Rumah Dinas Wali Kota Bogor Jadi Posko Crisis Center Codiv-19

Minggu, 22 Maret 2020 - 20:11 WIB
Rumah Dinas Wali Kota Bogor Jadi Posko Crisis Center Codiv-19
Rumah Dinas Wali Kota Bogor Jadi Posko Crisis Center Codiv-19
A A A
BOGOR - Gubernur Jabar Ridwan Kamil menggelar pertemuan terbatas dengan para kepala daerah di Bogor Depok dan Bekasi (Bodebek) Rumah Dinas Wali Kota Bogor yang dijadikan Posko Crisis Center Codiv-19 Kota Bogor, Minggu (22/3/2020). Usai memimpin rapat, Ridwan Kamil memberikan keterangan persnya kepada para wartawan di lokasi.

Dia mengatakan, sejumlah poin penting terkait penanganan wabah Codiv-19 di Jawa Barat. Ia menyebutkan ada beberapa hal yang perlu disampaikan, pertama terkait libur kerja, khususnya Bogor, Depok dan Bekasi, harus diarahkan untuk sinkron dengan DKI Jakarta dengan pertimbangan sesuai daerah masing-masing

"Yang kedua merapatkan persiapan tes massal (Codiv-19) dengan kriteria disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Kalau Jakarta door to door karena jaraknya relatif dekat dan kecil-kecil mudah terjangkau, kalau Jawa Barat kan sangat heterogen dan luas, untuk menjangkaunya bisa menyebabkan tidak cepat mendapatkan kesimpulan atau hasilnya," kata pria yang biasa disapa Kang Emil ini.

Maka dari itu, kata dia, dalam pelaksanaan tes massal di Jawa Barat ini, pihaknya membutuhkan lahan yang lebih luas dengan mekanisme terjadwal artinya tak seluruhnya. (Baca Juga: Dokter RS Premiere Bintaro Meninggal Terkena Corona
"Jadi di lahan luas yang terbuka itu, mereka masyarakat datang dengan appointment tidak turun dari kendaraan nya sehingga tak bersentuhan fisik ketika dilaksanakan tes menggunakan rapid test hingga 10 menit bisa ketahuan hasilnya. Kalau negatif dia pulang, kalau positif dia di treatment tahap selanjutnya," paparnya.

Tak hanya itu, ia juga menyampaikan pelaksanaan tes massal tahap 1 ini sasarannya adalah warga berstatus Orang Dalam Pantauan (ODP) Codiv-19, dengan radius 50 orang positif, tenaga kesehatan, dan para warga yang profesinya banyak berinteraksi sosial dengan masyarakat.

"Setelah itu kita drop, rapid test itu akan semakin banyak maka penjangkauan tes massal itu akan diperluas kepada masyarakat. Tetapi, apapun itu tidak bisa seluruhnya karena ini ada metode ilmiahnya. Sebab, Korea Selatan saja yang paling baik di mata WHO, dari 45 juta penduduk yang di sampling 200 ribuan dengan tes 15 ribu sampel per hari," katanya.

Terkait waktu dan tempat pelaksanaan tesnya, ia mengaku masih menunggu alat rapid tesnya yang hingga saat ini Minggu (22/3/2020) belum dikirim juga dari pemerintah pusat.

"Menunggu kepastian test kit nya belum ada, yang per hari ini janjinya dikirim tapi belum ada juga, kemungkinan besok Senin (23 Maret) datang dan pelaksanaan rapid testnya hari Selasa (24 Maret), dan mudah-mudahan paling telat Rabu (25 Maret)," katanya.

Dia menambahkan, terkait adanya potensi-potensi lembaga yang proaktif dan siap melakukan upaya pencegahan merebaknya wabah Codiv-19 diapresiasi.

"Apapun bentuknya kita iyakan demi mencegah dan menghindari penularan lebih cepat lebih jauh, termasuk penyemprotan disinfektan melalui udara, silakan dilakukan teorinya seperti apa, kalau memang mudah dan bisa dipertanggung jawabkan kita pasti setuju," katanya.

Sementara itu, terkait update data kasus Codiv-19 di Jawa Barat, ia menyebutkan bahwa kasus terkonfirmasi positif sejak Sabtu 21 Maret malam itu ada 55 orang, 41 diantaranya ada di zona Kota/Kabupaten Bogor, Depok dan Bekasi (Bodebek).

"Sisanya ada di luar Bodebek, ini menandakan memang epicentrum wabah Corona ini ada di Jakarta. Oleh karena itu bagi warga Bogor, Depok dan Bekasi harap lebih waspada serta mengurangi kegiatan yang tak perlu seperti sosialisasi-sosialisasi," jelas dia.

Tak hanya itu, ia menyebutkan jika memang kasus Corona ini terus mengalami peningkatan pihaknya akan menambah fasilitas kesehatan seperti beberapa RS di Jawa Barat. (Baca Juga: Dokter asal Bogor Meninggal di RSPAD, IDI: Beliau Pengurus dan Benar Positif Covid-19
"Contohnya seperti di RS Hasan Sadikin Bandung, kalau emergency 100 pasien, yang biasanya hanya satu lantai menjadi satu gedung, jika emergency nya 1.000 yang biasanya satu gedung menjadi seluruh RS nya bersama 27 RS di daerah lainnya, seperti RSUD Kota Bogor, kalau lebih dari 1.000 masuklah ke hotel-hotel serta balai-balai pelatihan yang memiliki kamar agar disumbangkan termasuk lembaga TNI-Polri kita gunakan," katanya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4003 seconds (0.1#10.140)