Selama Ada Narkoba, BNN Akan Razia Tempat Hiburan Malam Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) DKI Jakarta akan terus menggelar razia di tempat hiburan malam. Pasalnya, tempat hiburan malam kerap dijadikan pengguna narkoba untuk mengonsumsi barang haram seperti ekstasi dan sabu.
Kabid Pemberantasan BNN DKI Jakarta Maria Sorlury mengatakan, perang terhadap narkoba harus dilakukan, tidak hanya oleh aparat penegak hukum dan pemerintah daerah, melainkan pemilik hiburan.
"Jadi gimana BNN mau berhenti menindak, kalau misalnya yang di tes urine positif mengonsumsi narkoba saja masih tinggi," kata Maria saat menjawab keluhan sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta (Aspija) di Dinas Pariwisata DKI Jakarta pada Jumat, 13 Oktober 2017 kemarin.
Maria mengungkapkan, mereka yang mengonsumsi narkoba kebanyakan merupakan pengunjung. Adapun barang haram yang kerap digunakan pengunjung tempat hiburan malam ialah sabu dan ekstasi. Bahkan ketika menggelar razia dan melakukan tes urine, BNN mendapati 75% yang di tes positif menggunakan narkoba.
Kondisi ini ā€ˇmenjadikan bahaya narkoba di Indonesia semakin besar. Ultimatum kepada pemilik hiburan pun dilontarkan BNN agar pemilik dapat tertib serta mengawasi peredaran dan konsumsi narkoba.
Meski demikian, Maria menegaskan tak semua tes urine narkoba selalu positif. Beberapa di antara tempat bahkan secara terbuka membiarkan petugasnya untuk melakukan tes urine. Hasilnya dari tes tersebut tidak ada satupun pengunjung maupun karyawan positif akan narkoba.
"Artinya tidak semua pengguna hiburan malam mengonsumsi narkoba. Ada beberapa tempat sekalipun sedikit tapi ketika kami lakukan tes urine, tidak ditemukan yang positif," tuturnya.
Maria menerangkan wilayah Jakarta Barat merupakan daerah yang paling banyak terdapat narkobanya. Perputaran narkoba diduga kuat digerakan oleh para karyawan tempat hiburan.
Dia pun mencontohkan saat melakukan razia di salah satu tempat hiburan malam, di sana karyawan hiburan menaruh barang bukti narkoba di kotak P3K sehingga tersamar seperti obat warung dan dokter.
"Setelah diperiksa di laboratorium, ternyata mengandung ekstasi," ucapnya. Belum lagi persoalan dengan manajeman. Beberapa tempat hiburan malam di antaranya terkesan enggan terbuka dan menutup diri. Bahkan manajer yang bertugas kemudian kabur dan engan mendamping saat petugas melakukan razia.
Kabid Pemberantasan BNN DKI Jakarta Maria Sorlury mengatakan, perang terhadap narkoba harus dilakukan, tidak hanya oleh aparat penegak hukum dan pemerintah daerah, melainkan pemilik hiburan.
"Jadi gimana BNN mau berhenti menindak, kalau misalnya yang di tes urine positif mengonsumsi narkoba saja masih tinggi," kata Maria saat menjawab keluhan sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta (Aspija) di Dinas Pariwisata DKI Jakarta pada Jumat, 13 Oktober 2017 kemarin.
Maria mengungkapkan, mereka yang mengonsumsi narkoba kebanyakan merupakan pengunjung. Adapun barang haram yang kerap digunakan pengunjung tempat hiburan malam ialah sabu dan ekstasi. Bahkan ketika menggelar razia dan melakukan tes urine, BNN mendapati 75% yang di tes positif menggunakan narkoba.
Kondisi ini ā€ˇmenjadikan bahaya narkoba di Indonesia semakin besar. Ultimatum kepada pemilik hiburan pun dilontarkan BNN agar pemilik dapat tertib serta mengawasi peredaran dan konsumsi narkoba.
Meski demikian, Maria menegaskan tak semua tes urine narkoba selalu positif. Beberapa di antara tempat bahkan secara terbuka membiarkan petugasnya untuk melakukan tes urine. Hasilnya dari tes tersebut tidak ada satupun pengunjung maupun karyawan positif akan narkoba.
"Artinya tidak semua pengguna hiburan malam mengonsumsi narkoba. Ada beberapa tempat sekalipun sedikit tapi ketika kami lakukan tes urine, tidak ditemukan yang positif," tuturnya.
Maria menerangkan wilayah Jakarta Barat merupakan daerah yang paling banyak terdapat narkobanya. Perputaran narkoba diduga kuat digerakan oleh para karyawan tempat hiburan.
Dia pun mencontohkan saat melakukan razia di salah satu tempat hiburan malam, di sana karyawan hiburan menaruh barang bukti narkoba di kotak P3K sehingga tersamar seperti obat warung dan dokter.
"Setelah diperiksa di laboratorium, ternyata mengandung ekstasi," ucapnya. Belum lagi persoalan dengan manajeman. Beberapa tempat hiburan malam di antaranya terkesan enggan terbuka dan menutup diri. Bahkan manajer yang bertugas kemudian kabur dan engan mendamping saat petugas melakukan razia.
(whb)