Budayawan Gelar Drama Kolosal Sejarah Kota Depok

Senin, 19 Desember 2016 - 23:38 WIB
Budayawan Gelar Drama Kolosal Sejarah Kota Depok
Budayawan Gelar Drama Kolosal Sejarah Kota Depok
A A A
DEPOK - Dewan Kesenian Depok (DKD) menggelar drama kolosal Opera Depok dalam Depok Night Parade (DNP) malam tadi. Drama kolosal ini menceritakan sejarah serta para pahlawan Kota Depok.

Jalanan di area Grand Depok City terutama depan panggung dipadati penonton pada Minggu, 18 November 2016 malam tadi. Opera yang mengambil tema sejarah Kota Depok ini, mampu membius penonton untuk menyimak alur cerita yang menampilkan tokoh-tokoh pahlawan Depok.

Ketua Umum DKD Nuroji mengatakan, salut akan antusiasme penonton yang mayoritas adalah warga Depok. Terlihat penonton menyimak jalan cerita, karena rasa ingin tahu siapa-siapa saja pahlawan dari Depok. Terbukti, sepanjang pertunjukkan tidak ada satu pun penonton yang beranjak dari tempatnya.

Nuroji mengungkapkan, warga Depok hanya tahu sejarah Depok pada cerita Cornelis Chastelin. Padahal ada juga kisah Gong si Bolong, yang dahulu kala ada seorang putri raja penyuka seni. Orang tuanya tidak menyukai sang putri pada dunia seni, hingga dikutuk menjadi gong.

Meski sudah bolong namun gong tersebut mampu mengeluarkan alunan suara yang indah. "Makanya namanya Gong si Bolong, itu ceritanya sebuah kutukan. Cerita zaman dulu kala," ungkap Nuroji kepada wartawan.

Nuroji menuturkan, penampilan 100 pemain yang terdiri penari dalam Opera Depok, patut diapresiasi. Apalagi pemain adalah warga biasa, yang belum memiliki pengalaman di dunia akting.

Kedepannya, Nuroji akan membuat pertunjukkan dengan menceritakan lebih detail pada satu tokoh. Misalkan Tole Iskandar dan kehidupannya. "Bisa berupa lenong atau apa saja, jadi lebih spesifik," ucapnya.

Dewan Kesenian Depok sendiri menampilkan lima kesenian dalam giat ini. Seperti melukis, teater, sastra, lawak, Gong si Bolong dan opera.
Pertunjukan yang disutradarai Asrizal Nur yang merupakan budayawan kondang. Sedangkan ide cerita dari Nuroji yang juga seorang budayawan Depok.

"Kami mengangkat sejarah Kota Depok agar warga Depok tidak lupa akan sejarah kotanya. Apalagi, yang menonton Depok Night Parade itu tak hanya dari Kota Depok," kata Nuroji.

Pertunjukan berdurasi 35 menit ini berisi cerita tentang perjalanan Kota Depok dari pertengahan Abad 16 saat ditemukannya Gong (Gong si Bolong) yang merupakan ikon Kota Depok tertua hingga Depok menjadi kota otonom dengan Wali Kota otonom pertama Badrul Kamal.

Dalam pertunjukan juga ditampilkan peran penting para tokoh dalam sejarah Kota Depok seperti Mat Depok, Margonda, Thole Iskandar dan JW Karundeng. "Diceritakan bagaimana seorang pejabat tinggi VOC, Cornelis Chastelein membeli tanah yang luas di Kota Depok pada akhir abad 17," ujarnya.

Dikisahkan pula bagian bagaimana terbentuknya nama-nama daerah, antara lain Pondok Cina. Ketua Harian Dewan Kesenian Depok Asrizal menambahkan, sudah saatnya Depok memperbanyak acara-acara kolosal, spektakuler dan bergizi yang melibatkan masyarakat sebagai pemain bukan sekedar penonton.

Sehingga kegiatan-kegiatan ini benar menjadi gerakan kebudayaan di Kota Depok. "Opera Depok diselengarakan tanda bantuan dana sepeser pun dari Pemkot Depok," kata Asrizal.

Sebelum opera dimulai, ratusan orang berkonvoi di sekitaran Kantor DPRD Depok. Mereka memakai aneka pakaian pawai. Ada yang memakai baju burung merak hingga Noni Belanda. "Di sini kita pawai sebagai bentuk ekspresi. Kalau bisa setiap tahun ada parade seperti ini," kata Rezky M Noor, salah satu peserta.

Wanita yang juga anggota DPRD Depok itu telah mempersiapkan kostum merak sejak dua pekan lalu. Untuk persiapan make-up sudah dilakukan sejak siang hari. Kesannya repot memang tapi kita semua suka," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9076 seconds (0.1#10.140)