Pabrik Rumahan di Cipondoh Mampu Buat 25 Pucuk Senpi Sebulan

Jum'at, 06 April 2018 - 00:26 WIB
Pabrik Rumahan di Cipondoh Mampu Buat 25 Pucuk Senpi Sebulan
Pabrik Rumahan di Cipondoh Mampu Buat 25 Pucuk Senpi Sebulan
A A A
TANGERANG - Pabrik senjata api (Senpi) ilegal di Cipondoh, Kota Tangerang, bisa memproduksi lebih dari 300 pucuk senpi dalam setahun. Sebulannya, jika dirata-rata 25 pucuk, dan seharinya 1-2 pucuk.

Sebaran senpi ilegal pabrik rumahan ini pun cukup luas. Tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Satu pucuk senpi ini dijual Rp800 ribu hingga Rp1,8 juta.

Wakapolres Metro Tangerang Kota AKBP Harley H Silalahi mengatakan, senpi rakitan buatan Tangerang ini biasa dijual belikan melalui jejaring media sosial, dan bisa dibuat sesuai dengan pesanan.

"Pembelinya masih kita dalami, karena ada 300 senjata yang sudah diperjual belikan, dan ini sudah ada bukti penjualannya," kata Harley kepada KORAN SINDO di Cipondoh, Kamis 5 April 2018.

Dari bukti penjualan itu, pihaknya akan mulai melakukan pendalaman siapa saja yang telah membeli senpi itu. Termasuk, apakah senpi yang dijualbelikan itu digunakan untuk kegiatan kriminalitas.

"Harganya perpucuk tanpa surat resmi sebesar Rp800 ribu, dan harga yang ada surat resminya dari Perbakin sejumlah Rp1,8 juta. Jenis senpinya, masih yang menyerupai revolver saja," sambungnya.

Dalam penggerebekan itu, polisi telah menetapkan Ahmad Rizki sebagai tersangka. Pria lulusan STM ini sebagai perakit, sekaligus penjual senpi. Kepada petugas, dia mengaku belajar secara otodidak.

"Tersangka belajar dari Youtube. Latar belakangnya, lulusan STM. Dia memiliki keahlian pembuatan mesin-mesin, dan akhirnya yang bersangkutan mempelajari untuk kepentingan ekonomi," jelasnya.

Bahan baku pembuatan senpi itu sendiri, didapatkan dari membeli di jejaring sosial, dengan mencarinya di internet. Dari hasil penjualan senpi itu, digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sedang terkait benda diduga bom pipa yang ditemukan saat penggerebekan Rabu 4 April 2018 kemarin, Harley menyatakan, hal itu bukan bom. Melainkan petasan yang bisa terbang seperti kembang api.

"Iya, jadi itu petasan yang dibungkus dengan pipa. Petasan roket yang bisa terbang ke atas. Sampai sejauh ini belum ada indikasi kepada jaringan kelompok teroris. Masih didalami," papar Harley.

Kasat Reskrim Polrestro Tangerang AKBP Deddy Supriyadi menambahkan, dari penggerebekan kemarin, pihaknya tidak hanya menemukan senpi rakitan berjenis revolver. Tetapi juga jenis airaoft gun.

"Dari hasil penggerebekan kemarin, kami berhasil mendapatkan satu senpi yang menyerupai revolver, kemudian ada 5 komponen bahan peledak yang diduga untuk membuat petasan roket," tegasnya.

Adapun sejumlah benda lain yang berhasil disita petugas dari rumah kontrakan itu adalah aluminium powder, belerang, arang dan sebagainya. Barang-barang itu yang kemudian dirakit untuk petasan roket.

"Dari hasil interogasi kita, tersangka telah melakukan aktivitas merakit senpi ini lebih kurang tiga tahun. Sebelumnya, tersangka juga pernah membuat pesanan airsoft gun, dan baru senpi rakitan," ungkapnya.

Dijelaskan dia, benda diduga bom pipa yang ternyata petasan roket itu sudah ada yang dibuat. Jumlahnya mencapai 13 unit, dan benda lainnya adalah senpi rakitan jenis revolver yang sudah selesai dirakit.

"Jadi, petasannya ada sebanyak 13 buah. Kemudian senpi rakitan ini sudah diperjual belikan lebih kurang 300 pucuk. Kami masih lakukan pemeriksaan kepada orang yang sudah membeli senpi itu," paparnya.

Sementara itu, tersangka Ahmad Rizki mengaku, tidak hanya menjual senpi hasil rakitannya tersebut di Jabodetabek. Tetapi juga di luar Jawa. Rata-rata, pemesan senpinya sudah langganan dengannya.

"Biasa jual lewat online. Dari luar Jawa juga ada. Tetapi belinya jenis ramset gun. Jadi dimodifikasi mirip ramset gun. Bahan-bahannya saya beli online. Di tokopedia banyak yang jual, seperti KNO 3," jelasnya.

Sedang untuk surat resminya, Rizki mengaku mendapatkan lisensi Perbakin, yakni Garuda Satu Shooting Club (GSSC). Seikitnya, sudah 10 surat resmi ramset gun yang telah dibelinya dari GSSC.

"Itu dia yang mengeluarkan surat ramset gun legal. Jadi saya juga sudah beli surat itu. Ada sekitar 10 lebih. Keterangannya ramset gun. Suratnya asli Perbakin dan saya sudah buat banyak," tegasnya.

Meski tertulis ramset gun, nyatanya senpi yang dibuat Rizki bukan jenis ramset gun. Jadi hanya seolah-olah ramset gun. Ramset itu buat paku dan semestinya menempel di tembok, tetapi dimodifikasi. (Baca Juga: Pabrik Senpi Digerebek, Polisi Temukan Benda Diduga Bom Pipa
"Setelah dimodifikasi, jadi mirip revolver dan bisa ditembakan dari jarak tertentu. Sudah ada 200-300 senjata yang dibuat. Saya pada awalnya dulu pernah buat airsoft gun, dan berhasil," ungkap Rizki.

Setelah hasil produksinya ditawarkan ke pasaran lewat online, ternyata animonya cukup tinggi. Apalagi, Riziki mengaku usahanya itu memiliki izin resmi yang dikeluarkan Pemerintah Kota Tangerang.

"Dulunya pernah bikin airsoft gun. Itu kan ada suratnya, legal. Terus saya bikin ramset gun. Ramset gun juga ada surat dari Perbakin. Jadi saya rasa itu legal, dan mesiu ramset gun dijual bebas," paparnya.

Ditambahkan Rizki, usahanya sudah ada surat izin usahanya dari Pemkot Tangerang dan Departemen Perdagangan. Namun, izin itu untuk usaha mesin dan elektronik. Bukan untuk perakitan senpi.

"Izin bikin usaha mesin, elektronik. Mesin ramset tuh, mesin ramset kan termasuk mesin. Untuk membuat satu pucuk senpi, saya butuh waktu satu hari paling cepat. Tetapi normalnya bisa dua hari," tegasnya.

Sementara itu, Kriminolog Universitas Indonesia Josias Simon mengatakan, jika melihat produksi senpi yang cukup banyak dan pembelinya yang sudah tersebar di Pulau Jawa, dia pasti punya jaringan.

"Tapi kalau betul senpinya sudah 300 terjual, berarti itu bukan kebetulan. Dia pasti ada sumber terkait barang baku. Ini kan jenis senjata api. Bahan bakunya, kimia yang sulit didapat," jelasnya.

Dijelaskan dia, Rizki diduga punya jaringan pengedar senpi ilegal. Sehingga bisa mencapai link-link tertentu. Dan masing-masing link itu, memiliki hubungan dan perannya yang berbeda masing-masing.

"Pasti ada link-link ke tempat-tempat tertentu. Kalau selongsong bisa didapat di tempat tertentu, dan memproduksi 300 senpi, berarti sudah ada pelanggan dan pemesan tertentu," bebernya.

Menurutnya, pihak kepolisian harus segera mengungkap siapa saja pemesan senpi itu. Sebab, boleh jadi senpi itu digunakan untuk kegiatan kriminalitas bersenjata dan aksi-aksi terorisme yang meresahkan.

"Kalau benar itu mendukung kegiatan yang melanggar hukum, harus diungkap. Bukan hanya dari produksi senpi ilegalnya saja. Ini bisa jadi temuan yang bisa diselidiki dan menjadi panjang," sambung Josias.

Dijelaskan dia, tidak menutup adanya kemungkinan pabrik-pabrik rumahan lain yang diduga terkait. Seperti yang membuat bagian lain senpi tersebut, dan diajak bekerjasama dengan pabrik di Cipondoh.

"Kan ada beberapa usaha rumahan yang membuat bagian-bagian tertentu dari senpi itu. Misalnya, dagang dan lainnya. Apalagi itu sudah diketahui ada di Jawa Barat, Lampung dan Sumatera," katanya.

Pembelian senpi ilegal, menurutnya tidak hanya banyak dilakukan oleh para pelaku kejahatan bersenjata. Tetapi juga para pengusaha. Hal ini juga membahayakan jika berada di tangan yang salah.

"Kalau pengusaha biasanya lebih untuk jaga diri. Tetapi banyak juga yang untuk gaya. Cuman masalah sepele, keluarin senjata. Itu bahkan senjatanya organik. Tapi ini kan rakitan dan ilegal," jelasnya.

Hal itu jelas berbeda dengan ditangan para pelaku kejahatan. Mereka, biasa memakai senpi jika hanya dalam keadaan terdesak dan mengancam jiwa. Namun, esensinya tetap sama, yakni membahayakan warga.

Lebih lanjut, dirinya mengatakan, bahwa hal-hal seperti ini harusnya bisa dideteksi sejak dini. Tidak hanya oleh kepolisian. Tetapi juga oleh pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Pemkot Tangerang, Banten.

"Tetapi yang kita selalu bicarakan adalah kepolisian. Pemerintah daerah, dari yang paling bawah, yakni RT/RW, kelurahan, kecamatan, juga harus bersama-sama melakukan pengawasan," sambungnya.

Di tingkat pemerintah, sebenarnya mereka punya badan intelijen sendiri yang ada di dalam forum-forum, seperti dalam Forum Komunikasi atau Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkorpimda).

"Kan ada forum komunikasi daerah. Itu ditingkatkan. Forum-forum itu penting untuk mengidentitifikasi kriminal yang bersifat ideologi. Masalahnya, mereka selalu baik koordinasi tidak," tukasnya.

Terpisah, Sekda Kota Tangerang Dadi Hudaeri tidak berkomentar saat ditanya kembali ditemukannya pabrik-pabrik berbahaya berizin resmi di wilayahnya, mulai dari pabrik senpi, hingga narkotika.

Saat dihubungi KORAN SINDO, tidak bergemilang. Telepon wartawan langsung dimatikan. Begitupun saat dilayangkan pesan singkat, Dadi tidak memberikan jawaban apapun.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3627 seconds (0.1#10.140)