Nasib PKL Kota Tua di Lokbin, Pendapatan Sehari hanya Rp10 Ribu

Rabu, 07 Maret 2018 - 01:09 WIB
Nasib PKL Kota Tua di Lokbin, Pendapatan Sehari hanya Rp10 Ribu
Nasib PKL Kota Tua di Lokbin, Pendapatan Sehari hanya Rp10 Ribu
A A A
JAKARTA - Tidak berkembangnya sentra PKL Cengkeh, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat membuat ratusan pedagang bangkrut. Dalam sehari, pendapatan mereka hanya sekitar Rp10 ribu karena hanya satu konsumen yang membeli.

Mereka menuntut Pemkot Jakarta Barat bertanggung jawab, sebab sejak di resmikan setahun lalu, kondisi sentra PKL Cengkeh tak menunjukan perkembangan. Malahan kian sepi sejak pertama kali diresmikan.

“Mana janjinya, kata mau di tata. Malahan kami dibiarkan begini,” kata Cindy (41) di lokasi PKL Jalan Cengkeh, Selasa (6/3/2018).

Sebelumnya jalan cengkeh di bangun sejak tahun 2016 lalu, melalui csr dari sampoerna land dengan nilai Rp 14 miliar. Pembangunan dilakukan sebagai bentuk kompensasi menata kawasan itu. Namun sejak diresmikan pada September 2017 lalu, jalan cengkeh tak kunjung ramai.

Kondisi demikian berbanding terbalik dengan diluar cengkeh. Para PKL memenuhi trotoar jalan berjualan hingga membuat PKL cengkeh merasa dianak tirikan.

Cindy kemudian menyindir bila PKL di trotoar Kota Tua merupakan PKL liar. Sebab dibandingan dengan dirinya, PKL di Cengkeh bukan yang tergabung dalam Koperasi Pena Waskita.

Ia pun berharap, pemprov dki memiliki kebijakan baru, membiarkan dirinya dan sejumlah pedagang cengkeh berjualan di pinggir jalan, seperti di Tanah Abang.

Kini akibat sepinya pembeli, omzet yang didapatkan menurun drastis. Bahkan ia mengaku sejak dipindah sampai sekarang justru rugi Rp20 juta untuk menutup modal berdagang.

"Sehari cuma dapat Rp10 ribu sampai Rp30 ribu, Modal saja sudah Rp200 ribu per hari. Belum biaya sewa Rp120 ribu per bulan," kata pedagang minuman dan mi instan.

Hal yang sama dikatakan Yanti, pedagang nasi Lengko. Ia menyebut, dalam sehari ia hanya dapat satu pembeli saja. Sementara modal yang harus dikeluarkan setiap hari mencapai Rp300 ribu.

"Saya cuma dapat pemasukan Rp20 ribu. Sekarang kami dibiarkan saja seperti ini PKL yang lain diperhatikan," ucapnya.

Tak hanya itu, Pemprov DKI, kata Yanti juga tidak tegas menindak PKL liar yang masih berjualan di sepanjang trotoar Jalan Kunir Kota Tua di atas pukul 18.00 WIB. Hal itulah yang membuat pedagang di Jalan Cengkeh sepi pembeli.

Jarak lokasi Taman Kota Intan ke Museum Fatahillah sebagai pusat keramaian Kota Tua cukup jauh sekitar 200 meter. Pengunjung lebih memilih membeli di Jalan Kunir yang lebih dekat dengan Museum Fatahillah.

"Jadi enggak ada lagi pengunjung yang datang ke sini. Pengujung pasti memilih makan dan belanja di sana. Karena jaraknya jauh lebih dekat. Ini kalau mau menata yang adil," ucap dia.

Pantauan di lokasi, kini dari 400 lapak yang ada di Jalan Cengkeh. Pedagang yang berjualan hanya sekitar 25 orang. Sebagian besar pedagang rugi dan memilih berdagang di luar lokbin.

Kondisi kios sepi dan tak terawat terlihat. Debu debu menebal terlihat di sejumlah kios. Akitifitas disana pun lumpuh. Mereka yang memilih berdagang disana semakin sepi.

Kepala Suku Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) Jakarta Barat Nuraini Silviana menilai, kerugian yang dialami oleh pedagang di Lokbin Wisata Kuliner Taman Kota bukan disebabkan karena keberadaan PKL liar di Kota Tua.

Melainkan karena para pedagang tidak kreatif. Kemudian maraknya PKL di destinasi wisata itu karena tidak ada yang menertibkan PKL liar di lokasi tersebut. Khususnya pada malam hari.

"Kami sudah koordinasi sama Satpol PP terkait hal itu. Cuma ya bagaimana bukan wewenang saya menertibkan. Tugas Satpol PP dong. Komitmen gak?" Kata Silvi mempertanyakan komitmen Satpol PP.

Terkait dengan keputusan wagub melegalkan PKL Melawai berjualan di trotoar, pihaknya tidak masalah dengan hal tersebut. Dan jika itu terjadi di Jakarta Barat, pihaknya akan memberikan lokasi yang tepat. Diantaranya trotoar yang mempunyai ukuran yang luas. Minimal lebih dari empat meter.

Kasatpol PP Jakarta Barat Tamo Sijabat menepis hal tersebut. Dia mengatakan penjagaan selalu dilakukan. Setiap harinya sebanyak 30 personel diterjunkan setiap harinya.

Terkait hal ini, pihaknya akan memastikan kebenarannya. Jika terbukti masih adanya PKL, maka pihaknya akan mengusir pedagang tersebut.

"Penjagaan kami lakukan dari pukul 14.00 hingga 22.00 WIB. Itu setiap hari kami lakukan. Jika masih ada PKL, mungkin terjadi di atas jam jaga," kata Tamo.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3248 seconds (0.1#10.140)