Gunakan KRI SPICA, KNKT Cari CVR JT 610 di Karawang

Selasa, 08 Januari 2019 - 15:00 WIB
Gunakan KRI SPICA, KNKT Cari CVR JT 610 di Karawang
Gunakan KRI SPICA, KNKT Cari CVR JT 610 di Karawang
A A A
JAKARTA - Setelah sempat terhenti pada Desember 2018, pencarian cockpit voice recorder (CVR) milik Pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh diperairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, kembali dilakukan, Selasa (8/1/2019).

Kali ini Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melalukan pencarian bersama TNI AL menggunakan Kapal KRI SPICA yang memiliki teknologi canggih. Waktu pencarian pun ditarget selama 15 hari sesuai dengan sinyal 'ping' yang memancar dari CVR.

"Agenda utama kita dua, kita mencari CVR dengan bantuan dari KRI SPICA, karena ada beberapa peralatan yang dimiliki spesifik oleh mereka. Kami minta bantuan dari TNI AL untuk mendukung pencarian," kata Kepala KNKT Soeharjanto Tjahjono di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (8/1/2019).
Gunakan KRI SPICA, KNKT Cari CVR JT 610 di Karawang
Sebelumnya untuk membantu pencarian CVR KNKT sudah menurunkan Kapal MVP Everst pada 19 Desember 2018. Namun, pencarian dihentikan menjelang akhir tahun lalu.

Selain akan mencari CVR, Soeharjanto memastikan bila nantinya ditemukan bagian tubuh korban maka pihaknya akan melakukan evakuasi. Sebab ia menduga masih banyak bagian tubuh yang tertutup serpihan-serpihan.

"Kalau dibuka ada di sana ada bagian human, kita akan angkat," tegas Soeharjanto.

Hingga kini, Soeharjanto menduga hasil analisis yang dilakukan pihaknya, CVR yang dicari berjarak 50 meter dari Flight Data Recorder (FDR). Dengan diameter 5x5, Soeharjanto berharap CVR akan mudah ditemukan, sehingga waktu pencarian tidak memerlukan waktu lama.

Kapushidrosal TNI AL, Laksamana Muda TNI Harjo Susmoro menambahkan, pencarian ini merupakan kepedulian negara terhadap kejadian JT 610 yang jatuh di bulan September 2018. Sesuai dengan Nawacita Presiden Jokowi, makanya negara harus hadir.

Karena itu, Harjo memastikan pihaknya akan tuntas dan mencari CVR hingga sisa waktu 15 hari ke depan atau sisa batre CVR yang bertahan 90 dari dinyatakan hilang.

"Nah setelah 15 hari, sinyal 'ping' melemah. Di situ maksimum yang sudah kita lakukan. Tapi ini dari KNKT, sudah melokalisir di 5x5 sekitar lokasi," kata Harjo.

CVR sendiri, kata Harjo nantinya mengungkap tabir detik detik penumpang. Karena disitulah, komunikasi antar pilot dengan tower dan situasi antar penumpang terekam.

Termasuk untuk evaluasi nantinya. CVR mengatakan akan menjadi pembelajaran agar jatuhnya JT 610 tidak terulang dikemudian hari.

Mengenai soal spesifik KRI SPICA, Harjo memaparkan kapal ini akan menggunakan teknik sub buttom profilers yakni teknik penginderaan bawah permukaan menggunakan alat khusus yang memancarkan gelombang akustik. Cara ini biasa digunakan untuk menampilkan profil seismik dasar laut dangkal.

Selain menggunakan teknik itu, KRI SPICA juga menggunakan teknik Multibeam Echosounder, yang nanti menampilkan dasar laut dari pancaran singel beam yang dijatuhkan dari badan kapal.

Setelah nantinya terdeteksi, maka pihaknya akan menggunakan maggneto meter yang mampu mendeteksi logam hingga kedalam 60 meter. Tampilan itu akan terdeteksi melalui ROV (Remotely Operated Vehicle) yang di layar perahu.

"Kalau ada logam itu baru digunakan. Masalahnya logam itu tak hanya CVR, tapi ada pecahan pecahan lainnya, yang harus dianalisis dahulu," ucapnya.

Karena itu, Harjo bersyukur analisis seluas 5x5 meter di kawasan teluk Jakarta dilokasi jatuhnya pesawat JT 610 akan membantu pihaknya mencari CVR.

Karena itu, Harjo optimis dengan kecanggihan KRI SPIKA yang dimiliki, akan mempermudah pihaknya mencari VCR. Ia pun berharap doa restu masyarakat tercurahkan agar pencarian dipermudah.

"Survei pertama 7 hari, kalau ngga ketemu kita menunggu daei KNKT apakah mau nunggu sampe titik darah penghabisan, kita akan lihat. Mudah-mudahan ngga sampe lah," jawab Harjo saat didesak waktu pencarian.

Harjo melanjutkan untuk proses ini pihaknya menurunkan 55 awak kapal, yang terdiri dari 18 orang penyelam TNI AL, 3 orang ilmuan, 3 orang analis, dan 9 orang petugas KNKT.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6486 seconds (0.1#10.140)