Kisah Dwieky, PDP Corona yang Selalu Membuat Pasien Tertawa di RS Wisma Atlet
A
A
A
JAKARTA - Satu persatu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun pasien positif Corona telah dinyatakan sembuh dan kembali berkumpul dengan keluarga. Satu di antaranya ialah, Dwi Siti Rhomdoni, perempuan yang sempat berstatus sebagai PDP.
Dwieky sapaan akrab perempuan berusia 37 tahun menceritakan kisahnya saat menjalani perawatan di RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran (WAK), Jakarta Pusat. Dwieky menuturkan, pada Rabu 18 Maret 2020 lalu tak pernah terlintas dibenaknya menjadi seorang PDP di tengah wabah Corona.
Dwieky saat itu mengalami gejala batuk dahak, demam, pusing dan sesak nafas, kemudian berubah menjadi batuk kering. Demam yang dialaminya pun turun naik disertai pusing dan sesak nafas yang tak kunjung membaik.
Sampai pada akhirnya, Kamis, 23 Maret 2020 gejala Covid-19 ini membuat Dwieky tak lagi berdaya. Dan sore harinya dia memutuskan untuk memeriksakan diri ke kilinik di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Lantaran antrean panjang dan tak bisa menunggu lama, ditemani salah satu sahabatnya Dwieky diantarkan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
"Setibanya di sana, saya langsung diberikan oksigen dan dirujuk ke Wisma Atlet karena ruangan perawatan sudah penuh," kata Dwieky saat dihubungi SINDOnews pada Kamis (9/4/2020). (Baca: Begini Kesaksian Simon Nainggolan Pasien Sembuh dari Virus Corona)
Setibanya di WAK pukul pukul 19.00 WIB, Dwieky melihat seorang wanita yang menangis tersedu-sedu. Melihat hal itu, Dwieky menghampiri perempuan tersebut meski tengah menahan rasa sakit akibat sesak nafas yang tak kunjung membaik.
Sambil bertanya dan mengusap punggung wanita tersebut untuk megguatkan dan memberikan semangat agar wanita itu tegar dan sabar."Wanita itu menjawab bahwa kakaknya sore tadi meninggal karena positif Corona. Dan dia yang merawat kakaknya selama ini," ujar Dwieky.
Mendengar pengakuan wanita tersebut sontak membuat Dwieky kaget karena sudah kontak langsung dengan memegang punggung wanita tersebut. Menurut seorang dokter yang merawatku, bahwa wanita tersebut PDP Corona.
"Alhasil saya langsung masuk karantina setelah ada gejala dan interaksi dengan wanita tersebut," cerita Dwieky sat awal mula ditetapkan menjadi PDP Corona di Wisma Atlet Kemayoran.
Hari berlalu, tepat empat hari setelah diisolasi di WAK, Dwieky baru menjalani pemeriksaan rontgen paru-paru, di mana saat itu ada indikasi infeksi dan bercak-bercak seperti Covid-19. Beberapa hari kemudian, hasil rontgen itu keluar. "Hasilnya Alhamdulillah negatif," tuturnya.
Setelah hasil rotgen keluar, dokter memberikan banyak obat untuk dikonsumsi di antaranya, obat paru-paru, obat batuk kering, paracetamol, vitamin dan antibiotik. Selain itu, selama di WAK pola makanan pun diperhatikan."Pola makan empat sehat lima sempurna diberikan selama di WAK, ada susu jus dan snack," ungkapnya.
Tak hanya itu, pasein yang ada di WAK satu sama lain sangat perhatian. Layaknya keluarga saling memberikan dukungan dan membantu dengan cara meramu minuman herbal sendiri saat menjalani masa karantina.
"Saya konsumsi minuman herbal seperti jahe, kunyit, kencur yang sudah diiris-iris dan diseduh pakai air panas yang dibuatkan oleh pasein di WAK," kata Dwieky.
Hari demi hari berlalu, Alhamdulillah semua bisa dilewati dengan rasa sabar dan optimistis. Hal yang didambakan akhirnya tiba, kesehatan Dwieky semakin membaik. Tak ada lagi batuk, demam, pusing dan sesak nafas.
"Sebelumnya saya alami setiap sore menjelang malam. Bahkan dari sore sampai pagi lagi, sehingga saya harus pakai oksigen selama 9 hari di WAK. Kemudian muntahpun tidak ada lagi, yang biasanya muntah berbusa setiap pagi selama 5 hari di WAK," ujarnya.
Menurut Dwieky, dalam menjalani masa perawatan sangat penting untuk mengikuti anjuran dokter. Dimana anjuran itu yakni harus selalu semangat dan berpikir positif untuk dapat sembuh dari virus Corona.
Untuk tetap semangat selama menjalani masa perawatan, olahraga, berjemur, menari ala-ala korea, menulis dan karaoke menjadi rutinitas baru selama berada di WAK. Ini dilakukan agar selalu semangat dalam menjalani masa sulit.
"Melalui WhatsApp Group saya menyapa teman-teman pasien di WAK untuk berbagi kabar dan mendengarkan cerita ringan hingga cerita lucu, sehingga membuat kami bisa tertawa tanpa batas. Hal itu membuat kami semakin dekat dan bisa saling menguatkan satu sama lain. Olahraga pun saya lakukan dengan cara mengepel ruangan. Kadang satu kali, dua kali jika nafas saya tidak sesak. Duduk, jongkok, guling-guling. Lari kecil dari dapur, jemuran, ruang tamu dan berujung di kasur. Selfi setiap sudut meski saya rasa itu tingkah yang absurd tapi saya lakukan itu dan saya share ke teman-teman dan alhasil mereka tertawa dan senang dengan tingkah laku saya. Mereka tertawa dan bahagia membuat saya bersyukur," tuturnya.
Bagi teman-teman yang masih berada di WAK, tetap semangat, tetap berfikir positif, tidak boleh stress selama dalam isolasi. Itu pilihan terbaik selain isolasi mandiri di rumah. Berkomunikasi dengan teman-teman pasien lainnya agar tetap bisa saling menguatkan satu sama lain, berolahraga sebisa mungkin di dalam kamar, istirahat yang cukup, minum obat sesuai anjuran dokter dan jika ada tambahan suplemen vitamin C, E lainnya segeralah konsumsi.
"Vitamin D bisa didapatkan murni dari sinar matahari pagi melalui tubuh kita pada saat berjemur yaitu pukul10.00 WIB, optimistis sehat dan fokus untuk sembuh. Menjaga kebersihan badan dan lingkungan. Bekerja sama, bersama dokter dan suster jika kita masih mengalami berbagai keluhan dan jangan takut untuk jujur dengan kondisi sebenarnya," pesan Dwieky kepada para pasien Covid-19 yang menjalani masa karantina.
Bagi masyarakat, mohon untuk ikuti aturan dan arahan pemerintah. Bersama-sama kita bersatu untuk melawan virus Corona. Perlu diingat bahwa wabah ini bukan aib. Tolong perbanyak konsumsi informasi yang benar dan akurat mengenai wabah ini agar pasien yang meninggal karena Covid-19 bisa dikebumikan sangat layak sebagai manusia.
"Protokol yang diterapkan pemerintah sudah benar dan tentunya sudah sangat mempertimbangkan aspek kesehatan dan keselamatan warga sekitar. Jadi percayalah," ucapnya.
Dwieky sapaan akrab perempuan berusia 37 tahun menceritakan kisahnya saat menjalani perawatan di RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran (WAK), Jakarta Pusat. Dwieky menuturkan, pada Rabu 18 Maret 2020 lalu tak pernah terlintas dibenaknya menjadi seorang PDP di tengah wabah Corona.
Dwieky saat itu mengalami gejala batuk dahak, demam, pusing dan sesak nafas, kemudian berubah menjadi batuk kering. Demam yang dialaminya pun turun naik disertai pusing dan sesak nafas yang tak kunjung membaik.
Sampai pada akhirnya, Kamis, 23 Maret 2020 gejala Covid-19 ini membuat Dwieky tak lagi berdaya. Dan sore harinya dia memutuskan untuk memeriksakan diri ke kilinik di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan. Lantaran antrean panjang dan tak bisa menunggu lama, ditemani salah satu sahabatnya Dwieky diantarkan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
"Setibanya di sana, saya langsung diberikan oksigen dan dirujuk ke Wisma Atlet karena ruangan perawatan sudah penuh," kata Dwieky saat dihubungi SINDOnews pada Kamis (9/4/2020). (Baca: Begini Kesaksian Simon Nainggolan Pasien Sembuh dari Virus Corona)
Setibanya di WAK pukul pukul 19.00 WIB, Dwieky melihat seorang wanita yang menangis tersedu-sedu. Melihat hal itu, Dwieky menghampiri perempuan tersebut meski tengah menahan rasa sakit akibat sesak nafas yang tak kunjung membaik.
Sambil bertanya dan mengusap punggung wanita tersebut untuk megguatkan dan memberikan semangat agar wanita itu tegar dan sabar."Wanita itu menjawab bahwa kakaknya sore tadi meninggal karena positif Corona. Dan dia yang merawat kakaknya selama ini," ujar Dwieky.
Mendengar pengakuan wanita tersebut sontak membuat Dwieky kaget karena sudah kontak langsung dengan memegang punggung wanita tersebut. Menurut seorang dokter yang merawatku, bahwa wanita tersebut PDP Corona.
"Alhasil saya langsung masuk karantina setelah ada gejala dan interaksi dengan wanita tersebut," cerita Dwieky sat awal mula ditetapkan menjadi PDP Corona di Wisma Atlet Kemayoran.
Hari berlalu, tepat empat hari setelah diisolasi di WAK, Dwieky baru menjalani pemeriksaan rontgen paru-paru, di mana saat itu ada indikasi infeksi dan bercak-bercak seperti Covid-19. Beberapa hari kemudian, hasil rontgen itu keluar. "Hasilnya Alhamdulillah negatif," tuturnya.
Setelah hasil rotgen keluar, dokter memberikan banyak obat untuk dikonsumsi di antaranya, obat paru-paru, obat batuk kering, paracetamol, vitamin dan antibiotik. Selain itu, selama di WAK pola makanan pun diperhatikan."Pola makan empat sehat lima sempurna diberikan selama di WAK, ada susu jus dan snack," ungkapnya.
Tak hanya itu, pasein yang ada di WAK satu sama lain sangat perhatian. Layaknya keluarga saling memberikan dukungan dan membantu dengan cara meramu minuman herbal sendiri saat menjalani masa karantina.
"Saya konsumsi minuman herbal seperti jahe, kunyit, kencur yang sudah diiris-iris dan diseduh pakai air panas yang dibuatkan oleh pasein di WAK," kata Dwieky.
Hari demi hari berlalu, Alhamdulillah semua bisa dilewati dengan rasa sabar dan optimistis. Hal yang didambakan akhirnya tiba, kesehatan Dwieky semakin membaik. Tak ada lagi batuk, demam, pusing dan sesak nafas.
"Sebelumnya saya alami setiap sore menjelang malam. Bahkan dari sore sampai pagi lagi, sehingga saya harus pakai oksigen selama 9 hari di WAK. Kemudian muntahpun tidak ada lagi, yang biasanya muntah berbusa setiap pagi selama 5 hari di WAK," ujarnya.
Menurut Dwieky, dalam menjalani masa perawatan sangat penting untuk mengikuti anjuran dokter. Dimana anjuran itu yakni harus selalu semangat dan berpikir positif untuk dapat sembuh dari virus Corona.
Untuk tetap semangat selama menjalani masa perawatan, olahraga, berjemur, menari ala-ala korea, menulis dan karaoke menjadi rutinitas baru selama berada di WAK. Ini dilakukan agar selalu semangat dalam menjalani masa sulit.
"Melalui WhatsApp Group saya menyapa teman-teman pasien di WAK untuk berbagi kabar dan mendengarkan cerita ringan hingga cerita lucu, sehingga membuat kami bisa tertawa tanpa batas. Hal itu membuat kami semakin dekat dan bisa saling menguatkan satu sama lain. Olahraga pun saya lakukan dengan cara mengepel ruangan. Kadang satu kali, dua kali jika nafas saya tidak sesak. Duduk, jongkok, guling-guling. Lari kecil dari dapur, jemuran, ruang tamu dan berujung di kasur. Selfi setiap sudut meski saya rasa itu tingkah yang absurd tapi saya lakukan itu dan saya share ke teman-teman dan alhasil mereka tertawa dan senang dengan tingkah laku saya. Mereka tertawa dan bahagia membuat saya bersyukur," tuturnya.
Bagi teman-teman yang masih berada di WAK, tetap semangat, tetap berfikir positif, tidak boleh stress selama dalam isolasi. Itu pilihan terbaik selain isolasi mandiri di rumah. Berkomunikasi dengan teman-teman pasien lainnya agar tetap bisa saling menguatkan satu sama lain, berolahraga sebisa mungkin di dalam kamar, istirahat yang cukup, minum obat sesuai anjuran dokter dan jika ada tambahan suplemen vitamin C, E lainnya segeralah konsumsi.
"Vitamin D bisa didapatkan murni dari sinar matahari pagi melalui tubuh kita pada saat berjemur yaitu pukul10.00 WIB, optimistis sehat dan fokus untuk sembuh. Menjaga kebersihan badan dan lingkungan. Bekerja sama, bersama dokter dan suster jika kita masih mengalami berbagai keluhan dan jangan takut untuk jujur dengan kondisi sebenarnya," pesan Dwieky kepada para pasien Covid-19 yang menjalani masa karantina.
Bagi masyarakat, mohon untuk ikuti aturan dan arahan pemerintah. Bersama-sama kita bersatu untuk melawan virus Corona. Perlu diingat bahwa wabah ini bukan aib. Tolong perbanyak konsumsi informasi yang benar dan akurat mengenai wabah ini agar pasien yang meninggal karena Covid-19 bisa dikebumikan sangat layak sebagai manusia.
"Protokol yang diterapkan pemerintah sudah benar dan tentunya sudah sangat mempertimbangkan aspek kesehatan dan keselamatan warga sekitar. Jadi percayalah," ucapnya.
(whb)