Dukung Infrastruktur Jakarta, PLN Tambah Suplai Listrik

Senin, 22 Oktober 2018 - 23:38 WIB
Dukung Infrastruktur Jakarta, PLN Tambah Suplai Listrik
Dukung Infrastruktur Jakarta, PLN Tambah Suplai Listrik
A A A
JAKARTA - Meningkatnya infrastruktur Jakarta mulai dari pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT) serta kebutuhan gedung. Membuat Perusahaan Listrik Negara (PLN) menambah suplai listrik dari 150 kilovolt ke 500 kilovolt.

Penambahan suplai ini dilakukan dengan membangun 56 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang nantinya akan distribusikan di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Barat, Haryanto WS menjelaskan, sekalipun saat ini kebutuhan listrik di Jakarta terpenuhi. Namun untuk mendukung infrastruktur pihaknya membutuhkan cadangan listrik sebanyak 30%.

"Nanti dari sini (Duri Kosambi) dan Muara Karang, listrik akan dialirkan ke seluruh Jakarta hingga Bekasi. Jadi akan suplai besar dan cadangan yang cukup," kata Hartanto usai meresmikan pembangunan SUTET di kawasan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, Senin (22/10/2018).

Hartanto menjelaskan, saat ini pertumbuhan infrastruktur di Jakarta mengalami peningkatan sebesar 4%, kondisi ini membuat kebutuhan listrik terus alami peningkatan. Tanpa adanya saluran, maka listrik akan alami kekurangan, dukungan tak terjadi, ekonomi akan mati.

"Melalui proyek ini, kami harapkan keandalan Jakarta lebih baik," tambah Hartanto.

Hartanto menjelaskan, berbeda dengan SUTET sebelumnya yang berbentuk rangka. SUTET baru ini memiliki teknologi dan kualitas baru. Pipa besi di bangun menyerupai SUTET yang lama, sehingga dari kontruksinya tidak berbeda dengan yang lama.

Meski demikian, lanjut Hartanto, selain berteknologi canggih. SUTET ini cukup aman, aktitas dapat di pantau dari jauh, dan mampu mengurangi radiasi bagi masyarakat yang berada di bawahnya. Sehingga dinyakini cukup aman.

"Untuk di Indonesia, ini baru pertama kali, makanya ini adalah satu prestasi atas kerjasamanya," kata Hartanto.

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat, Ratnasari Sjamsuddin pembangunan ini menelan biaya Rp670 miliar dan direncanakan akan selesai pada 2019.

Dari kawasan ini, lanjut Ratna, pembangunan akan dibagi dalam dua tempat, yakni section Duri Kosambi–Kembangan dengan panjang transmisi 7 kms dengan 16 tower dan Section Duri Kosambi–Muara Karang dengan panjang transmisi 22 kms dengan 40 tower.

Dengan pembangunan ini, Ratna melanjutkan pembangunan ini akan mengupgrade dan meningkatkan jalur tersebut. Karena itu, untuk memuluskan hal ini, Ratna berpesan koordinasi dengan masyrakat bisa dilakukan sehingga di tahun 2019, dua aliran baru itu bisa digunakan.

"Satu sisi kami terus berkomitmen untuk terus membangun kualitas listrik di tengah keterbatasan lahan dan perijinan," tuturnya.

Sementara itu, pembangunan suplai listrik disambut baik sejumlah operator moda transportasi kereta api. Pada 2019 nanti, diketahui dua transportasi baru kereta, yakni LRT dan MRT akan melengkapi satu moda transporatasi Commuter Line atau KRL yang lebih dulu ada.

Dalam operasinya, tiga moda transportasi itu membutuhkan suplai listrik untuk menjalankannya. MRT dan Commuter Line menggunakan Listrik Aliran Atas (LAA), sedangkan LRT menggunakan sistem aliran bawah. Ketiganya memiliki ketergantungan listrik untuk operasi.

Direktur PT LRT Jakarta, Allan Tandiono menjelaskan untuk menjalan LRT dari Velodrome hingga Kelapa Gading setidaknya ia membutuhkan tenaga 20 megawatt. Karena itu memenuhi kebutuhan gardu pembantu sudah terbangun di Stasiun Pulomas, Jakarta Timur.

"Kami sudah menandatangani MoU (Memorandum Of Understanding) saat pembangunan masih berlanjut," kata Allan.

Alan menlanjutkan pada gardu yang disuplai dari dua Gardu Induk, yakni Tanah Tinggi dan Pulomas. Maka listrik akan mampu menghasilkan 32 juta volt.

Meskipun tak ingat pasti berapa jumlah kebutuhan perjalanannya. Namun Allan memastikan tanpa adanya aliran listrik, maka LRT tidak akan beroperasi.

Sikap sama juga diungkapkan Vice Presiden Coorporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Eva Chairunissa yang menjelaskan aliran terganggu membuat operasi commuter line ikut terganggu. Karena itu untuk menjalan, dibutuhkan suplai listrik yang stabil.

Eva kemudian menjelaskan ketika ada kejadian kebakaran yang terjadi di sekitaran rel kereta api. Aliran listrik akan diputus sementara, agar tak merambat ke jalur kereta. Kondisi demikian membuat commuter line harus terhenti dan tak melanjutkan perjalanan. Penumpukan penumpang terjadi, dan membuat kerata alami antrian. "Hampir semua kereta metro menggunakan aliran listrik untuk operasinya," tutup Eva.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5084 seconds (0.1#10.140)