LRT Jabodebek Solusi Macet di Bekasi

Senin, 20 Mei 2019 - 08:36 WIB
LRT Jabodebek Solusi Macet di Bekasi
LRT Jabodebek Solusi Macet di Bekasi
A A A
BEKASI - Pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, hingga Bekasi (Jabodebek), berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur di wilayah lintasan tersebut.

Tidak hanya itu, keberadaan moda transportasi massal ini juga bisa mengurai kemacetan di Bekasi. Hal itu terlihat dari geliat pembangunan kawasan transit oriented development (TOD) di sepanjang lintasan LRT di Bekasi yang kian masif.

Salah satunya TOD di dekat Gerbang Tol (GT) Bekasi Timur dengan nama LRT City Bekasi Timur. Pengembang kini juga tengah menggarap LRT City Jaticem-paka-Gateway Park di Kecamatan Pondokgede.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, kehadiran LRT hingga Bekasi berdampak positif terhadap investasi dan pembangunan infrastruktur di wilayahnya. Selain itu, kehadiran LRT bisa mengurangi kemacetan di Bekasi.

”Tentu investasi makin banyak dan menumbuhkan perekonomian Bekasi,” katanya. Menurutnya, kehadiran LRT akan membuat mobilitas masyarakat semakin cepat. Saat ini dari Bekasi menuju pusat kota Jakarta membutuhkan waktu lebih dari satu jam.

”LRT akan mampu memecah titik kemacetan yang selama ini menghantui masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, keberadaan LRT juga akan berdampak terhadap tumbuhnya kawasan hunian yang berada di sekitar stasiun LRT.

Masyarakat akan memilih hunian berdekatan dengan stasiun LRT karena sangat memudahkan mobilitas. Di negara-negara lain, hunian yang berdekatan dengan akses transportasi akan menjadi pilihan kaum urban. Rahmat menjelaskan, sebetulnya ada lima TOD akan dibangun di dekat stasiun LRT.

Kelima proyek ini dibangun oleh PT Adhi Karya Tbk lewat anak perusahaannya. Lima TOD yang ada di Kota Bekasi berada di titik Bekasi Timur, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, hingga Jaticempaka. Sedangkan untuk di Bekasi Barat masih tahap proses perencanaan yang dalam waktu dekat segera dibangun.

”Untuk Cikunir I dan Cikunir II, pengembang tengah mempersiapkan pelebaran jalan di sana guna memudahkan akses kendaraan. Kehadiran TOD ini bakal berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi Bekasi,” katanya.

Rahmat menjelaskan, investasi yang ditanam perusahaan pelat merah itu melebihi angka Rp5 triliun. ”Bila ditotal investasinya cukup besar, namun sebagai gambaran untuk apartemen saja biayanya bisa Rp1 triliun.

Belum pembangunan fasilitas lainnya, apalagi TOD ini memang terintegrasi dengan LRT yang sedang dibangun pemerintah pusat,” katanya. Sebenarnya pembangunan TOD sangat dibutuhkan bagi daerah yang menyandang status metropolitan seperti Bekasi.

Sebab keberadaan TOD sangat menunjang masyarakat dalam memperoleh fasilitas, salah satunya kemudahan dalam transportasi umum. Selain terdapat gedung parkir dan pusat perbelanjaan, TOD dibangun hunian vertikalnya.

Dengan kata lain, TOD merupakan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran karena terdapat berbagai macam fasilitas di dalamnya yang terintegrasi dengan transportasi umum, seperti LRT, KRL Commuter Line, dan bus.

”Dampak positifnya kemacetan bisa terurai, karena masyarakat nanti memilih LRT,” ujarnya. Seperti diketahui, LRT bakal dibangun sepanjang 44 kilometer yang melintasi lima wilayah Jawa Barat, Jakarta, hingga Tangerang.

Untuk membangun LRT dibutuhkan lahan seluas 14 hektare. Salah satu pembebasan lahan terbesar berada di Jatimulya, Kabupaten Bekasi, yang saat ini memasuki tahap pembebasan.

Ketua Dewan Transportasi Kota Bekasi Harun Al Rasyid mengatakan, dengan kehadiran LRT akan mengurai kemacetan di Bekasi dan sekitarnya. ”Kemungkinan kemacetan bisa terurai karena warga banyak memilih LRT nanti, karena transportasi ini sangat tepat waktu dan cepat,” katanya.

Apalagi kehadiran LRT yang ada di wilayah Jabodebek memang akan mengubah peradaban masyarakat Bekasi. Hal itu bisa dilihat dari rencana pemerintah yang ingin membangun depo atau garasi kereta LRT di Bekasi sehingga konsentrasi warga menuju Jakarta akan terpusat di sana.

”Masyarakat yang selama ini kehilangan banyak waktu di jalan karena kemacetan akan mendapat banyak waktu berkualitas dengan adanya LRT bisa memangkas waktu tempuh perjalanan,” ungkapnya.

Karena itu, kehadiran LRT ini menjadi transportasi massal yang dibutuhkan masyarakat. Harun menilai, kondisi arus lalu lintas di Bekasi sudah semakin semrawut. Bahkan berdasarkan kajiannya, setiap hari pola pergerakan kendaraan pribadi ke kawasan Summarecon Bekasi mencapai 31.000 unit.

Bahkan, pada 2020 nanti jumlah penduduk Kota Bekasi bakal mencapai 3 juta jiwa. Untuk saat ini saja jumlah penduduk Kota Bekasi mencapai 2,8 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar itu, tanpa langkah strategis dari pemerintah dan pemangku kepentingan, Kota Bekasi akan semakin padat.

Apalagi proporsi penggunaan kendaraan di Jabodetabek didominasi oleh pengendara motor. Sebanyak 75% warga memilih naik sepeda motor, 23% kendaraan pribadi, dan 2% kendaraan umum.

Masyarakat lebih memilih naik sepeda motor dan kendaraan pribadi karena ingin mendapat kenyamanan dalam transportasi menuju DKI Jakarta selama ini. Alhasil, kemacetan tidak bisa terelakan.

Pengamat perkotaan dan transportasi, Yayat Supriatna, menyarankan pemerintah Bekasi untuk menerbitkan peraturan soal penataan ulang struktur ruang tata kota. Sebab Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi akan menjadi daerah yang terintegrasi dengan transportasi publik.

Hal ini menyusul adanya pembangunan kereta api ringan atau LRT di wilayahnya. Apalagi di sana juga tengah dibangun double-double track (DDT), Jakarta-Cikampek Elevated, Jalan Tol Bekasi-Cawang- Kampung Melayu, dan sebagainya. ”Kehadiran LRT akan mengubah Bekasi,” katanya. (Abdullah M Surjaya)

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5147 seconds (0.1#10.140)