Bima Arya Telusuri Jejak Kerajaan Pakuan Pajajaran di Bogor Selatan

Minggu, 02 Februari 2020 - 19:52 WIB
Bima Arya Telusuri Jejak Kerajaan Pakuan Pajajaran di Bogor Selatan
Bima Arya Telusuri Jejak Kerajaan Pakuan Pajajaran di Bogor Selatan
A A A
BOGOR - Rencana penataan kawasan Batutulis, Bogor Selatan, Kota Bogor, yang konon sebagai pusat kerajaan Pakuan Pajajaran, terus dimatangkan. Berbagai referensi dan masukan dari publik juga ditampung.

Bahkan, Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Komunitas Bogor Historia menyempatkan diri untuk melakukan ekspedisi mini dengan mengunjungi situs-situs peninggalan Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Titik pertama yang dituju adalah Batu Dakon, Kelurahan Empang, Bogor Salatan. Batu yang memiliki cerukan-cerukan seperti papan permainan dakon atau congklak ini merupakan peninggalan masa prasejarah (megalitik).

Batu ini konon biasa digunakan sebagai punden oleh masyarakat. Namun ada pendapat lain, dimana batu dakon merupakan alat upacara ritual masyarakat pra sejarah.

Dari Batu Dakon perjalanan dilanjutkan menuju Kampung Kebon Pala, Kelurahan Batutulis, untuk melihat Situs Kupa Landak. Situs ini merupakan petilasan salah satu tokoh kepercayaan Prabu Siliwangi.

Tak jauh dari titik tersebut, Bima Arya dan rombongan melihat Situs Ranggapati yang merupakan tinggalan masa klasik di Bogor. Lalu dilanjutkan melewati masa Islam hingga saat ini. Situs ini terdiri dari tujuh buah batu berbagai bentuk.

Masih di kawasan Batutulis, tepatnya di dekat Pasar Balekambang, rombongan juga melihat peninggalan Batu Congkrang. Batu tersebut merupakan tinggalan masa pra sejarah dan merupakan saksi kepurbakalaan bahwa ratusan tahun yang lalu di tempat tersebut sudah ada permukiman manusia.

Beberapa situs lain yang dikunjungi Arca Puragalih dan sejumlah peninggalan yang berceceran di rumah-rumah warga. "Hari ini saya lihat beberapa titik situs yang saya lihat memang kunci utamanya bagaimana kita bisa menggali informasi sebanyak mungkin dan dilakukan kajian sehingga kita bisa memiliki runutan sejarah yang valid," ujar Bima Arya.

Menurut Bima, peninggalan sejarah tersebut harus betul-betul dilindungi. "Kita kumpulkan lagi informasi titik-titik mana saja dan saya minta kadisparbud, camat, lurah, untuk memberikan atensi khusus untuk membuat barikade dulu. Jangan sampai yang ada sekarang kemudian dirusak atau hilang. Jadi yang eksisting sekarang kita jaga dulu sembari kita lakukan kajian," tandasnya.

Ia menambahkan, harus ada tim khusus untuk menyusun versi sejarah yang valid. "Ini memang harus ada tim khusus yang isinya sejarawan, budayawan, arkeolog, komunitas-komunitas juga untuk menyusun versi sejarah yang valid. Karena kita tidak mungkin bisa melakukan penataan kawasan tanpa didasari oleh versi sejarah yang valid," terangnya.

Mengenai temuan peninggalan yang ada di rumah warga, Bima Arya minta aparatur wilayah untuk mendata dan mengkomunikasikan kepada warga terkait penataan kawasan Batutulis.

"Yang penting kita data dulu. Tadi ditemukan di rumah warga yang kita tidak bisa akses. Apakah itu koleksi yang diambil, ataukah memang ada di situ sejak dulu, kan perlu ditelusuri. Yang penting disparbud, camat dan lurah akan fokus dulu ke kawasan ini semuanya. Kita lakukan pendataan, informasi dari warga kita kumpulkan. Kita jaga dulu yang ada," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Bogor Historia Yudi Irawan mengatakan, apa yang dilakukan Pemkot Bogor menjadi langkah awal yang baik dalam melakukan penataan kawasan heritage Batutulis.

"Akan tetapi ini perlu ditindaklanjuti dengan melibatkan sejumlah pihak, termasuk dengan para ahli yang berkompeten di bidang yang berkaitan dengan kepurbakalaan, dan segera melakukan koordinasi atau FGD dengan Balai Arkeologi dan Balai Pelestarian Cagar Budaya," bebernya.

Selain melibatkan akademisi, kehadiran komunitas atau volunteer yang konsen dan peduli terhadap peninggalan sejarah juga perlu dilakukan. "Di setiap kota/kabupaten itu memang perlu adanya Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) yang didalamnya itu terdiri dari para ahli di bidang arkeologi, antropologi, sejarah, hukum, arsitektur, filologi dan museologi dan komunitas itu ada di binaan mereka," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4385 seconds (0.1#10.140)