Cerita Kekasih Kapten Perampokan di SBPU Daan Mogot

Rabu, 21 Juni 2017 - 18:04 WIB
Cerita Kekasih Kapten Perampokan di SBPU Daan Mogot
Cerita Kekasih Kapten Perampokan di SBPU Daan Mogot
A A A
JAKARTA - Kekasih SFL, kapten perampokan sekaligus eksekutor penembak Davidson Tantono di SPBU Daan Mogot, Jakarta Barat mengaku menyesal telah membantu kelasihnya melakukan aksi perampokan dan mencarikan tempat persembunyian. Selain cintanya kandas karena kekasihnya tewas, dia pun kini harus di penjara.

Kekasih SFL, RCL mengatakan, dahulu dia bekerja sebagai seorang pendamping karoke di salah satu tempat hiburan di Jakarta Pusat. Dia sudah lama bekerja di tempat karoke itu, menemani lelaki yang datang ke tempatnya bekerja.

"Di karaoke jadi LC. Itu sudah tahunan. Di Grand Menteng," ujarnya di Polda Metro Jaya, Rabu (21/6/2017).

Menurutnya, hari demi hari tampak jemu karena dia harus selalu menemani mereka yang datang untuk bernyanyi di tempatnya bekerja. Sampai akhirnya, dia mendampingi seorang tamu pria, yakni SFL. SFL pun selalu datang ke tempat karaokenya itu.

Saking seringnya menemani SFL berkaraoke, dia pun menjadi cinta pada SFL, begitu sebaliknya. Apalagi, SFL selalu bisa memberikan kebahagian tiap kali datang kesana padanya. "Kenal di karaoke," imbuhnya.

Keduanya lantas berpacaran, hingga akhirnya SFL melibatkan RCL dalam setiap aksi perampokan yang dilakukannya itu. RCL pun tak menolak karena sudah teramat dimanjakan oleh cinta SFL.

"Kalau uang, saya tidak pernah kebagian. Dia (SFL) cuma naruh di dompet untuk masak dan alat mandi, tapi kalau saya mau beli apa saja dibelikan sama dia," tuturnya.

Saat pelarian SFL ke kawasan Banyuwangi, Jawa Timur usai menembak mati David beberapa waktu lalu, RCL sempat menolak ikut. Namun, SFL mengancamnya sehingga membuatnya takut dan terpaksa mengikuti kekasihnya itu.

Kini, RCL tak lagi bisa hidup dengan kekasihnya karena sudah tewas ditembak polisi saag hendak ditangkap. Bahkan, untuk hidup bebas pun sudah tak bisa karena RCL harus mendekam di tahanan karena terlibat perampokan.

"Untuk Banyuwangi, pertama saya itu menolak ikut dia. Tapi saya terpaksa. Karena diancam suruh ikut, jangan mau enaknya doang katanya. Saya terpaksa ikut. Saya menyesal, kenapa saya sebodoh itu tidak tahu resikonya seperti ini," katanya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5938 seconds (0.1#10.140)