Truk Proyek Tol Cinere-Serpong Terguling, Timpa Gedung SD
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Truk pengangkut tanah proyek pembangunan Tol Cinere-Serpong, terguling dan menimpa ruang kelas SDN Bambu Apus 1, Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, hingga roboh.
Kontan kejadian ini mengagetkan warga sekitar dan pengurus sekolah. Untungnya tidak ada korban dalam peristiwa tersebut, karena kejadiannya bukan sedang jam sekolah.
Ketua RT01/RW 02 Bambung Apus 1, Edi, mengatakan, truk tanah itu terguling saat hendak menanjak. Jalan yang licin akibat hujan membuat truk tidak bisa menanjak dan mundur, hingga akhirnya tergelincir dan terguling menimpa gedung sekolah.
"Peristiwanya malam, pukul 23.00 WIB. Saat itu memang habis hujan. Tidak tidak ada korban jiwa. Sekolah sedang tidak ada orang," ujar Edi saat ditemui SINDOnews, di lokasi kejadian, Senin (14/1/2019).
Robohnya ruang kelas itu pun membuat para siswa kaget. Mereka yang penasaran sempat melihat ke dalam kelas yang roboh, dan bertanya-tanya.
Meski demikian, aktivitas belajar mengajar tetap dilakukan dan berjalan normal. Para siswa dan guru pun sempat mengikuti kegiatan upacara. Agar tidak dimasuki para siswa, pintu kelas yang roboh pun ditutup.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel Taryono yang mendengar kabar tersebut langsung menuju ke lokasi guna melihat kelas bersama sejumlah stafnya.
"Ada satu ruang kelas dan satu laboratorium komputer yang roboh tertimpa truk yang terguling. Namun, kami pastikan kegiatan KBM tidak terganggu, dan alhamdulillah ada satu ruang kelas yang kosong," paparnya.
Menurut Taryono, untuk sementara para siswa bisa memanfaatkan ruang kelas kosong itu sebagai pengganti kelas mereka yang dindingnya roboh dihantam truk tanah.
"Tidak hanya bangunan fisik, kerusakan juga terjadi pada perlengkapan kelas yang tertimpa material bangunan dan tanah. Jadi ada mebeler, seperti alat peraga di lab, dan komputer. Masih kami hitung," ucapnya.
Di tempat yang sama, Kabid Bangunan dan Perkantoran pada Dinas Bangunan dan Penataan Ruang Kota Tangsel, Buana Mahardika, menyebutkan, taksiran awal kerugian akibat peristiwa itu mencapai Rp100 juta.
"Untuk fisik bangunan berupa tembok, pagar dan plafon, kami taksir mencapai Rp100 juta. Kami akan bantu Dinas Pendidikan dalam mengawasi pembangunan ulang ganti rugi oleh pihak kontraktor tol," katanya.
Hari ini, kata dia, seluruh material tanah yang menimpa bangunan sekolah diangkut oleh kontraktor, sebelum melakukan perbaikan fisik ruang kelas yang rusak.
"Hari ini clear kan tanahnya dulu, mulai sore atau besok mereka mobilisasi material untuk perbaikan. Kami akan kawal proses perbaikannya. Jangan sampai ada yang terlewat, dan sekolah dirugikan," paparnya.
Berdasarkan pengamatan di lokasi, proyek Tol Cinere-Serpong memang berada tidak jauh dari lokasi sekolah, sehingga truk berat pengangkut tanah sering melintas di sana.
Warga sekitar dan pengurus RT/RW sekitar juga sering menyampaikan protes. Mereka minta akses lalu lintas truk tidak lewat jalan warga. Apalagi dampak lingkungan akibat truk tersebut tidak pernah diperhatikan.
"Coba mas bayangkan, mereka itu kerja full, pagi, siang, dan malam. Kendaraan proyek melintasi jalan kampung juga sangat mengganggu. Berisiknya, debunya juga, warga banyak yang terkena Ispa," keluh Nadia, warga sekitar.
Kontan kejadian ini mengagetkan warga sekitar dan pengurus sekolah. Untungnya tidak ada korban dalam peristiwa tersebut, karena kejadiannya bukan sedang jam sekolah.
Ketua RT01/RW 02 Bambung Apus 1, Edi, mengatakan, truk tanah itu terguling saat hendak menanjak. Jalan yang licin akibat hujan membuat truk tidak bisa menanjak dan mundur, hingga akhirnya tergelincir dan terguling menimpa gedung sekolah.
"Peristiwanya malam, pukul 23.00 WIB. Saat itu memang habis hujan. Tidak tidak ada korban jiwa. Sekolah sedang tidak ada orang," ujar Edi saat ditemui SINDOnews, di lokasi kejadian, Senin (14/1/2019).
Robohnya ruang kelas itu pun membuat para siswa kaget. Mereka yang penasaran sempat melihat ke dalam kelas yang roboh, dan bertanya-tanya.
Meski demikian, aktivitas belajar mengajar tetap dilakukan dan berjalan normal. Para siswa dan guru pun sempat mengikuti kegiatan upacara. Agar tidak dimasuki para siswa, pintu kelas yang roboh pun ditutup.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel Taryono yang mendengar kabar tersebut langsung menuju ke lokasi guna melihat kelas bersama sejumlah stafnya.
"Ada satu ruang kelas dan satu laboratorium komputer yang roboh tertimpa truk yang terguling. Namun, kami pastikan kegiatan KBM tidak terganggu, dan alhamdulillah ada satu ruang kelas yang kosong," paparnya.
Menurut Taryono, untuk sementara para siswa bisa memanfaatkan ruang kelas kosong itu sebagai pengganti kelas mereka yang dindingnya roboh dihantam truk tanah.
"Tidak hanya bangunan fisik, kerusakan juga terjadi pada perlengkapan kelas yang tertimpa material bangunan dan tanah. Jadi ada mebeler, seperti alat peraga di lab, dan komputer. Masih kami hitung," ucapnya.
Di tempat yang sama, Kabid Bangunan dan Perkantoran pada Dinas Bangunan dan Penataan Ruang Kota Tangsel, Buana Mahardika, menyebutkan, taksiran awal kerugian akibat peristiwa itu mencapai Rp100 juta.
"Untuk fisik bangunan berupa tembok, pagar dan plafon, kami taksir mencapai Rp100 juta. Kami akan bantu Dinas Pendidikan dalam mengawasi pembangunan ulang ganti rugi oleh pihak kontraktor tol," katanya.
Hari ini, kata dia, seluruh material tanah yang menimpa bangunan sekolah diangkut oleh kontraktor, sebelum melakukan perbaikan fisik ruang kelas yang rusak.
"Hari ini clear kan tanahnya dulu, mulai sore atau besok mereka mobilisasi material untuk perbaikan. Kami akan kawal proses perbaikannya. Jangan sampai ada yang terlewat, dan sekolah dirugikan," paparnya.
Berdasarkan pengamatan di lokasi, proyek Tol Cinere-Serpong memang berada tidak jauh dari lokasi sekolah, sehingga truk berat pengangkut tanah sering melintas di sana.
Warga sekitar dan pengurus RT/RW sekitar juga sering menyampaikan protes. Mereka minta akses lalu lintas truk tidak lewat jalan warga. Apalagi dampak lingkungan akibat truk tersebut tidak pernah diperhatikan.
"Coba mas bayangkan, mereka itu kerja full, pagi, siang, dan malam. Kendaraan proyek melintasi jalan kampung juga sangat mengganggu. Berisiknya, debunya juga, warga banyak yang terkena Ispa," keluh Nadia, warga sekitar.
(thm)