Wujudkan Kota Ramah Air, IPB Gelar FGD Water Sensitive City

Senin, 04 Desember 2017 - 01:41 WIB
Wujudkan Kota Ramah Air, IPB Gelar FGD Water Sensitive City
Wujudkan Kota Ramah Air, IPB Gelar FGD Water Sensitive City
A A A
BOGOR - Guna mendukung kebijakan pemerintah daerah (Kota/Kabupaten) Bogor yang akan mewujudkan kota ramah air, Institut Pertanian Bogor (IPB) terus melakukan kajian di antaranya melalui focus group discussion (FGD) benchmarking, untuk mengetahui pada level berapa Kota Bogor dan Kabupaten Bogor (Cibinong, dan Sentul City) di standar "Water Sensitive City", kemarin.

Peneliti IPB Prof Hadi Susilo Arifin menjelaskan, kajian dalam FGD ini melibatkan para akademisi dari tiga universitas yakni IPB, UI dan Monash University. Ia menjelaskan, untuk Kota Bogor dalam FGD visioning dilakukan di kawasan Pulo Geulis dan Griya Katulampa, Bogor Timur.

"Water Sensitive Cities-Kota Sensitif Air atau bisa disebut juga sebagai Kota Ramah Air adalah suatu konsep kota di masa yang akan datang dimana tidak hanya memenuhi kebutuhan air perkotaan, tetapi bagaimana sumberdaya air sekaligus memberi manfaat untuk meningkatkan kenyamanan tinggal di kota tersebut dan kota yang memiliki kelentingan (resilient) dan memiliki daya tahan terhadap air," jelas Hadi di Bogor, Minggu 3 Desember 2017.

Ia menyebutkan kota yang ramah air adalah kota yang tidak kebanjiran di musim hujan dan tidak mengalami kekeringan di musim kemarau.

"Melalui FGD yang dilakukan di Kampus IPB dan dua lokasi penerapan water sensitive cities (Pulo Geulis dan Griya Katulampa) ini nantinya dapat diformulasikan dalam mencari solusi ke depan permasalahan air itu sendiri," katanya.

Kegiatan studi dan penelitian strategis ini, lanjut dia, juga bertujuan untuk mengembangkan jalur sosio-cultural-teknis agar kota-kota di Australia dan Indonesia dapat melompat jauh ke depan (disebut dengan lompatan katak atau leap frogging) menuju ke kepekaan sumberdaya air melalui penelitian lintas disiplin ilmu.

"Bogor yang terkenal dengan sebutan Kota Hujan, sangat strategis sebagai wilayah penelitian. Ke depan diharapkan tidak ada lagi sebutan sebagai pengirim air banjir ke Jakarta, atau sebaliknya saat manajemen air sudah baik (ketersediaan air baku) maka semua masyarakat dapat mengakses air dengan baik apakah sebagai air minum, kebutuhan MCK, kebutuhan industri dan pariwisata dan sebagai pemberi jasa lingkungan," ungkapnya.

Ia menyebutka, sebetulnya, penelitian kerja sama antara IPB, UI dan Monash University ini sudah dilakukan terangkum pada topik penelitian "Air Perkotaan-Kota Ramah Air" yant dimulai dari 2016-2019. Cluster Penelitian Air ini merupakan merupakan salah satu cluster dari lima cluster riset dalam kerja sama di the Australia Indonesia Centre (AIC).

"Terlibat 35 peneliti akademisi dan 35 mahasiswa pascasarjana dari ketiga perguruan tinggi tersebut. Penelitian ini melibatkan stakeholders dengan pendekatan sinergi Pentahelix, terdiri dari akademisi, pebisnis/industri, pemerintah daerah/pusat, komunitas masyarakat, dan media untuk menyebarkan hasil dan publikasi," katanya.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto sebelumnya sempat memaparkan dalam mewujudkan program Bogor sebagai Kota Ramah Air, pihaknya telah menyusun kerangka kebijakan dan skema pelaksanaan kegiatan agar selaras dengan berbagai perencanaan kota yang sudah disusun sebelumnya.

"Bagi kami di Kota Bogor, kami ingin seluruh program dapat berjalan dengan lancar dan tentunya didukung dengan perencanaan yang memadai," katanya dalam Pertemuan teleconference-Urban Water Cluster Adivisory Board The Australia Indonesia Centre, belum lama ini.

Pertemuan ini kata Bima, merupakan tindaklanjut dari pertemuan sebelumnya di Bogor pada tahun lalu. Selama tiga tahun, mulai tahun 2016 hingga tahun 2018 kedepan Kota Bogor dan Kabupaten Bogor akan menerima bantuan berupa riset dari The Australia-Indonesia Centre untuk Program Bogor Kota Ramah Air yang melibatkan para akademisi dari Monash University Australia, IPB dan UI.

"Khusus untuk Kota Bogor lokasi riset dilaksanakan di dua lokasi yaitu Kampung Pulo Geulis dan Griya Katulampa, sedangkan untuk Kabupaten Bogor di Cibinong Raya dan Perumahan Sentul City," jelasnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan, saat ini Pemkot Bogor masih melakukan evaluasi dan revisi terhadap rencana tata ruang dan tata wilayah Kota Bogor tahun 2011-2031, sebab program ini harus selaras dengan kebijakan tersebut..

"Namun sebagai kepala daerah, saya dan jajaran akan mendukung penuh program dan kegiatan ini untuk mewujudkan Bogor sebagai Kota Ramah Air. Saya berharap warga Kota Bogor dapat mendapatkan manfaat dari program," harapnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8019 seconds (0.1#10.140)