Semakin Berprestasi, Ada 'Operasi Serangan' di Medsos Terhadap Anies

Senin, 22 Juli 2019 - 14:13 WIB
Semakin Berprestasi, Ada Operasi Serangan di Medsos Terhadap Anies
Semakin Berprestasi, Ada 'Operasi Serangan' di Medsos Terhadap Anies
A A A
JAKARTA - Seiring rentetan penghargaan dan prestasi yang diraih Pemprov DKI Jakarta, ‘serangan terbuka’ berupa cacian bahkan fitnah terutama di media sosial kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan semakin intensif.

Seperti sebuah ‘operasi’, cacian dan fitnah terhadap Anies bercorak dan beritme sama yaitu mendegradasi berbagai capaian yang diraih Jakarta dan berbagai program pembangunan yang mulai dirasakan warga ibu kota.

Fenomena serangan terhadap Anies ini juga menjadi perhatian Anggota DPD RI atau Senator DKI Jakarta Fahira Idris. Menurut Fahira, intensitas ‘serangan’ terhadap Anies biasanya meningkat di saat-saat Gubernur DKI Jakarta ini membuat terobosan baru atau saat Pemprov mendapat prestasi atau capaian. ( Baca Juga: Baca juga: Dapat Penghargaan Peduli Anak dari KPAI, Anies Sebut Hadiah Pemprov DKI
Saat semua terklarifikasi termasuk pendanaan yang merupakan bantuan dari 10 BUMD DKI, kini pesan dari hadirnya instalasi seni berbahan bambu, bukan bahan lain misalnya baja menaikkan potensi ekonomi bambu dan memberdayakan petani dan seniman bambu malah dibelokkan ke soal-soal lain yang sama sekali tidak substantif, mengada-ngada, serta tidak masuk akal.

“Kita kebanjiran baja impor asal Tiongkok itu fakta. Kenapa tidak terima dan malah membelokkan fakta ini menjadi sentimen ras," katanya.

Fahira menyayangkan, kalau terminologi Tiongkok saja mereka tidak paham bagaimana mau menjadi pengkritik yang cerdas. "Jika paradigma berpikir mereka terus seperti ini, bisa gawat negeri ini,” papar Fahira.

Di negara demokrasi, lanjut Fahira, konsekuensi menjadi seorang pemimpin adalah harus siap dikritik, dihujat, dicaci, bahkan difitnah. Rentetan prestasi tidak akan menjamin seorang pemimpin mendapat pujian apalagi pengakuan, malah mungkin semakin berprestasi, serangan akan semakin menjadi."Ini karena, di era kemajuan teknologi informasi saat ini sangat mudah membalikkan fakta. Ada pemimpin yang biasa-biasa saja, tetapi karena dukungan publikasi ditampilkan seperti dewa tanpa cela," katanya.
Demikian juga sebaliknya, ada pemimpin berprestasi dan hasil kerjanya dirasakan rakyat, tetapi dibonsai menjadi tidak bisa apa-apa karena prestasinya ditutupi oleh isu-isu tidak substansi yang dihembuskan dengan masif dan rapi.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7153 seconds (0.1#10.140)