Budaya Baru Transportasi Jakarta

Senin, 25 Maret 2019 - 08:04 WIB
Budaya Baru Transportasi Jakarta
Budaya Baru Transportasi Jakarta
A A A
JAKARTA - Kehadiran mass rapid transit (MRT) Jakarta akan menciptakan peradaban baru masyarakat Ibu Kota. Moda transportasi massal terbaru ini menjadi momentum untuk meneguhkan kembali nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang kadang terabaikan.

Dari MRT masyarakat bisa bercermin begitu pentingnya makna disiplin, ketertiban, keramahan dan rasa tanggung jawab bersama dalam bermasyarakat. Namun demikian, untuk mewujudkannya perlu upaya esktra dan waktu yang tidak sebentar karena akan mengubah kebiasaan-kebiasaan lama yang kurang populer. Misalnya saja, budaya antre yang kerap kali sulit dilakukan. Begitupun kesadaran untuk menjadikan budaya bersih di wilayah publik.

Soal budaya antre dan bersih ini masih menjadi pekerjaan rumah para pemangku kepentingan terutama PT MRT Jakarta selaku operator. Ini berkaca pada kejadian masih adanya oknum masyarakat yang tidak menjaga kebersihan saat uji coba pekan lalu. Pada foto-foto yang beredar di media sosial, terlihat sekelompok warga yang menjadikan lorong stasiun sebagai tempat makan bersama sambil lesehan. Sampah pun masih terlihat berceceran di beberapa titik persinggahan. Ada pula foto yang menunjukkan penumpang MRT duduk seenaknya sambil mengangkat kaki ke kursi.

Padahal, seyogianya keberadaan MRT dan moda transportasi massal lainnya yang sudah lebih dulu eksis diharapkan dapat menjadi pilihan ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Selain kini lebih nyaman, moda-moda transportasi umum di Jakarta bisa membuat pergerakan masyarakat lebih efisien, di tengah lalu lintas Jakarta yang kerap dilanda kemacetan. Integrasi moda transportasi ini juga akan lebih baik jika sudah mencakup wilayah panyangga Jakarta. Kota-kota pinggiran Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, Bogor, harus memiliki moda transportasi massal lebih banyak dan bukan hanya KRL dan bus, agar pergerakan masyarakat lebih mudah.

Yang tak kalah penting adalah, pengguna transportasi umum harus turut bertanggung jawab dalam menjaga dan merawat fasilitas yang ada. Perlu penegakan disiplin oleh semua lapisan masyarakat agar infrastruktur yang dibangun dengan nilai triliunan rupiah itu bisa memberikan manfaat berkesinambungan.

Ikhwal peradaban baru dalam sistem transportasi massal ini ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan MRT Jakarta di Kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI) kemarin. Presiden berharap dengan beroperasinya MRT fase I ini, akan membuat kebiasaan masyarakat berubah dari yang semula mengandalkan kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum dalam mobilitas sehari-hari.

Menurut Jokowi, ke depan transportasi massal seperti MRT akan terhubung dengan moda lainnya yaitu light rail transit (LRT) Jabodetabek, kereta rel listrik (KRL), dan TransJakarta. Integrasi ini akan terpusat di kawasan Stasiun Dukuh Atas yang menjadi pertemuan tiga moda transportasi umum berbasis rel.

“Dukuh Atas akan menjadi kawasan transportasi paling sibuk, ribuan orang berlalu lalang setiap harinya. Lebih nyaman cepat naik MRT naik TransJakarta dan LRT, yang akan segera selesaikan,” ujar Jokowi di sela-sela peresmian MRT Jakarta fase I sekaligus pencanangan MRT Fase II di Bundara HI, Jakarta Pusat, kemarin.

Pada kesempatan tersebut, Presiden didampingi sejumlah menteri di antaranya Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Ambisi membangun sistem transportasi nyaman dan terintegrasi yang dicanangkan pemerintah akan terus berlanjut. Setelah MRT Jakarta seksi I yang menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran HI diresmikan, pemerintah juga bersiap membangun MRT fase II yang menghubungkan Bundaran HI hingga Jakarta Kota. Targetnya, proyek yang akan menelan investasi Rp22,5 triliun itu bisa selesai pada 2024 mendatang.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pembangunan MRT Tahap 1 (Lebak Bulus-Bundaran HI) merupakan sebuah terobosan infrastruktur untuk mengintegrasikan transportasi di DKI Jakarta. Saat ini, lintasan MRT sepanjang 16 kilometer baru terintegrasi dengan Bus Rapid Transit (BRT). Kedepan, Pemerintah DKI akan mendorong terus integrasi dengan moda transportasi lainnya seperti LRT dan Commuter Line, dalam kerangka Jaklingko.

"Dan, kita akan terus kawal pembangunan MRT Fase 2 dan fase-fase berikutnya," kata Anies .

Anies menjelaskan, MRT atau juga disebut Moda Raya Terpadu ini adalah salah satu terobosan infrastuktur kelas dunia yang menempatkan Jakarta sebagai kota megapolitan modern. Menurutnya, Jakarta sebagai ibukota sebuah negara anggota G-20 harus menjadi kota global yang maju, sejajar dengan berbagai kota utama dunia lainnya.

Pembangunan 13 stasiun antara Lebak Bulus-Bundaran HI, lanjut Anies, telah dirampungkan dan diresmikan. MRT yang memiliki delapan rangkaian itu akan mulai beroperasi pukul 05.30 s/d 22.30 WIB selama Maret dan April. Setelah itu, jumlah rangkaian ditingkatkan menjadi 16, dan jam operasional ditambah dari pukul 05.00 s/d 24.00 WIB. MRT tahp I ini didukung oleh 71 masinis dan 350 tenaga operasi dan pemeliharaan.

"Proyek ini memang benar-benar kolosal. Menurut informasi dari Dirut MRT, ada 253.553 pekerja yang terlibat dalam pembangunan MRT Jakarta Fase 1 sejak groundbreaking sampai selesai, ditambah 546 orang karyawan PT MRT," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Anies juga menyampaikan terimakasih kepada para Gubernur Jakarta yang telah ikut mengawal dan mendorong proses pembangunan MRT dalam masa periodenya. Di antaranya, yaitu Gubernur Sutiyoso Gubernur Fauzi Bowo, Gubernur Joko Widodo, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, dan Gubernur Djarot Saiful Hidayat.

Terkait tarif MRT, Anies mengatakan bahwa pihaknya bersama belum menetapkan besarannya. Namun, berdasarkan hitungan kasar yang dibahas bersama DPRD DKI Jakarta, tarif MRT diperkirakan sekitar Rp1.000 per kilometer (km).

“Tarifnya nanti akan berbeda-beda tergantung tujuannya. MRT ini tarifnya berdasarkan stasiun. Anda naik dari stasiun mana, turun stasiun mana, harganya beda-beda,” kata Anies. Untuk tarif ini, Anies mengatakan bahwa penetapannya baru akan diumumkan hari ini.

Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Bambang Prihartono sebelumnya mengatakan, MRT akan menjadi pilot project transportasi perkotaan dengan konsep digital.

"Kita akan atur supaya tidak crowded, terutama untuk ojek online seperti Grab maupun Gojek. Kita atur, supaya tidak berantakan," ujarnya.

Dia menambahkan, untuk menunjang rute-rute MRT, BPTJ juga akan menyediakan 50 unit bus angkutan tambahan sebagai feeder.

"Kalau ini berhasil kita atur, tentu selanjutnya akan geser ke stasiun-stasiun milik PT KAI untuk layanan kereta Kommuter," pungkasnya.

Terpisah, pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio mengatakan, keberadaan MRT sebagai penunjang transportasi di wilayah DKI Jakarta akan menciptakan peta baru transportasi.

Menurut dia, keberadaan MRT dibangun dengan sangat detil dan perencanaan yang matang. Dia berharap calon penumpangnya dipermudah, terutama integrasi kartu yang bisa dimanfaatkan untuk trans Jakarta maupun KRL.

"Tinggal kita lihat kalau dari sisi tarif tidak ada masalah atau tidak dikeluhkan penumpang tinggal integrasinya saja yang perlu dengan moda lain seperti KRL maupun Bus Trans Jakarta," ucapnya.

Pengamat sosial Vokasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai, MRT memiliki dua karakter yaitu fungsional dan sosial. Secara fungsional, MRT sebenarnya menjadi hal yang tidak "asing" Karena fungsinya yang sama dengan kereta KRL atau kereta antar kota yang juga sudah akrab di masyarakat

"Namun, MRT kemudian, dengan rancangannya yang baru dan berbeda tentu memiliki daya pikat yang besar," katanya.

Perihal membangun budaya disiplin, ujar Devie, hal itu memang tidak mudah dilakukan. Sebagai gambaran, di Inggris yang merupakan negara ternama dengan kedisiplinan mengantre dan kesopanan dalam menggunakan fasilitas publik, tidak terjadi begitu saja. (Bima Setiyadi/Ichsan Amin/Yan Yusuf/R Ratna Purnama)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6195 seconds (0.1#10.140)