Ojek Online Kian Liar Kuasai Jalanan di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Lemahnya penindakan yang dilakukan Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta membuat sejumlah jalanan dikuasai ojek online (ojol). Mereka mengusai bibir jalan menyebabkan kemacetan.
Di sisi lain, tak seperti Kantor Pemprov yang menyediakan drop off dan drop in bagi ojol. Beberapa fasilitas publik membiarkan kawasan ini seadanya. Mereka kemudian mengusai sejumlah tempat, menongkrong dan menunggu penumpang hingga menyebabkan kesemrawutan.
Kondisi hampir ditemukan dibeberapa tempat, seperti Stasiun, Pusat Perbelanjaan, Terminal Bus, hingga pasar. Mereka menaruh kendaraan hingga ke tengah jalan.
Seperti di Stasiun Palmerah, dua dari empat ruas jalan menuju kawasan Permata Hijau dikuasai oleh ojek online. Mereka kemudian memarkirkan kendaraan di bawah Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) atau skybridge yang menuju Halte Transjakarta.
Imbasnya, kemacetan di kawasan itu tak terhindarkan. Ruas kendaraan menyempit karena jalan di kuasai ojek online. Bunyi klakson sering terdengar saat pagi dan sore hari.
"Makin parah mas, dulu mah enggak sampai begini," kata Ramdan (38), salah seorang pengguna KRL yang ditemui di Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019).
Di Palmerah sendiri, keberadaan ojek online membuat manuver Transjakarta terganggu. Akses keluar masuk halte di sisi kiri jalan terganggu lantaran dipenuhi ojek online. Sekalipun petugas memperingatkan namun para driver ojol tak peduli.
Kondisi lebih buruk terjadi di kawasan Mangga Dua, Pademangan, Jakarta Utara. Sejumlah ojek online kuasai badan jalan hingga menutupi ruas jalan yang berada disisi kanan. Mereka kemudian memarkirkan kendaraan membuat jalanan menyempit.
Hal ini membuat kemacetan terjadi cukup panjang, jalanan menuju ke kawasan kota tua terpantau macet hingga ke gunung sahari. Sementara jalan menuju Gunung Sahari juga terpantau macet hingga bawah flyover rel kereta.
Sekalipun telah diklakson berulang kali, namun hal itu tak membuat pengojek jera. Sembari berteriak 'berisik' mereka kemudian mengancam sejumlah pengguna jalan di sana.
"Makanya kalau lewat itu, saya pasrah saja. Macetnya makin parah dan buruk," kata Gilbert (30), pengguna mobil yang melintas di kawasan itu.
Sementara di Grogol Petamburan, sejumlah taksi online terlihat berjejer di kawasan Jalan S Parman, Grogol Petamburan, Jakarta Pusat. Jalanan menyempit karena satu dari empat ruas jalan dikuasai pangkalan liar.
Berada dekat Halte dan JPO membuat manuver angkutan umum terganggu. Kemacetan tak terhindarkan terutama saat menjelang sore hari. Kondisi ini membuat arus lalu lintas yang padat menjadi semerawut.
Sekalipun di kawasan itu terdapat mobil derek Dishub yang berjaga. Namun hal itu tak berdampak signifikan. Mobil di sana hanya diam dan tak melakukan penderekan.
Elga (29), driver taksi online mengatakan, memilih menunggu di sana untuk kepastian penumpang. Ia mengakui dengan menunggu di luar dirinya akan bisa mengangkut penumpang dari sejumlah tempat, seperti Mall Central Park, Mall Taman Anggrek, hingga apartement mediterania. "Ini lokasinya strategis. Kalau masuk ke dalam agak macet dan ribet mas," ucap Elga.
Pendapat berbeda di ungkapkan, Jojo (34), driver taksi online lainnya. Ia mengatakan, petugas keamanan melarangnya untuk mangkal di kawasan itu. Volume kendaraan yang penuh di kawasan itu membuat tak ada lokasi untuk mangkal. "Kalau tahu kita (driver online) di sana. Mereka akan menyuruh kita keluar," tutur Jojo.
Kondisi jauh lebih baik terjadi di kawasan Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di sana ojek online terlihat berhenti agak jauh dari pintu keluar Stasiun Tanah Abang. Roda dua milik ojek online berbaris rapih dan tak memakan badan jalan.
Adanya aturan etika dengan ojek pangkalan di kawasan itu membuat sejumlah pengendara ojol mengalah. Mereka kemudian menjahui pintu masuk dan keluar stasiun Tanah Abang sejauh 50 meter.
Meski bebas dari ojol, namun kondisi itu tak membuat kawasan Stasiun Tanah Abang bebas macetnya. Ojek pangkalan yang berada di bawah sky bridge, memarkirkan kendaraannya secara sembarang. Kemacetan di kawasan itu tak terhindarkan, karena penyempitan jalan.
"Kita mah enggak membuat kemacetan. Jalanan saja masih lega," kilah Fahmi (42), pengemudi ojek pangkalan yang mangkal dekat Stasiun Tanah Abang.
Sementara, Tatang (46), berpendapat keberadaan ojek online di Halte Jatibaru tak membuat kemacetan. Terlebih dirinya dan sejumlah teman-temannya tak memakan satu jalan. "Loh ini masih bisa kok," tuturnya.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi menilai kemacetan di kawasannya karena ketidaktegasan petugas di lapangan. Padahal ia menjelaskan bahwa sudah semestinya petugas bisa meminimalisir kemacetan dengan menindak tegas ojek maupun taksi online yang mangkal sembarangan.
"Banyak kok. Kaya di Juanda, Pasar Baru, Stasiun Gambir, dan Tanah Abang," kata Irwandi yang tak menyangkal kondisi itu.
Terhadap itu, Irwandi kemudian akan meminta petugas, khususnya Sudin Perhubungan agar menindak angkutan yang ngetem sembarangan. Tindakan tegas harus dilakukan dengan cara mengkandangkan angkutan yang membandel.
PLT Kadishubtrans DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko membantah bila pihaknya tak tegas. Ia mengatakan, tindakan mengusir dan menindak ojek online kerap dilakukan disejumlah tempat, seperti di kawasan kuningan dan casablanca.
"Kalau ada yang nakal kita langsung tindak kok. Kita angkut motornya, pentilnya kita cabut, atau kita derek mobilnya," kata Sigit.
Masih demikian, upaya itu tak sepenuhnya mulus. Aksi kucing kucingan kerap dilakukan pengendara ojek online di beberapa titik. Terhadap itu, Sigit mengaku tak menyerah.
Di sisi lain, tak seperti Kantor Pemprov yang menyediakan drop off dan drop in bagi ojol. Beberapa fasilitas publik membiarkan kawasan ini seadanya. Mereka kemudian mengusai sejumlah tempat, menongkrong dan menunggu penumpang hingga menyebabkan kesemrawutan.
Kondisi hampir ditemukan dibeberapa tempat, seperti Stasiun, Pusat Perbelanjaan, Terminal Bus, hingga pasar. Mereka menaruh kendaraan hingga ke tengah jalan.
Seperti di Stasiun Palmerah, dua dari empat ruas jalan menuju kawasan Permata Hijau dikuasai oleh ojek online. Mereka kemudian memarkirkan kendaraan di bawah Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) atau skybridge yang menuju Halte Transjakarta.
Imbasnya, kemacetan di kawasan itu tak terhindarkan. Ruas kendaraan menyempit karena jalan di kuasai ojek online. Bunyi klakson sering terdengar saat pagi dan sore hari.
"Makin parah mas, dulu mah enggak sampai begini," kata Ramdan (38), salah seorang pengguna KRL yang ditemui di Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019).
Di Palmerah sendiri, keberadaan ojek online membuat manuver Transjakarta terganggu. Akses keluar masuk halte di sisi kiri jalan terganggu lantaran dipenuhi ojek online. Sekalipun petugas memperingatkan namun para driver ojol tak peduli.
Kondisi lebih buruk terjadi di kawasan Mangga Dua, Pademangan, Jakarta Utara. Sejumlah ojek online kuasai badan jalan hingga menutupi ruas jalan yang berada disisi kanan. Mereka kemudian memarkirkan kendaraan membuat jalanan menyempit.
Hal ini membuat kemacetan terjadi cukup panjang, jalanan menuju ke kawasan kota tua terpantau macet hingga ke gunung sahari. Sementara jalan menuju Gunung Sahari juga terpantau macet hingga bawah flyover rel kereta.
Sekalipun telah diklakson berulang kali, namun hal itu tak membuat pengojek jera. Sembari berteriak 'berisik' mereka kemudian mengancam sejumlah pengguna jalan di sana.
"Makanya kalau lewat itu, saya pasrah saja. Macetnya makin parah dan buruk," kata Gilbert (30), pengguna mobil yang melintas di kawasan itu.
Sementara di Grogol Petamburan, sejumlah taksi online terlihat berjejer di kawasan Jalan S Parman, Grogol Petamburan, Jakarta Pusat. Jalanan menyempit karena satu dari empat ruas jalan dikuasai pangkalan liar.
Berada dekat Halte dan JPO membuat manuver angkutan umum terganggu. Kemacetan tak terhindarkan terutama saat menjelang sore hari. Kondisi ini membuat arus lalu lintas yang padat menjadi semerawut.
Sekalipun di kawasan itu terdapat mobil derek Dishub yang berjaga. Namun hal itu tak berdampak signifikan. Mobil di sana hanya diam dan tak melakukan penderekan.
Elga (29), driver taksi online mengatakan, memilih menunggu di sana untuk kepastian penumpang. Ia mengakui dengan menunggu di luar dirinya akan bisa mengangkut penumpang dari sejumlah tempat, seperti Mall Central Park, Mall Taman Anggrek, hingga apartement mediterania. "Ini lokasinya strategis. Kalau masuk ke dalam agak macet dan ribet mas," ucap Elga.
Pendapat berbeda di ungkapkan, Jojo (34), driver taksi online lainnya. Ia mengatakan, petugas keamanan melarangnya untuk mangkal di kawasan itu. Volume kendaraan yang penuh di kawasan itu membuat tak ada lokasi untuk mangkal. "Kalau tahu kita (driver online) di sana. Mereka akan menyuruh kita keluar," tutur Jojo.
Kondisi jauh lebih baik terjadi di kawasan Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di sana ojek online terlihat berhenti agak jauh dari pintu keluar Stasiun Tanah Abang. Roda dua milik ojek online berbaris rapih dan tak memakan badan jalan.
Adanya aturan etika dengan ojek pangkalan di kawasan itu membuat sejumlah pengendara ojol mengalah. Mereka kemudian menjahui pintu masuk dan keluar stasiun Tanah Abang sejauh 50 meter.
Meski bebas dari ojol, namun kondisi itu tak membuat kawasan Stasiun Tanah Abang bebas macetnya. Ojek pangkalan yang berada di bawah sky bridge, memarkirkan kendaraannya secara sembarang. Kemacetan di kawasan itu tak terhindarkan, karena penyempitan jalan.
"Kita mah enggak membuat kemacetan. Jalanan saja masih lega," kilah Fahmi (42), pengemudi ojek pangkalan yang mangkal dekat Stasiun Tanah Abang.
Sementara, Tatang (46), berpendapat keberadaan ojek online di Halte Jatibaru tak membuat kemacetan. Terlebih dirinya dan sejumlah teman-temannya tak memakan satu jalan. "Loh ini masih bisa kok," tuturnya.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi menilai kemacetan di kawasannya karena ketidaktegasan petugas di lapangan. Padahal ia menjelaskan bahwa sudah semestinya petugas bisa meminimalisir kemacetan dengan menindak tegas ojek maupun taksi online yang mangkal sembarangan.
"Banyak kok. Kaya di Juanda, Pasar Baru, Stasiun Gambir, dan Tanah Abang," kata Irwandi yang tak menyangkal kondisi itu.
Terhadap itu, Irwandi kemudian akan meminta petugas, khususnya Sudin Perhubungan agar menindak angkutan yang ngetem sembarangan. Tindakan tegas harus dilakukan dengan cara mengkandangkan angkutan yang membandel.
PLT Kadishubtrans DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko membantah bila pihaknya tak tegas. Ia mengatakan, tindakan mengusir dan menindak ojek online kerap dilakukan disejumlah tempat, seperti di kawasan kuningan dan casablanca.
"Kalau ada yang nakal kita langsung tindak kok. Kita angkut motornya, pentilnya kita cabut, atau kita derek mobilnya," kata Sigit.
Masih demikian, upaya itu tak sepenuhnya mulus. Aksi kucing kucingan kerap dilakukan pengendara ojek online di beberapa titik. Terhadap itu, Sigit mengaku tak menyerah.
(mhd)