BMKG Imbau Masyarakat Tak Panik soal Badai Tropis, Ini Bedanya dengan La Nina

Selasa, 03 November 2020 - 09:05 WIB
loading...
BMKG Imbau Masyarakat Tak Panik soal Badai Tropis, Ini Bedanya dengan La Nina
Foto: Ilustrasi/SINDOnews/Dok
A A A
JAKARTA - Masyarakat diimbau untuk tetap tenang terhadap berita-berita yang tidak benar terkait badai tropis yang dianggap sama dengan fenomena La Nina saat ini. Namun diharapkan tetap waspada dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak La Nina yaitu dengan ancaman banjir, banjir bandang, dan longsor akibat curah hujan ekstrim.

"Masyarakat bisa berpartisipasi dengan memperbaiki saluran air, meningkatkan kapasitas tampungan air dan memanen hujan, serta memangkas ranting pohon yang berlebih ataupun rapuh, berhati-hati dan memperhatikan tingkat kekuatan papan reklame dan jembatan penyebarangan, dan lebih perhatian terhadap perkembangan cuaca yang dinamis dan cepat," ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG
Herizal, dalam keterangannya, Selasa (3/11/2020). (Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, BPBD DKI Jakarta Lakukan Ini)

Saat ini Siklon Tropis Goni yang telah berkembang menjadi siklon tropis kuat kategori 5 memang diwaspadai karena bisa memicu gelombang tinggi perairan, hujan lebat, dan angin kencang di sejumlah daerah di Indonesia, selain dampak langsung berupa bencana banjir, longsor dan angin kencang di Filipina.

Lantas apa perbedaan perbedaan La Nina dengan Badai atau Siklon Tropis? Herizal menjelaskan, Siklon Tropis Goni terbentuk di Samudera Pasifik Barat dan diprediksikan jalur lintasannya menuju Laut Cina Selatan hingga beberapa hari ke depan setelah melewati Filipina. Siklon Tropis Goni merupakan Siklon Tropis ke-3 yang berdampak signifikan bagi sejumlah negara-negara Asia Tenggara di sekitar Laut Cina Selatan setelah Siklon Tropis Saudel dan Molave. (Baca juga: Bencana Hidrometeorologi Intai Indonesia, La Nina Berpotensi Ancam Sektor Ini ).

Selama Oktober 2020, telah terjadi 7 siklon di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan (sementara rata rata klimatologis kejadian siklon tropis untuk Oktober adalah 3-4 kejadian), di antaranya TC Chan-hom (2 Oktober), TS Linfa (9 Oktober), TS Nangka (11 Oktober), Depresi Tropis Ofel (13 Oktober), TC Saudel (16 Oktober), Depresi Tropis 20 W (19 Oktober), TC Molave (23 Okobert), TC Goni (27 Oktober), dan TS Atsani (28 Oktober).

"TC adalah tropical cyclone (siklon tropis) sedangkan TS adalah tropical storm (badai tropis). Keduanya adalah jenis badai tropis namun berbeda tingkatan, dimana jenis siklon tropis (TC) memiliki luasan pusaran dan kecepatan angin yang lebih kuat daripada jenis tropical storm (TS)," kata Herizal lewat keterangan persnya, Selasa (3/11/2020).



Ia melanjutkan, sejumlah studi menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah siklon tropis di Samudera Pasifik Barat dan Laut Cina Selatan dengan kejadian La Nina yang sedang berlangsung. Wang et al (2007, Journal of Marine Systems 68(3)) menemukan bahwa pembentukan siklon (siklogenesis) memiliki peluang yang lebih besar menjelang musim dingin di Belahan Bumi Utara setelah permulaan La Nina, sementara lebih banyak pembentukan siklon pada musim panas selama permulaan El Nino.

Chan (2000, Journal of Climate 13(16) juga menyebutkan, dalam tahun-tahun La Nina, Laut Cina Selatan cenderung memiliki lebih banyak terjadi Siklon Tropis pada bulan September dan Oktober, sementara wilayah Samudera Pasifik Barat lainnya, aktivitas Siklon Tropis cenderung berkurang di bulan Agustus hingga November.

Namun, dalam hal ini masih terdapat perbedaan pandangan di kalangan ilmuwan iklim dimana sebagian mereka menyatakan bahwa kondisi El Nino menyebabkan intensitas siklon tropis di wilayah ini lebih kuat dan memiliki durasi lebih lama (Chun Hsu, 2013; Camargo & Sobel, 2004). Studi terbaru oleh Liu dan Chan (2017, International Journal of Climatology 38(3)) mengungkapkan jika terjadi peristiwa La Niña dan keadaan suhu permukaan laut sekitar kolam hangat (warm pool) Indo-Pasifik mengindikasikan persistensi lebih dingin dari wilayah sekitarnya, kemungkinan terjadinya siklon tropis akan melebihi kondisi normalnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0909 seconds (0.1#10.140)