Menhub: Uji Coba Transjabodetabek Premium Bekasi-Senayan Kurang Maksimal

Selasa, 19 September 2017 - 12:59 WIB
Menhub: Uji Coba Transjabodetabek Premium Bekasi-Senayan Kurang Maksimal
Menhub: Uji Coba Transjabodetabek Premium Bekasi-Senayan Kurang Maksimal
A A A
BEKASI - Kementerian Perhubungan (Kemnhub) menilai uji coba sementara bus Transjabodetabek premium Bekasi City-Senayan selama dua pekan terakhir kurang maksimal dalam mengangkut jumlah penumpang. Akibatnya, transportasi massal ini masih kurang peminat.

”Masih kurang maksimal selama diuji coba, peningkatan jumlah penumpangnya masih belum pesat,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya saat melakukan uji coba Transjabodetabek di Mega City, Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Selasa (19/8/2017).

Budi melakukan pemantauan dari Jakarta menggunakan taksi, ternyata untuk sampai di Bekasi tidak sesuai waktu dengan menempuh perjalanan Jakarta Selatan menuju Mega City Bekasi melalui Tol Jakarta-Cikampek tanpa kawalan voordijer. Hasilnya, waktunya melesat sangat jauh setengah jam dari Bekasi, karena ada kepadatan lalu lintas di atas rata-rata yang harusnya ditempuh dengan waktu di bawah satu jam.

”Penyebabnya waktu tempuh perjalanan sulit dideteksi penumpang, jadi masyarakat kurang berminat,” kata Budi. Untuk menggunakan Transjabodetabek premium ini, lanjut dia, penumpang harus menggunakan minimal tiga moda transportasi dari Bekasi munuju Jakarta.

Idealnya cukup sekali saja dari tempat tinggalnya menuju ke tempat kerja. Untuk itu, harus dicarikan solusi agar peminatnya meningkat.
Budi mengaku, penumpang angkutan umum bus saat ini dirasakannya belum bisa memastikan waktu perjalanan akibat situasi kemacetan di atas rata-rata.

Soalnya, masyarakat harus gunakan tiga moda, yakni kendaraan pribadi menuju shelter bus Transjabodetabek dan kembali naik angkutan umum.
Untuk itu, Kemenhub akan melibatkan Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Bekasi untuk mengembangkan trayek point to point guna memangkas pemanfaatan moda transportasi melalui sistem point to point.

”Harus ada kesetaraan memanfaatkan moda transportasi,” ungkapnya.
Kerja sama itu, berupa pengembangan pola intensif angkutan bus darat berbasis korporasi di daerah yang diproyeksikan dapat menjangkau perjalanan masyarakat dari tempat tinggalnya langsung ke tempat kerja.
Misalnya, adanya Mass Rapid Transit (MRT), masyarakat bisa tetap gunakan bus. Sementara Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mencatat minat penumpang bus premium Transjabodetabek tersebut meningkat pada jam pulang kerja sore hari.

Namun, pengguna jurusan Bekasi Barat hingga Senayan, Jakarta ini belum maksimal. Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengatakan, volume penumpang pagi masih kecil, tapi saat jam kepulangan dari Jakarta ke Bekasi sudah 50% dari jumlah kursi yang terisi maksimal 40 penumpang.

”Artinya sudah mulai ada peminat bus premium ini,” katanya. Menurut Bambang, uji coba Transjabodetabek pada 7-20 September 2017 ditargetkan bisa memindahkan pengendara pribadi sebesar 50% kepada angkutan umum hingga tahun 2020.

Namun hingga 2016, pengguna angkutan umum di wilayah Bekasi dan Jakarta baru berkisar 13%. Hal itu, dilihat dari pergerakan kendaraan pribadi menuju ke Jakarta diprediksi mencapai 7 juta unit per hari.
Sehingga, BPTJ sangat membutuhkan 66 unit bus Transjabodetabek lagi untuk mengejar target 2020.”Kita ingin pindahkan penumpang dari Bekasi Barat dan Pondok Gede,” ungkapnya.

Saat ini, kendaraan pribadi yang melintasi GT Bekasi Barat mencapai 4.937 unit setiap hari dan GT Pondok Gede mencapai 3.348 unit per hari. Setelah uji coba tersebut, BPTJ akan memberikan fasilitas Jalur Khusus Angkutan Umum (JKAU) di bahu jalan tol.

Ketua Dewan Transportasi Kota Bekasi Harun Al Rasyid menilai opsi adanya unsur pemaksaan untuk memindahkan pengendara pribadi kepada angkutan umum dapat efektif menekan angka kemacetan lalu lintas di kota besar.”Kami melihat adanya unsur pemaksaan untuk meminimalisasi kemacetan,” tegasnya.

Harun mengatakan, jumlah pergerakan masyarakat di Kota Bekasi menuju Jakarta berdasarkan data yang diperolehnya pada kurun waktu 2015 mencapai total 550.000 orang setiap harinya.

Sebanyak 50.000 di antaranya memanfaatkan jalur kereta via Stasiun Bekasi dan Stasiun Kranji. Sedangkan 500.000 lainnya masih memanfaatkan kendaraan pribadi jenis mobil dan motor.

Namun, yang melintasi Gerbang Tol (GT) Bekasi Barat mencapai 2.000 unit setiap harinya.”Dari total 31 juta penduduk di Jabodetabek, baru 2% memilih beraktivitas menggunakan angkutan umum,” jelasnya.

Bahkan, di Jabodetabek ada sekitar 24 juta mobil dan motor pribadi, sebanyak 73% motor, 25% mobil. Untuk itu, pemerintah setempat mendorong peralihan pengendara pribadi kepada angkuta umum melalui beroperasinya bus Transpoatriot dalam waktu dekat ini.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6009 seconds (0.1#10.140)