DTKJ Sarankan Agar Transjakarta Tetap Beroperasi 22 Juni 2017

Selasa, 13 Juni 2017 - 08:00 WIB
DTKJ Sarankan Agar Transjakarta Tetap Beroperasi 22 Juni 2017
DTKJ Sarankan Agar Transjakarta Tetap Beroperasi 22 Juni 2017
A A A
JAKARTA - Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) lakukan kunjungan kerja ke Koridor 13 (Ciledug-Tendean), Senin 12 Juni 2017. Meskipun banyak kekurangan, DTKJ menyarankan agar operasional koridor 13 tetap dijalankan pada 22 Juni mendatang.

Ketua DTKJ, Iskandar Abu Bakar mengatakan, berdasarkan hasil kunjungan kerja ke jalan layang sepanjang 9,3 kilometer, pihaknya masih banyak menemukan kendala infrastruktur, khususnya bagian titik putar di Cileduk. Dimana, letaknya relatif jauh dan lalu lintas yang tidak steril menjadi persoalan tersendiri.

Kendati demikian, Iskandar mempersilakan agar Transjakarta tetap dioperasikan secara terbatas, paling tidak siang hari untuk memperkenalkan kepada masyarakat.

"Secara keseluruhan infrastruktur baik. Ada juga beberapa tikungan cukup tajam dan beberapa tempat yang perlu dilebarkan. Nantinya kami akan analisa untuk bahan rekomendasi ke stakeholder terkait," kata Iskandar di lokasi.

Iskandar menjelaskan, selain menemukan kendala tersebut, DTKJ juga mencatat Transjakarta harus membuat time table yang pasti untuk kepastian jadwal. Pasalnya, saat bus berputar di Perumahan Puri Delta memakan waktu satu jam sendiri lantaran terjadi kemacetan menjelang buka puasa.

Untuk mengantisipasi itu, DTKJ menyarankan Transjakarta untuk memperpanjang jalur Koridor 13 hingga Ciledug. Selain untuk mengurai kemacetan diharapkan perpanjangan jalur bisa mengakomodir kebutuhan moda transportasi warga Tangerang.

"Ada baiknya buat time table supaya tepat jadwalnya. Lihat sendiri tadi bus berputar di Puri Delta butuh waktu satu jam sendiri," ungkapnya.

Pengamat Transportasi dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menjelaskan, Koridor 13 harus memperhatikan infrastruktur keselamatan. Idealnya, tangga darurat perlu dibangun di antara 12 halte yang ada. Jika tidak, korban kecelakaan tidak akan tertangani dengan cepat.

Koridor 13, kata Yayat, tidak ada persiapan khusus terkait penanganan saat kecelakaan. Tidak ada tangga darurat, sementara masing-masing halte berjarak agak berjauhan. Juga tidak ada persiapan ambulance yang disediakan di area jalan layang. Kecelakaan juga akan rentan terjadi karena lampu jalan belum kunjung dipasang.

"Upaya evakuasi ini nantinya memerlukanan penanganan sendiri. Jadi, bagaimana supaya pertolongan dapat dilakukan secepatnya. Kalau tidak ada ruang evakuasi bagaimana? Kalau harus menunggu ambulance cukup jauh naiknya harus dari Tendean atau Ciledug. Ini yang harus diperhatikan," ujarnya.

Sementara itu, Dinas Bina Marga, Yusmada Faizal menegaskan bahwa design koridor jalan layang itu merupakan kewenangan Dinas Perhubungan. Dia pun meminta agar media menayangkannya kepada PT Transportasi Jakarta mengenai operasional pada 22 Juni mendatang.

"Yang jelas kita sudah bangun halte dan fasilitasnya dan sudah dicek Transportasi Jakarta. Kalau dia kurang ya kita sempurnakan," pungkasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2669 seconds (0.1#10.140)