Kawasan 3 in 1 Dihapus, Kemacetan Semakin Meluas

Selasa, 17 Mei 2016 - 00:08 WIB
Kawasan 3 in 1 Dihapus, Kemacetan Semakin Meluas
Kawasan 3 in 1 Dihapus, Kemacetan Semakin Meluas
A A A
JAKARTA - Penghapusan sistem 3 in 1 yang resmi dihapuskan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta, hari ini membuat sejumlah jalan protokol mengalami kemacetan parah.

Kendaraan roda empat sepeda motor berebut memenuhi sejumlah jalan. Sementara jalur transjakarta yang berada di tengah jalan protokol, masih belum steril. Akibatnya jalan yang semestinya menjadi lalu lalang transportasi umum, dipenuhi oleh kendaraan pribadi.

Pantauan SINDO, jalan yang dahulu merupakan kawasan 3 in 1 seperti jalan Gatot Subroto, jalan Thamrin, dan jalan Sudirman masih di penuhi kemacetan sejak jam sibuk, pagi di 07.00 WIB - 10.00 WIB, dan jam sore 16.00 WIB - 19.00 WIB. Para pengguna kendaraan, khususnya roda empat, berebut memenuhi jalan umum yang tak seimbang dengan luas kendaraan.

Tak hanya jalanan yang biasa menjadi 3 in 1, kemacetan juga meluas di beberapa jalan menuju area yang dahulunya 3 in 1, seperti Rasuna Said, Pejompongan, Mampang Prapatan, Tebet Raya, Pasar Minggu dan kawasan terjauh seperti Trunojoyo dan Senopati. Begitupun dengan lingkungan di sekitar kawasan Senayan, kepadatan kendaraan cukup terlihat di kawasan ini.

Sekalipun di lokasi, seperti perempatan Palmerah - S. Parman, Pejompongan, Semanggi, perempatan Rasuna Said - Gatot Subroto, hingga Pancoran terdapat petugas dari Dinas Perhubungan dan Transportasi DKI Jakarta, serta Satuan Lalu Lintas Polda Metro Jaya, namun keberadaanya tak mampu mengurangi jumlah kendaraan yang menumpuk.

Upaya rekayasa lalu lintas, dan buka tutup jalur selama beberapa menit di atas jalan Semanggi pun tak mampu menahan padatnya jalur lalu lintas. Malahan akibat upaya ini, kemacetan mengular tampak terlihat hingga ke perempatan Palmerah - S.Parman dan Pejompongan yang jaraknya hingga 500 meter.

Sekalipun SINDO menjajal jalanan ini dengan menggunakan sepeda motor, efektifitas waktu masih tidak terlihat. Sepeda motor yang biasanya di saat jalanan senggang mampu dicapai tiga menit dari kawasan lampu merah Palmerah hingga Semanggi, malah molor menjadi sekitar 30 menit.

Ananto (28) seorang pengguna motor menyayangkan dengan penghapusan 3 in 1. Pasalnya semenjak uji coba yang dilakukan pemprov dki bulan lalu, kondisi lalu lintas semakin padat. Busway yang saat sore hari hanya difokuskan untuk TransJakarta dan truk sampah semakin tak terkendali setelah puluhan kendaraan memasuki jalur selebar empat meter ini.

"Dulu, sekalipun padat, busway mash bisa dilalui motor. Setelah penghapusan 3 in 1 jalur busway harus berebut dengan kendaraan roda empat," tuturnya.

Gusti (38) pengguna motor lainnya mengatakan, tak hanya membuat sejumlah jalanan protokol mengalami kemacetan. Jalur alternatif di gang-gang pun tak luput dari kemacetan. Kendaraan roda berkumpul dan memenuhi sejumlah gang-gang sempit.

Kondisi ini diperparah dengan ikut sejumlah kendaraan roda empat yang menyusuri sejumlah jalanan alternatif. Akibatnya, kemacetan di jalan tembus dari kawasan SCBD hingga tembus ke Tandean pun menjadi tak terhindarkan.

Melihat kemacetan yang semakin parah, Gusti menyarankan agar pemprov tetap menggunakan 3 in 1. Selain mengurangi kepadatan jumlah kendaraan, lanjutnya, bisa menertibkan para pengguna kendaraan yang melanggar.

"Kalo dulu, polisinya aktif mas, begitu ada masuk busway di tilang. Ini yang membuat pengguna kendaraan lebih tertib," tuturnya.

Sementara itu, seorang polisi berpangkat Aiptu tak menampik penghapusan 3 in 1 telah membuat kemacetan semakin parah. Dahulu hanya sekitar kawasan semanggi yang mengalami kemacetan, kali ini, kemacetan telah meluas hingga ke arah Palmerah dan Senayan.

"Yah kalau sudah begini, kita hanya bisa memaksimalkan tenaga kita, petugas upayakan dengan buka tutup jalur," jelasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6347 seconds (0.1#10.140)