Penggunaan Kantong Plastik Masih Massif untuk Bungkus Daging Kurban

Minggu, 11 Agustus 2019 - 20:31 WIB
Penggunaan Kantong Plastik Masih Massif untuk Bungkus Daging Kurban
Penggunaan Kantong Plastik Masih Massif untuk Bungkus Daging Kurban
A A A
JAKARTA - Minimnya sosialisasi terhadap penggunaan bambu besek saat pemotongan hewan Idul Adha 1440 H membuat kantong plastik masih andalan panitia kurban di sejumlah tempat, Minggu (11/8/2019).

Pantauan di lapangan, masih banyak tempat pemotongan hewan kurban di Jakarta yang menggunakan kantong plastik untuk membungkus hewan kurban. Seperti di kawasan Palmerah, Jakarta Barat. Ribuan kantong plastik digunakan untuk mendistribusikan daging kurban. “Sejak kemarin kami menyiapkannya,” ujar Paiman, salah satu panitia kurban di kawasan Palmerah Barat III, Palmerah, Jakarta Barat.

Paiman beralasan penggunaan kantong kurban merupakan tradisi warga sekitar sejak beberapa tahun lalu. Karena itu, begitu ada penggunaan besek bambu, pihaknya mengaku kebingungan, lantaran dianggap ganjil.

Meski demikian, Paiman memastikan kantong plastik yang digunakan tidak merusak lingkungan. Sebab, kantong plastik sisa pembungkus daging kurban langsung dijadikan bahan bakar untuk membuat sate oleh warga. “Kan dibakar, jadi enggak perlu diurai,” tuturnya.

Sementara itu, panitia kurban di salah satu masjid kawasan Kemayoran, Jakarta Selatan, Dodi beralasan harga besek bambu cukup mahal yakni Rp2.000 per pieces, membuat pihaknya tetap memilih kantong plastik. Sebab harga kantong plastik cukup murah, yakni Rp25 ribu untuk 50 pices.

“Lagi pula kalau pakai besek, apa ada jaminan tidak digunakan. Yang ada malah dijadikan bahan bakar bakaran,” keluh Dodi. (Baca juga: Kurangi Penggunaan Plastik, DKI Siapkan Besek Bambu untuk Daging Kurban)

Meskipun menggunakan kantong plastik, namun untuk jumlahnya tahun ini diminimalisir. Bila sebelumnya daging dibungkus dengan dua kantong plastik, kali ini hanya menggunakan satu saja.

Lain halnya di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Sekalipun menggunaka besek, namun plastik tidak lantas hilang. Penggunaan plastik tetap digunakan sebelum ditutup besek. “Kalau besek aja, darahnya menetes kemana-mana,” ucap Munir, panitia kurban.

Direktur Eksekutif Koalisi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (KAWALI), Puput TD Putra menilai, penggunaan kantong plastik masih digunakan oleh masyarakat tak lepas dari stok besek bambu yang kurang tersedia hingga kurangnya perhatian dari masyarakat.

“Ini yang jadi masalah, karena stok kurang dan sosialisasi kurang masif, jadinya banyak yang masih gunakan plastik,” ucapnya.

Terkait minimnya besek, kata Puput, hal itu bisa diminimalisir. Salah satunya dengan menggunakan plastik ramah lingkungan berlisensi SNI. Plastik ini telah diakui oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

“Jadi bisa dikatakan plastik ini jauh lebih baik. Bisa terurai dalam 2-3 tahun. Kalau plastik biasa kan bisa ratusan hingga ribuan tahun,” tutupnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4845 seconds (0.1#10.140)