PT KCI Ungkap Ada Tiga Seri Commuter Line yang Kerap Alami Gangguan

Kamis, 11 April 2019 - 06:39 WIB
PT KCI Ungkap Ada Tiga Seri Commuter Line yang Kerap Alami Gangguan
PT KCI Ungkap Ada Tiga Seri Commuter Line yang Kerap Alami Gangguan
A A A
JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menyatakan faktor usia kereta menjadi salah satu penyebab sejumlah rangkaian KRL Commuter Line kerap mengalami permasalahan. Selain umur kereta, permasalahan listrik juga menjadi penyebab seringnya gangguan KRL Commuter Line.

Direktur Teknik dan Pemeliharaan PT KCI, John Roberto mengatakan, rangkaian Commuter Line harus diimpor drai Jepang karena PT Industri Kereta (INKA) selaku produsen kereta api belum memproduksi Commuter Line. Saat ini, PT KCI telah mengoperasikan 10 seri kereta metro dengan umur tertua yakni, produksi tahun 1980-an.

"Meski berumur tua, tapi kereta itu masih layak dioperasikan. Makanya dibutuhkan perawatan rutin dan berkala," kata John Roberto pada Rabu (10/4/2019). Namun, tak bisa dipungkiri tetap saja ada gangguan, dan permasalahan kelistrikan menjadi masalah klasik.

John menuturkan, beberapa seri kereta yang dibeli dari Jepang kini sudah tak diproduksi lagi oleh pabrikannya. Alhasil, PT KCI harus mengadakan perjanjian dengan beberapa pabrik kereta lainnya untuk menyiapkan suku cadang, ketiga pabrikan itu, yakni JAIS, Metro, dan Tokyo.

“Ada tiga seri yang kerap gangguan, yakni seri 1.000, 6.000, dan 8.000,” ujar John. Dari tiga seri itu, lanjut John, sebanyak 40% kereta saat ini beroperasi di Jabodetabek.

Saat ini, PT KCI berencana melakukan downgrade atau mempensiunkan kereta bertahap dilakukan pihaknya. Selain itu, PT KCI berupaya mendatangkan seri baru."Kami mencoba terus menghadirkan seri 05 yang diproduksi tahun 2003. Meskipun sistem kelistrikan terhadap empat kereta sama, namun seri 05 jauh lebih baik," tuturnya.

John menerangkan, saat ini tengah mempush sejumlah teknisi Commuter Line di tiga lokasi Balai Yasa yang setiap malamnya bertugas melakukan pengecekan rutin dan berkala komponen listrik dan pembersihan sebelum kembali digunakan maksimal pukul 07.00 WIB.

Tak saja itu, demi meningkatkan keterampilan sejumlah pekerja, evaluasi dan analisis masalah dipertandingkan di tiap kelompok bengkel itu. Pemenang dari evaluasi dan analisis akan diberangkatkan ke Jepang untuk mendapatkan pengajaran langsung dari pabrikan kereta, dan kemudian diangkat teknisi senior.

“Saya juga mengajarkan bagaimana teknisi itu memahami setiap masalah kereta,” ujarnya. Dari program itu, John mengakui gangguan kereta mengalami pengurangan. Pada Maret 2019 lalu gangguan tercatat mencapai sembilan kali. Kini hingga bulan 10 April 2019, gangguan tercatat baru tiga kali.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5516 seconds (0.1#10.140)