk meminimalisir password dapat ditebak dengan mudah. Selain memilih password yang tidak terlalu mudah, jangan lupa untuk mengganti password secara berkala.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1789 seconds (0.1#10.140)