Karomah Habib Ali Kwitang, Keturunan Nabi Muhammad SAW

Kamis, 16 November 2023 - 05:15 WIB
loading...
Karomah Habib Ali Kwitang, Keturunan Nabi Muhammad SAW
Karomah Habib Ali Kwitang banyak dibicarakan masyarakat sekitar. Foto: Wikipedia
A A A
Karomah Habib Ali Kwitang banyak dikisahkan beberapa orang. Sebelum membahas soal itu, perlu diketahui terlebih dahulu siapa sesungguhnya Habib Ali Kwitang dan apa sejatinya karomah itu.

Abul Qasim al-Qusyairi dalam bukunya berjudul "Risalah Qusyairiyah" (Pustaka Amani, 1988) menjelaskan karomah merupakan suatu aktivitas yang dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan adat kebiasaan manusia pada umumnya, yaitu dapat juga dianggap sebagai realitas sifat wali-wali Allah tentang sebuah makna kebenaran dalam situasi yang dianggap kurang baik.

"Karomah ini juga dapat dianggap sebagai hal yang sangat luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada kekasih-kekasih pilihanNya," ujarnya.

Sedangkan menurut Syeck Ibrahim Al Bajuri, karomah adalah sesuatu luar biasa yang tampak dari kekuasaan seorang hamba yang telah jelas kebaikannya yang diteyapkan karena adanya ketekunan didalam mengikuti syariat nabi.



Syamsul A. Hasan dalam bukunya berjudul "Kharisma Kiai As’ad Di Mata Umat" (LKis Yogyakarta, 2003) menyebut Islam mengakui tentang konsep karomah. "Karomah untuk kiai dan wali sesungguhnya memanglah ada dan diperbolehkan. Hal ini dikarenakan karomah dianggap sebagai kejadian yang bersifat asumtif dan datang bukan dengan tujuan untuk merusak akidah. Selain itu, Allah menciptakan karomah adalah untuk kekasih-kekasih-Nya," tulisnya.

Habib Ali Kwitang adalah ulama kharismatik yang berdakwah di Jakarta. Keturunan Nabi Muhammad SAW ini bernama lengkap beliau Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi.

Dalam buku "Sumur yang Tak Pernah Kering: Dari Kwitang menjadi Ulama Besar" (Islamic Center Indonesia, 2010) disebutkan jika dirunut secara nasab Habib Ali Kwitang adalah sebagai berikut:

Al-habib Ali bin Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Abdurrahman bin Husein bin Abdurrahman bin Hadi bin Ahmad al-habsyi Shahib Syi ib bin Muhammad bin Alwi bin Abubakar al-habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Assadullah bin Hasan at-turab bin Ali bin Muhammad al-faqih al-muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Muhajir bin Isa bin Muhammad an-naqib bin Ali al-uraidhi bin Ja far ash-shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fathimah az-zahra binti Rasulullah SAW.



Habib Ali Kwitang wafat pada hari Ahad 13 Oktober 1968, pada usia 99 tahun Masehi atau 103 tahun Hijriyah. Beliau berkiprah dalam dunia dakwah selama lebih dari 80 tahun.

Karomah

Di sekitar makam Habib Ali Kwitang memancar mata air. Banyak pihak menganggap ini menjadi salah satu indikasi karomah sang waliyullah.

Wakil Ketua Lembaga Bathsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU), Arwani Faisal, seperti dikutip dari NU Online, mengatakan memencarnya air itu bisa saja dimungkinkan karena adanya aliran anak sungai bawah tanah di sekitar makam ataupun mata air dari dalam tanah.

Menurut Arwani, air yang memancar di sekitar makam ini dapat dihukumi suci apabila kondisi fisiknya memenuhi syarat kesucian air, yakni tidak berwarna tidak berasa dan tidak berbau. Air murni ini dapat dipergunakan untuk bersuci dan dapat dikonsumsi.

“Dalam madzhab Syafi'i, ada pendapat yang menganggap air di yang meresap dari sekitar makam adalah suci. Meski memang ada pula pendapat yang menyatakan air rembesan di tanah makam adalah najis," tutur Arwani.



Lebih lanjut Arwani menjelaskan, kenajisan rembesan air makam didasarkan pada asumsi bahwa air tersebut melewati tanah yang telah tercampur dengan berbagai kotoran dan akibat membusuknya daging manusia. Namun pendapat ini dianggap lemah untuk makam-makam yang telah berusia ratusan tahun.

"Air yang melewati merembes melewati malam yang telah berumur ratusan tahun, lebih bisa dianggap sebagai air suci karena kemungkinan tercemar oleh kotoran akibat pembusukan mayat sangat kecil. Bahkan seandainya pun mayat telah membusuk, dalam ratusan tahun daging manusia ini sudah terurai oleh proses alamiah," terang Arwani.

Terkait pandangan masyarakat sekitar Cikini yang menganggap karomah pancaran air di sekitar lokasi makam Habib Abdurahman Bin Abdullah al-Habsy, Arwani menganggapnya sah-sah saja asal sebatas kewajaran dan tidak sampai pada pengkultusan serta kemusyrikan.

"Kebiasaan tersebut biasa terjadi pada makam wali di berbagai daerah. Karena itu hal semacam ini tidak perlu dibesar-besarkan. Cukup dianggap sebagai karomah, dan berkah yang baik. Jangan berlebihan,” tandas Arwani.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1388 seconds (0.1#10.140)