Sampah Plastik di Tangsel 15 Ton Sehari, 3 Ton Dibuang ke Situ Perigi

Kamis, 21 Maret 2019 - 18:07 WIB
Sampah Plastik di Tangsel 15 Ton Sehari, 3 Ton Dibuang ke Situ Perigi
Sampah Plastik di Tangsel 15 Ton Sehari, 3 Ton Dibuang ke Situ Perigi
A A A
TANGERANG SELATAN - Produksi sampah rumah tangga dan industri di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dalam sehari sebanyak 100 ton dan 15%-nya merupakan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang.

Sampah-sampah plastik itu, tidak semua dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong. Ada juga yang dimanfaatkan untuk bank sampah, dan dijadikan komoditi mendatangkan uang.

Menurut Kepala Dinas (Kadis) Lingkungan Hidup (LH) Kota Tangsel Toto Sudarto, banyak warga yang menggantungkan hidup dari sampah plastik, melalui bank sampah.

"Sampah-sampah plastik itu dikumpulkan, yang bagusnya dijual di bank sampah, dengan cara ditimbang. Rata-rata disetiap daerah, pembuangan sampah plastik banyak," katanya di Pamulang, Tangsel, Kamis (21/3/2019).

Tidak hanya itu, kata dia, sampah-sampah plastik ini juga menyebabkan kerusakan lingkungan sangat parah. Terutama, pada ekosistem yang berada di dalam situ. Seperti terlihat, pada Situ Perigi, di Pondok Aren, misalkan.

Tampak, sampah plastik banyak numpuk, di dalam situ. Sampah yang tidak bisa larut oleh alam itu, membuat dataran situ menjadi dangkal. Sehingga, sampah plastik terlihat jelas, berada di tengah-tengah situ.

Dalam seminggu, sampah di Situ Perigi bisa mencapai 7 ton lebih, dan 3 ton sampah, di antaranya merupakan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang. Untuk mengangkut sampah ini, dibutuhkan waktu berhari-hari.

"Setiap hari kita angkut 1 truk, beratnya 3 ton. Satu minggu, bisa 7 ton lebih. Kalau musim hujan, sampah yang masuk ke dalam situ, bisa semakin banyak," jelasnya.

Sam Kura, petugas lapangan DLH Tangsel menambahkan, sedikitnya butuh waktu sekira 2 hari sekali, mengangkut sampah yang menumpuk di Situ Perigi, dengan 15 unit mobil truk sampah bermuatan 8 kubik.

"Kami hanya mengangkut sampah rumah tangga yang terjaring. Kalau yang ada di tengah-tengah, bukan tanggung jawab kami. Kami hanya mensupport saja," katanya.

Buruknya pengelolaan sampah yang ada di dalam situ, antara petugas lapangan, sepertinya tidak bisa dihindarkan. Petugas PU yang harusnya membuang sampah ke TPA, justru asyik uncang-uncang kaki saja.

"Kami hanya memgangkat saja. Harusnya yang membuang sampahnya itu PU. Tetapi tidak ada yang idep. Kami yang angkat, kami juga yang membuangnya," ungkapnya.

Sementara itu, Solihin (15), remaja yang biasa kongkow di dekat situ mengatakan, sampah-sampah plastik yang ada di dalam Situ Perigi, tidak pernah lagi dibersihkan, sudah sejak lama, hingga bertahun-tahun.

"Sekarang memang lagi kering. Makanya, banyak sampah plastik yang kelihatan, hingga ke permukaan. Kebanyakan emang sampah plastik rumah tangga," paparnya.

Dangkalnya permukaan situ, ternyata tidak melulu membuat warga merugi. Sebaliknya, banyak pemancing tetap mencari ikan, untuk dibawa pulang. Penjual cacing sutera umpan ikan hias, bahkan menyebur ke situ.

Tampak, kedalaman situ hanya setinggi pinggul orang dewasa. Meski demikian, warga berharap sampah plastik di dalam Situ Perigi segara diangkat ke permukaan.

Keprihatinan terhadap sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang itu, membuat pendongeng keliling Nusantara, Budi Sabarudin merasa prihatin, dan melakukan kampanye untuk kurangi sampah plastik.

Melalui dongeng berjudul "Perang Melawan Raja Lalat," pria yang juga jurnalis ini coba mengedukasi anak usia sekolah, tentang bahaya sampah plastik bagi lingkungan.

"Ini pola baru yang sedang saya pakai dalam pertunjukan dongeng. Jadi, dongeng Raja Lalat berkisah tentang pola hidup bersih dan sehat, baik di sekolah, rumah, kantor, maupun lingkungan sekitar," katanya.

Pesan penting dalam dongeng ini, sebagai kampanye mengajak sekolah dan masyarakat, untuk membersihkan sampah apa pun, termasuk sampah plastik. Juga mengajak mengurangi volume sampah.

"Indonesia ini ranking kedua dunia yang membuang sampah plastik ke lingkungan. Sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun dan 3,2 juta ton-nya dibuang ke dalam laut," pungkasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9517 seconds (0.1#10.140)