Pembangunan MRT hingga Ancol

Rabu, 07 November 2018 - 08:28 WIB
Pembangunan MRT hingga Ancol
Pembangunan MRT hingga Ancol
A A A
JAKARTA - Pemerintah menggenjot pembangunan mass rapid transit (MRT). Selain mendorong MRT Bundaran HI-Lebak Bulus bisa beroperasi Maret tahun depan, pada saat sama pembangunan MRT fase dua juga dilakukan.

Bahkan, untuk tahap kedua ini rute bukan hanya dari Bundaran HI-Kampung Bandan, tapi langsung ke kawasan Ancol. Kepastian ini disampaikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat melakukan uji coba MRT dari Bundaran HI hingga Depo MRT Lebak Bulus, kemarin. Pembangunan MRT fase dua akan paralel dengan dimulainya pembangunan MRT fase tiga, atau MRT East-West (lintas Cikarang-Balaraja).

“Tentu saja setelah persetujuan dari DPRD DKI Jakarta. Sinergi pemerintah pusat dan daerah untuk MRT berjalan sangat baik. Untuk timur barat, belum diputuskan kapan. Ini memang harus dilakukan,” ujar Jokowi.

Saat melaku kan uji coba, Presiden didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Dirut MRT William Sabandar. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lantas menandaskan, butuh keberanian untuk melakukan pembangunan moda transportasi massal seperti ini. Menurut dia, transportasi massal merupa kan masa depan transportasi masyarakat untuk menghindari kemacetan di kota mana pun di dunia. “Kalau kita tidak berani memutuskan kita tidak mengerti sebetulnya ada masalah, kendala, dan tantangan apa di situ,” kata Jokowi.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan, pihaknya akan mempercepat pembangunan MRT sesuai dengan target operasi yang direncanakan pada Maret 2019.

“Ya caranya kita percepat pembangunannya di fase dua. Arahan Pak Presiden saya kira sangat menantang yang mana Beliau menginginkan pembangunannya segera ke arah timur tepatnya Ancol. Dan itu segera kami realisasikan dari sisi sertifikasi dan uji coba ya,” ujarnya.

Menurut dia, rencananya untuk wilayah Jakarta pengoperasian MRT akan memanfaatkan tunnel atau terowongan. Sedangkan di luar wilayah Jakarta melalui jalur melayang atau elevated. “Tadi arahan Pak Presiden juga untuk koridor Timur-Barat kalau bisa dikerjakan relatif bersamaan dengan kegiatan yang sampai ke Ancol. Dari Cikarang-Balaraja itu 87 km,” ungkapnya.

Sebagai informasi pembangunan Proyek MRT telah dimulai sejak tahun 2013 antara jalur utara dan selatan Jakarta. Sementara jalur Timur-Barat sedang dipelajari. Jalur Utara-Selatan, yang akan dibangun dalam dua fase, menghubungkan Kampung Bandan (di Jakarta Utara) dengan Lebak Bulus (di Jakarta Selatan), sepanjang 23,3 kilometer. Fase pertama, didanai melalui pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC), yang kemudian bergabung ke dalam Japan International Cooperation Agency (JICA).

MRT Jakarta diperkirakan menelan biaya USD1,7 miliar. Pembangunan MRT diharapkan menjadi solusi kemacetan yang mendera ibu kota.

Untuk MRT rencananya akan terkoneksi dengan moda transportasi yang lain. Selain MRT, Jakarta juga mengembangkan light rail transit (LRT) dan bus rapid tansit (BRT) atau yang dikenal busway. Terintegrasinya seluruh moda transportasi di Jakarta, kemarin juga menjadi penekanan Presiden, termasuk Kopaja dan angkot. Selain mengurai kemacetan, langkah ini sekaligus untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi di Jabodetabek.

Integrasi moda transportasi dimaksud saat ini tengah digodok Pemprov DKI Jakarta, Targetnya, integrasi bukan hanya secara fisik, tapi juga meliputi sistem pembayaran antarmoda, sehingga nantinya bisa di bawah satu entitas atau lembaga organisasi yang berbadan hukum.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan transpor tasi di Jakarta itu harus terintegrasi antarmoda dan satu manajemennya, baik manajemen rute atau manajemen pembiayaannya. Menurutnya, hal tersebut akan memudahkan para penumpang warga Jakarta memanfaatkan transportasi publik. Dia menandaskan, untuk mencapai target 173.000 penumpang per hari, MRT harus terintegrasi dengan moda transportasi lainnya, baik itu BRT ataupun non BRT.

Termasuk integrasi sistem pembayarannya. Apabila sistem pembayaran tidak terintegrasi, pelayanan transportasi masyarakat akan terisolasi dan men jadi mahal bagi warga Jakarta. ”Kita akan mengumumkan sistemnya pembiayaannya nanti setelah semua sudah terbentuk. Jadi kita ingin ini sebagai sebuah integrasi, tidak berdiri sendiri. Termasuk nanti pada harganya,” ujarnya.

Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta Sri Haryati menuturkan, MRT, LRT dan BRT harus berada dalam satu sistem pembayaran dengan membentuk entitas pengumpul tarif secara elektronik atau electronic fare collection (EFC) sesuai aturan Bank Indonesia (BI). Saat ini, lanjutSri, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan badan usaha milik daerah (BUMD) terkait tengah mem bahas pembentukan EFC tersebut.

Hasilnya nanti akan men jadi rekomendasi ke Gubernur DKI Jakarta. “Apakah nantinya PT TransJakarta atau PT MRT menjadi EFC ya tergantung pembahasan. Intinya satu EFC agar masyarakat mudah menggunakan transportasi,” ungkapnya.

Terkait moda transportasi lainnya yang melintasi Jakarta, lanjut Sri, menjadi kewenangan pemerintah nasional yang pola transportasinya berbeda dengan milik DKI. Dimana, moda transportasi DKI memiliki subsidi. “Kita punya EFC sendiri sesuai aturan BI. Kalau nasional ya nasional,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menegaskan, sesuai dengan Peraturan Presiden No55 Tahun 2018, BPTJ memiliki kewenangan untuk mengintegrasikan moda transportasi Jabodetabek. Baik itu integrasi fisik ataupun sistem pembayaran. Artinya, seluruh moda transportasi di Jabodetabek nantinya cukup menggunakan satu kartu pembayaran atau nantinya disebut tiket transportasi.

”Saat ini kan masing-masing perbankan punya kartu pembayaran elektronik. Nah nanti cukup satu kartu bernama tiket transportasi,” tegasnya. Saat ini, kata Bambang, pihaknya bersama Pemprov DKI dan operator moda transportasi sedang melakukan kegiatan persiapan pembentukan tiket transportasi. Dia menargetkan sistem tersebut sudah ter ba ngun tahun ini. “Moda transportasi milik Pemerintah daerah atau pusat itu akan open look jadi satu sistem pembayaran. Nggak ada masalah, apalagi dengan subsidi, itu kan kebijakan saja,” jelasnya.

Uji Coba Lancar
Dalam uji coba MRT kemarin, Presiden berangkat dari Bundaran HI menuju Depo MRT di Lebak Bulus yang berjarak 16 km dan kemudian kembali lagi ke Bundaran HI. Proses pembangunan MRT sendiri sudah mencapai 97,08%. Ditargetkan, bulan Maret tahun depan MRT sudah beroperasi.

Tiba di Stasiun MRT Bundaran HI sekitar pukul 09.00 WIB, Presiden langsung menuju peron keberangkatan. Perjalan an Presiden dari Stasiun MRT Bundaran HI ke Depo MRT Lebak Bulus ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit. Jumlah gerbong kereta yang dinaiki Presiden sebanyak 6 gerbong, dengan masing-masing berkapasitas 48 kursi, termasuk 6 kursi untuk ibu hamil dan lansia. Presiden menunjukkan kepuasannya dalam uji coba tersebut.

Dia memuji kualitas dan kenyamanan kereta yang saat itu dirinya naiki. Ia menyebut suara gerbong yang dinaikinya tidak berisik meski menempuh perjalanan dengan kecepatan 60 kilometer per jam. “Saat tadi kita naik dengan kecepatan 60 kilometer per jam suaranya dapat dikatakan tidak ada bisingnya, tidak terdengar, dan menurut saya sangat bagus,” ujar Jokowi.

Menhub Budi Karya Sumadi juga menilai secara umum uji coba berjalan lancar. Kondisi MRT dinilai dalam kondisi sempurna. “Mudah-mudahan kedepannya juga lancar. Saya coba MRT dari tadi malam, saya pikir kualifikasinya bagus sekali. 15 menit saya berdiri keretanya sangat stabil. Pak Presiden tadi juga mengapresiasi bahwa apa yang ada di MRT begitu stabil. Ini menunjukkan persiapan-persiapannya sudah baik,” jelas dia.

Gubernur Anies Baswedan menuturkan, progres pembangunan akan terus dilakukan berikut dengan uji coba tanpa penumpang hingga Desember mendatang. “Januari kita mulai mengundang warga untuk menggunakan MRT secara terseleksi. Jadi belum dibuka secara umum, tapi invitation di undang untuk simulasi,” kata Anies di Bundaran HI, kemarin.

Anies menjelaskan, saat ini uji coba MRT lebih kepada kereta api dan infrastrukturnya. Termasuk sistem dan sumber daya manusianya. Tujuannya untuk memastikan bahwa itu semua berfungsi dengan baik berjalan dengan baik, aman dan sebagainya. Kemudian, lanjut Anies, sesudah Januari, PT MRT mulai mengelola penumpangnya.

Sistemnya dilatih dengan ada penumpang yang jumlahnya terbatas, tetapi memaksa semua petugas itu terbiasa dengan ada penumpang, semua petugas bekerja tanpa ada penumpang semata mata untuk aspek infrastruktur. “Februari nanti harapannya sudah siap untuk dibuka untuk semua,” pungkasnya. Direktur Utama PT MRT William Syahbandar menuturkan, pada Februari nanti sedikitnya akan ada 200 penumpang yang terangkut dalam uji coba sebelum dioperasikan.

Menurutnya, itu merupakan fase di mana semua petugas yang sudah disiapkan selama ini mulai dilatih tanpa ada penumpang menjadi mengangkut penumpang. Sehingga bukan saja mereka tahu di atas kertas, tapi juga praktikl apangannya. “Karena itulah tidak kemudian dibebaskan semuanya, mekanismenya nanti akan diumumkan,” ungkapnya. (Bima Setiadi/Ichsan Amin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4302 seconds (0.1#10.140)