DKI Siapkan 2.955 Bus Angkutan Mudik Lebaran 2018

Kamis, 24 Mei 2018 - 06:03 WIB
DKI Siapkan 2.955 Bus Angkutan Mudik Lebaran 2018
DKI Siapkan 2.955 Bus Angkutan Mudik Lebaran 2018
A A A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mempersiapkan 2.955 unit armada angkutan Lebaran 2018. Puncak arus mudik diprediksi terjadi pada H-8 Idul Fitri 1439 Hijriah.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, untuk melayani dan menjamin keamanan serta keselamatan musim mudik Lebaran tahun ini, pihaknya telah mempersiapkan segalanya. Nantinya, pada Rabu 6 Juni atau H-9, pihaknya akan lakukan apel kesiapan dan pelepasan mudik Lebaran 2018.

"Prediksi mudik terjadi pada H-8. Kami telah mempersiapkan dari awal bulan ini. Khususnya untuk uji kelaikan bus yang akan disusul ramp check pada H-9. Ada sekitar 2.955 bus yang kami siapkan untuk angkutan Lebaran," kata Andri Yansyah saat dihubungi, kemarin.

Andri menjelaskan, ada sembilan terminal yang disiapkan untuk angkutan Lebaran. Empat di antaranya menjadi terminal utama, yaitu Terminal Terpadu Pulogebang, Kalideres, Kampung Rambutan dan Tanjung Priok. Sedangkan untuk bus angkutan Lebaran ada sekitar 2.955 unit dengan rincian bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) DKI sebanyak 2.370 dan bus bantuan 585 unit yang hanya dikeluarkan bila memang dibutuhkan.

Untuk melakukan proses ramp check atau proses uji kelaiakan, lanjut Andri, pihaknya tengah menurunkan sejumlah alat dan petugas dari tempat Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) di Jakarta. Sedikitnya, kata dia, ada delapan komponen yang diperiksa, yakni fungsi rem; fungsi sistem lampu, fungsi sistem penerus daya; fungsi sistem gas buang; kondisi body, kaca dan sebagainya; fungsi indikator dan dashboard; kondisi roda, ban, wiper, klakson; dan alat tanggap darurat.

Sambil proses rump check berjalan, para pengemudi melakukan proses pemeriksaan kesehatan di posko kesehatan yang digelar oleh Dinas Kesehatan dan Palang Merah Indonesia (PMI).

"Armada yang mendapat stiker uji kelaiakan dari daerah lain tapi tidak layak setelah di tes kami kembalikan ke pull dan tidak boleh beroperasi," ujarnya.

Terkait prediksi puncak arus mudik, Andri menyebutkan, bila prediksi puncak arus mudik akan jatuh pada Kamis 7 Juni atau H-8. Menurutnya, untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan penumpang, pihaknya telah memainkan sistem waktu kedatangan yang ditempel di tempat pembelian tiket sejak jauh-jauh hari. "Kami juga menyediaka tenda ruang tunggu agar penumpang tidak terlantar," ujarnya.

Anggota Komisi B DPRD DKI, William Yani meminta agar Dinas Perhubungan melalui PT Transportasi Jakarta mempersiapkan angkutan umum pengumpan menuju terminal yang aman, nyaman, mudah tanpa kemacetan.

Jangan sampai, kata politikus PDIP ini, terminal utama yang dipersiapkan serta bus tidak diminati oelh pemudik dan tetap memilih menggunakan angkutan roda dua.

"Terminal yang disiapkan jauh-jauh dari pemukiman pemudik. kendaraan roda dua masih efektif untuk digunakan mudik, jangan sampai itu menjadi alasan pemudik," ujarnya.

Sementara itu, Pengamat Transportasi Unika Sugijapranata, Joko Setijawarno mengatakan, saat musim mudik lebaran, pemerintah berlomba memamerkan kesiapan infrastruktur transportasi yang bisa dinikmati pemudik. Seolah pemudik semua membawa mobil, jadi benar benar disiapkan tanpa cela. Namun, Pemerintah jangan lupa sebagian besar pemudik menggunakan transportasi umum, entah pesawat terbang, kapal, bus atau kereta.

Setibanya di daerah tujuan pasti menemukan tawaran transportasi lanjutan hingga tempat tinggalnya dengan tarif tinggi. Terminal, bandara, pelabuhan secara fisik sudah banyak yang bagus. Akan tetapi ketersediaan angkutan umum di daerah yang singgah di terminal, pelabuhan dan bandara masih sangat minim.

"Ini akibat pemerintah tidak peduli keberadaan transportasi umum di daerah. Pembangunan transportasi umum di daerah betul betul minim sekali. Andai ada, pasti mahal tarifnya," ungkapnya.

Sulit rasanya, kata Joko untuk menhimbau pemudik motor beralih menggunakan angkutan umum. Pasalnya, di tempat tujuan, keberadaan angkutan umum tinggal cerita. Angkutan umum sudah punah. Walaupun ada hanya sisa sia yang tentunya kondisinya sudah tidak memadai lagi.

Jangan membayangkan kondisi transportasi umum di daerah seperti di Jajarta dengan KRL dan busway yang nyaman, murah dan berpendingin.

"hingga sekarang belum satupun ada kota selain Jakarta yang memiliki angkutan umum yang memadai. Realitanya, angkutan pedesaan di Jawa sudah punah. Pemda tidak peduli, karena sepeda motor dianggap sebagai pengganti angkutan umum," pungkasnyaā€ˇ.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3596 seconds (0.1#10.140)