2021 Masih Pandemi, Ridwan Kamil Prediksi 2022 Corona Berakhir
loading...
A
A
A
DEPOK - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, hingga tahun 2021 warga masih dihadapkan dengan situasi pandemi Covid-19 . Dirinya pun meminta agar warga menyiapkan mental.
“Tapi saya mau sampaikan perkiraan kita siap mental. Kelihatannya 2021 Covid-19 ini masih menyertai kita dengan segala dinamika seperti 2020. Jadi kalau disampaikan 2021 akan normal menurut saya terlalu optimistis ya. Saya mendoakan itu terjadi, tetapi kalau mau realistis menurut saya baru 2022 lah,” katanya di Depok, Kamis 22 Oktober 2020.
Pria yang biasa disapa Emil ini menyebut hal itu bukan tanpa hitungan realistis. Pasalnya pada tahun 2021, adalah fase dimana warga dilakukan penyuntikan. ( )
“Karena tahun 2021 itu adalah tahun dimana kita menyuntik vaksin. Dalam menyuntik vaksin kan ada yang sudah disuntik vaksin dan ada yang belum. Berarti kan protokol pakai masker jaga jarak cuci tangan itu masih terus berlangsung selama tahun penyuntikan di 2021,” paparnya.
Lebih lanjut dikatan Emil perihal vaksin bahwa pemberian vaksin diperlukan untuk mempercepat penanganan virus berbahaya tersebut. “Saya kira itu ya, jadi kalau ditanya itu efektif, ya efektif. Tapi, tidak ada jaminan 100 persen untuk semua urusan obat atau vaksin. Enggak ada di dunia ini yang dijamin 100 persen. Yang ada adalah mendekati persentase mayoritas. Tapi kalau disebut 100 persen, saya kira terlalu takabur lah,” katanya.
Emil menyontohkan pandemi saat ini dengan penanganan cacar. Dari hasil statistik, kata dia, sebelum ada vaksin maka cacar angkanya tinggi sekali. Namun setelah ada vaksin jumlahnya turun. “Bahkan sampai sudah tidak ada lagi sekian tahun,” jelasnya. ( )
Saat ini pemerintah pusat masih mengkaji vaksin itu bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Perihal halal dan tidaknya pun masih diuji. “Apakah ini (vaksin) halal, ini yang sedang diuji oleh tim MUI bekerjsama dengan BPOM,” katanya.
Emil menyebut, Depok terpilih sebagai kota pertama pemberian vaksin karena tercatat sebagai salah satu daerah penyumbang kasus terbesar di Jawa Barat. “Di Bodebek sendiri memang karena setiap saat, per hari ini penyumbang mayoritas 70 persen ada di Bodebek, tentulah kita akan dahulukan,” pungkasnya.
“Tapi saya mau sampaikan perkiraan kita siap mental. Kelihatannya 2021 Covid-19 ini masih menyertai kita dengan segala dinamika seperti 2020. Jadi kalau disampaikan 2021 akan normal menurut saya terlalu optimistis ya. Saya mendoakan itu terjadi, tetapi kalau mau realistis menurut saya baru 2022 lah,” katanya di Depok, Kamis 22 Oktober 2020.
Pria yang biasa disapa Emil ini menyebut hal itu bukan tanpa hitungan realistis. Pasalnya pada tahun 2021, adalah fase dimana warga dilakukan penyuntikan. ( )
“Karena tahun 2021 itu adalah tahun dimana kita menyuntik vaksin. Dalam menyuntik vaksin kan ada yang sudah disuntik vaksin dan ada yang belum. Berarti kan protokol pakai masker jaga jarak cuci tangan itu masih terus berlangsung selama tahun penyuntikan di 2021,” paparnya.
Lebih lanjut dikatan Emil perihal vaksin bahwa pemberian vaksin diperlukan untuk mempercepat penanganan virus berbahaya tersebut. “Saya kira itu ya, jadi kalau ditanya itu efektif, ya efektif. Tapi, tidak ada jaminan 100 persen untuk semua urusan obat atau vaksin. Enggak ada di dunia ini yang dijamin 100 persen. Yang ada adalah mendekati persentase mayoritas. Tapi kalau disebut 100 persen, saya kira terlalu takabur lah,” katanya.
Emil menyontohkan pandemi saat ini dengan penanganan cacar. Dari hasil statistik, kata dia, sebelum ada vaksin maka cacar angkanya tinggi sekali. Namun setelah ada vaksin jumlahnya turun. “Bahkan sampai sudah tidak ada lagi sekian tahun,” jelasnya. ( )
Saat ini pemerintah pusat masih mengkaji vaksin itu bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Perihal halal dan tidaknya pun masih diuji. “Apakah ini (vaksin) halal, ini yang sedang diuji oleh tim MUI bekerjsama dengan BPOM,” katanya.
Emil menyebut, Depok terpilih sebagai kota pertama pemberian vaksin karena tercatat sebagai salah satu daerah penyumbang kasus terbesar di Jawa Barat. “Di Bodebek sendiri memang karena setiap saat, per hari ini penyumbang mayoritas 70 persen ada di Bodebek, tentulah kita akan dahulukan,” pungkasnya.
(mhd)