Kisah Pangeran Diponegoro, Pejuang Islam yang Kuasai Ilmu Fiqh dan Tasawuf

Sabtu, 16 Maret 2024 - 07:29 WIB
loading...
Kisah Pangeran Diponegoro, Pejuang Islam yang Kuasai Ilmu Fiqh dan Tasawuf
Pangeran Diponegoro merupakan tokoh ulama islam yang juga pahlawan nasional. Foto/Istimewa
A A A
Pangeran Diponegoro merupakan seorang pahlawan nasional yang berjuang mengusir Belanda kala itu. Konon selain berjuang mengangkat senjata dengan berperang, sosok Diponegoro kental dengan nilai-nilai agama. Bahkan dia kerap nyantri belajar agama ke beberapa tokoh ulama.

Pangeran Diponegoro bisa dikatakan sebagai tokoh agama Islam kala itu. Diponegoro konon memiliki ketertarikan dengan ajaran syari'ah Islam. Apalagi sejak lahir di Tegalrejo, dia sudah memperoleh pendidikan pesantren dan agama Islam, hingga menjadi seorang muslim yang taat.

Dari sumber-sumber Jawa, dapat diperoleh gambaran tentang ragam teks bacaan mengenai agama Islam, selama Pangeran belajar di Tegalrejo. Di antara karya-karya Islam yang jadi favoritnya adalah Kitab Tuhfah.



Kitab itu berisi ajaran sufisme tentang "tujuh tahap eksistensi" yang sangat laku di kalangan orang Jawa dalam perenungan tentang Tuhan, dunia dan tempat manusia di dalamnya, sebagaimana dikisahkan dari "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1855".

Pangeran juga akrab dengan traktat-traktat tentang teologi mistik Islam, seperti usul dan Tasawuf, dan juga syair-syair mistik Jawa seperti suluk. Sejarah para Nabi pada kitab Serat Anbiya, dan Tafsir Quran, ikut menjadi bagian dari kurikulum sastranya.

Begitu pula karya- karya didaktik filsafat politik Islam seperti ÅžiraÈ› as-salatin dan Tajas-salatin.

Bidang lain yang juga mendapat perhatian khusus Diponegoro tampaknya adalah hukum Islam: Taqrib, Lubab al-fiqh, Muharrar, dan Taqarrub (suatu komentar tentang Taqrib) yang semua itu dikenal Diponegoro.



Dia di kemudian hari mengatakan dengan bangga koleksi buku-buku hukum Islam Jawa-nya yang disimpan oleh seorang temannya di Yogya selama Perang Jawa.

Kenyataan itulah yang dapat menjelaskan kenapa Diponegoro kemudian sangat kritis terhadap reformasi hukum 1812 yang diberlakukan oleh pemerintah Inggris, termasuk yang memangkas kewenangan pengadilan agama Jawa.

Karya-karya tentang hukum Islam, teologi mistik, tata bahasa dan tafsir Quran, tampaknya telah digunakan secara umum dalam pengajaran dalam pesantren-pesantren Jawa masa itu.

Hal ini membuat minat khusus Diponegoro, dalam karya-karya tentang hukum Islam barangkali tidak terlalu istimewa dalam konteks pendidikan pesantren pada masa itu.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1861 seconds (0.1#10.140)