Aksi Demonstrasi dan Kerumunan, Perpanjang Pandemi COVID-19 hingga Dua Bulan

Minggu, 01 November 2020 - 22:20 WIB
loading...
Aksi Demonstrasi dan Kerumunan, Perpanjang Pandemi COVID-19 hingga Dua Bulan
Sering membuat kerumunan seperti demonstrasi diperhitungkan memperpanjang masa pandemi COVID-19 berada di Indonesia hingga dua bulan lebih lama. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sering membuat kerumunan seperti demonstrasi diperhitungkan memperpanjang masa pandemi COVID-19 berada di Indonesia hingga dua bulan lebih lama. Contohnya dua demonstrasi menolak UU cipta kerja di Jakarta pada 6 Oktober 2020 dan demo satu tahun pemerintahan Jokowi-Maruf Amin 20 Oktober 2020 dihitung telah meningkatkan kasus positif sebesar 6%.

Dua demonstrasi tersebut menurut perhitungan aplikasi yang dibangun tim ahli Insitut Teknologi Bandung (ITB), PREMISE, memiliki hubungan yang kuat terhadap penambahan kasus positif COVID-19. Bahkan menaikkan tingkat kematian akibat penyakit saluran pernapasan tersebut.

Dosen Bioteknologi Mikroba, Dr Intan Taufik mengungkapkan, dua demonstrasi tersebut selalu diikuti lonjakan kasus positif dan angka kematian akibat COVID-19 di wilayah yang mengalaminya. (Baca juga; Libur Panjang, Kasus Positif COVID-19 di Jakarta Meningkat )

“Adanya keramaian yang kemarin disebutkan, kalau dari data yang didapat, menghasilkan lonjakan pasien positif (yang tervalidasi dengan test) di luar perkiraan normal (rata-rata). Ini memiliki dampak beruntun (domino effect), dan menaikkan kurva. Otomatis ketika kurva naik, maka pelandaian atau menurunnya kasus/pandemi akan semakin panjang,” ujar staf pengajar di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB itu, Minggu (1/11/2020).

Dua demonstrasi tersebut, menurut perhitungan PREMISE ternyata telah meningkatkan kasus positif sebesar 6% atau ada penambahan 233 kasus per hari. Padahal kasus rata-rata penambahan kasus harian di tanggal tersebut adalah 3.878 kasus.

Bukan hanya kasus positif, kasus kematian akibat COVID-19 setelah dua demonstrasi itu juga mengalami peningkatan hingga sebesar 0,11% atau naik 3,3% dari angka kematian rata-rata di Indonesia yang ada di angka 3,41%.

Wilayah yang berkontribusi besar terhadap penambahan itu adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada dua tanggal tersebut keempat wilayah itu diwarnai kerumunan demonstrasi. (Baca juga; Polda Metro Tidak Terbitkan STTP Demo Besok )

Berdasarkan prediksi premise, jumlah kasus harian COVID-19 selama satu minggu setelah pasca demo 6 Oktober 2020 - 14 Oktober 2020 adalah 3,843 kasus per hari. Data aktual menunjukkan bahwa jumlah kasus baru pada periode yang sama adalah sebesar 4,207 kasus perhari.

Lebih tinggi 364 kasus per hari dari angka prediksi. Kegiatan demo RUU Cipta Kerja pada tanggal 6 Oktober 2020 berkontribusi terhadap peningkatan kasus harian sebesar 9,5% di Indonesia. Khusus DKI Jakarta, dampak peningkatan kasus Covid akibat demo RUU Ciptaker ini terlihat paling tinggi.

Diprediksi rata-rata kasus harian pasca demo di DKI pada 6 Oktober - 14 Oktober 2020 adalah 920 kasus per hari. Sementara jumlah kasus rata-rata aktual mencapai 1,178 kasus per hari atau naik 28% dari angka kasus normal.

Selain demo RUU Ciptaker, peningkatan kasus juga terjadi akibat demo satu tahun pemerintahan Jokowi - Maruf Amin pada 20 Oktober 2020. Satu minggu setelah aksi demo tersebut, jumlah kasus meningkat menjadi 4,051 kasus per hari. Ini terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Kegiatan demo satu hari ini berkontribusi terhadap peningkatan kasus sebesar 2,6%.
(wib)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1575 seconds (0.1#10.140)