Atasi Banjir, Dinas SDA Minta Gubernur Anies Bongkar Bangunan Warga

Senin, 30 Oktober 2017 - 08:07 WIB
Atasi Banjir, Dinas...
Atasi Banjir, Dinas SDA Minta Gubernur Anies Bongkar Bangunan Warga
A A A
JAKARTA - DKI Jakarta sedang memasuki musim penghujan dan Badan Meteorologi Klimitologi dan Geofisikan memprediksi bakal berlangsung hingga Maret 2018. Tak ayal ancaman banjir kembali menghantui warga Jakarta.

Untuk mencegah banjir tersebut, Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta bersikeras mengalirkan air sebanyak-banyak ke laut dengan cara merelokasi permukiman warga. Kepala Dinas SDA DKI Jakarta Teguh Hendrawan mengatakan, penangan banjir di Ibu Kota harus tetap dengan normalisasi kali.

Menurut dia, banyaknya bangunan yang berada di atas saluran telah menyumbat aliran air sungai. Termasuk bangunan di bantaran sungai yang membuat kali menjadi sekitar 5 meter dari lebar seharusnya 20 meter. Seperti yang terjadi di Kali Krukut, Mampang, serta kali penghubung Sarua dan Pulo, Jakarta Selatan.

Teguh berharap kunjungan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ke lokasi banjir beberapa hari lalu itu bisa mempercepat pembongkaran bangunan di bantaran sungai, temasuk musala yang berada di atas saluran. "Kewenangan penertiban kan ada di gubernur. Normalisasi tetap jalan konkrit," ujar Teguh Hendrawan saat dihubungi.

Teguh menjelaskan, penanganan banjir harus menggunakan sistem aliran. Lebar kali dan kedalaman harus dikembalikan seperti semula. Kendalanya, bangunan-bangunan yang menjadi hambatan aliran air memiliki sertifikat. Padahal, garis sepadan kali (GSk) minimal 20 meter dengan masing-masing kiri kana kali dibuat jalan inspeksi 7,5 meter.

Kendati demikian, kata Teguh, pihaknya saat ini terus melakukan kegiatan untuk mengatasi banjir. Di antaranya menempatkan pasukan biru untuk membersihkan saluran secara berkelanjutan sesuai dengan program pemerintah. "Lihat saja, hujan beberapa kali aman. Banjir kaya tahun kemarin masih aman. Kali penghubung di Pulo sudah ramai, hitungan jam selesai. Kejar terus," tegasnya.

Terkait pembuatan sumur resapan atau vertikal drain, Teguh mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan mengingat lokasi banjir berada di tempat yang paling rendah. Dengan kontur tanah yang ada saat ini sekitar 1,5 meter dari permukaan air, debit air yang turun dari hujan akan menghantam tanggul dan berakhir jebol, seperti yang terjadi di kawasan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan beberap hari lalu.

"Sementara pakai bronjong dulu. Itu tanggul sudah lebih dari 10 tahun. ada kop banjir turab batu kali sudah banyak yang longsor. Pasukan biru bikin baru lagi. Kami buat sumur resapan di daerah Selatan yang memiliki ketinggian," pungkasnya.
(thm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7782 seconds (0.1#10.140)