Keluarga Korban Tewas Tabrakan Beruntun di Tol BSD Tuntut Keadilan

Kamis, 25 April 2019 - 20:04 WIB
Keluarga Korban Tewas Tabrakan Beruntun di Tol BSD Tuntut Keadilan
Keluarga Korban Tewas Tabrakan Beruntun di Tol BSD Tuntut Keadilan
A A A
TANGERANG SELATAN - Keluarga korban kecelakaan lalu lintas , di Tol Jakarta-BSD, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, pada Jumat 12 April 2019, menuntut keadilan. Roni Fadilah (40), suami almarhumah Lia Sagita (38), korban tewas satu-satunya dalam kecelakaan itu mendesak kepolisian agar segera menangkap SB, driver Outlander B 378 BEL yang menabrak Lia.

Tidak hanya itu, Roni bahkan melaporkan SB ke Polres Tangsel, dan menuntut remaja tersebut segera dijebloskan ke penjara, serta memberikan ganti rugi Rp1,5 miliar.

Roni pun menceritakan kembali peristiwa kelam yang dialami istrinya itu. Berawal saat dirinya sedang berada di kantor Wali Kota Jakarta Timur. Tiba-tiba, HP-nya berdering, dihubungi orang kantor istrinya. (Baca Juga: Empat Mobil Terlibat Kecelakaan Beruntun di Tol BSD, Satu Orang Tewas)

"Awal kejadiannya, saya ditelpon oleh orang kantor istri saya, bahwa dia ditelepon oleh polisi. Katanya, istri saya terlibat kecelakaan di Tol BSD," kata Roni, memulai ceritanya, kepada wartawan, Kamis (25/4/2019).

Sudah sejak 5 tahun terakhir, keluarga kecil yang belum punya momongan ini, tinggal di Perumahan Akasia Valley, Blok D40-41, Kademangan, Tangsel. Dia biasa berangkat kerja dengan Suzuki Ertiga B 2029 BKW.

Nahas, saat melintas di Tol Jakarta-BSD, di KM 9 +500 arah Jakarta, mobil yang dikendarai Lia tiba-tiba ditabrak dari depan, bagian sebelah kanannya hingga ringsek.

"Jadi, saya menemukan saksi yang saat kejadian, berada di belakang dia. Mobil itu, katanya mengebut di atas 100 KM/jam. Setelah zig zag, mobil baru keluar jalur dan menabrak mobil istri saya," sambung Roni lagi. (Baca juga:

Setelah menabrak mobil yang dikendarai Lia, Outlander dengan kecepatan tinggi itu langsung menabrak dua mobil lainnya yang berada di belakang Lia, hingga rusak.

Nahas bagi Lia. Dia menderita luka sangat parah, dan menghembuskan napas terakhirnya di lokasi. Roni sempat memeluk istrinya itu dengan erat, saat masih terjepit di dalam mobil, selama hampir 10 menit.

"Istri saya tangannya sudah diikat, baju agak diturunin. Saya lihat kakinya, saya langsung tepuk-tepuk wajahnya, dan pipinya, ada tim medis juga. Ada sekira 10 menit saya peluk istri saya di mobil itu," ungkap Roni haru.

Dijelaskan Roni, banyak sekali penanganan kecelakaan yang dirasanya sangat buruk. Mulai dari informasi polisi yang tidak lengkap, sampai salah masuk rumah sakit.

Tidak hanya sikap polisi yang membuatnya kecewa, sikap keluarga driver maut yang menabrak istrinya pun setali tiga uang. Tidak ada empati, kepada keluarga korban.

"Sampai hari ketiga, keluarga si penabrak tidak ada yang ke rumah. Setelah seminggu kemudian, baru dia datang. Saat itu yang datang ibu kandungnya. Sebelumnya dia juga kantor istri saya, di Kedoya," jelasnya.

Saat bertemu itu, pihak keluarga baru minta maaf. Sedang saat di kantornya, mereka tidak meminta maaf. Hanya menjelaskan kronologi kejadian, menurut versi sendiri.

"Katanya, anak yang menabrak itu masa depannya masih cerah, masih sekolah, dan berprestasi. Orang kantor semua kesal. Ternyata itu juga yang dijelaskan di rumah saya. Tidak ada empatinya terhadap korban," sambungnya.

Setelah pertemuan itu, keluarga SB masih datang ke rumah korban. Tetapi, pertemuan kedua dan ketiga itu, hanya untuk melobi keluarga korban agar tidak melapor polisi.

"Karena kesal, akhirnya tidak saya timpali. Kakak saya yang menemani. Dia bilang, kalau mau ganti rugi bayar Rp1,5 miliar. Itu juga tidak akan cukup. Kalau di polisi, kami minta ganti materi dan nonmateri," jelasnya.

Pihaknya pun meminta keadilan agar pelaku cepat ditangkap, dan di penjara sesuai dengan hukum yang berlaku. Begitupun, minta ganti rugi material dan nonmaterial.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6033 seconds (0.1#10.140)