Petuah dan Fatwa Tokoh Agama Sangat Efektif Imbau Masyarakat Patuhi Prokes
Rabu, 07 Juli 2021 - 10:19 WIB
Ia menyebut ada rukhsah atau keringanan dalam salat yaitu boleh meninggalkan syariat seperti salat Jumat, mengganti dengan salat zuhur kalau dengan salat Jumat itu membahayakan nyawa manusia. Dalam Alquran jugadisebutkan ‘siapa bahwa yang menjaga satu nyawa, ia seperti menjaga seluruh umat manusia’.
”Sejauh ini saya melihat kontribusi edukasi itu sudah cukup besar dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, misalnya mengenai salat jumat, baik Majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun NU dan Muhammadiyah telah memustukan bahwa kalau di zona merah memang diperbolehkan untuk tidak salat Jumat dan bahkan dianjurkan untuk tidak salat Jumat,” tukasnya.
Selain itu, pria kelahiran Bondowoso, 21 Juni 1988 ini juga menyampaikan bahwa memang saat ini ada ketidakpercayaan di masyarakat. Hal itu disebabkan oleh banyaknya hoaks yang mengganggu kepercayaan masyarakat khusunya terhadap vaksin. Selain itu juga ketidakpercayaan kepada oknum-oknum pemerintah karena masyarakat melihat tampak tidak ada keseriusan dari pemerintah. Kemudian ada ketimpangan juga, ketidakadilan dalam penerapan Prokes tersebut.
”Banyak hoaks yang mengatakan jika di vaksin katanya akan sakit, kalau di vaksin katanya akan bisa dilacak dan lain sebagainya. Kemudian ada juga anggapan bahwa vaksin ini menyebabkan orang kemudian akan imun sehingga tidak akan kena (virus). Padahal vaksin kan fungsinya menambah kekebalan tubuh ketika kena virus. Maka cara mengatasinya adalah dengan edukasi,” jelasnya.
Menurutnya, harus ada edukasi hingga ke akar rumput, kemudian juga harus berbasis kepada komunikasi yang sifatnya kultral. Ia mencontohkan seperti ke orang madura, itu pakai bahasa Madura, ke orang Jawa pakai bahasa Jawa. Agar lebih mudah dipahami dan lebih mudah dipercaya.
”Komunikasi kultural itu tidak hanya secara bahasa, tetapi juga secara kebudayaan sesuai dengan kecenderungan kebudayaan masing-masing. Tidak bisa menggunakan edukasi yang masih umum seperti yang selama ini dilakukan,” pungkasnya
”Sejauh ini saya melihat kontribusi edukasi itu sudah cukup besar dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, misalnya mengenai salat jumat, baik Majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun NU dan Muhammadiyah telah memustukan bahwa kalau di zona merah memang diperbolehkan untuk tidak salat Jumat dan bahkan dianjurkan untuk tidak salat Jumat,” tukasnya.
Selain itu, pria kelahiran Bondowoso, 21 Juni 1988 ini juga menyampaikan bahwa memang saat ini ada ketidakpercayaan di masyarakat. Hal itu disebabkan oleh banyaknya hoaks yang mengganggu kepercayaan masyarakat khusunya terhadap vaksin. Selain itu juga ketidakpercayaan kepada oknum-oknum pemerintah karena masyarakat melihat tampak tidak ada keseriusan dari pemerintah. Kemudian ada ketimpangan juga, ketidakadilan dalam penerapan Prokes tersebut.
”Banyak hoaks yang mengatakan jika di vaksin katanya akan sakit, kalau di vaksin katanya akan bisa dilacak dan lain sebagainya. Kemudian ada juga anggapan bahwa vaksin ini menyebabkan orang kemudian akan imun sehingga tidak akan kena (virus). Padahal vaksin kan fungsinya menambah kekebalan tubuh ketika kena virus. Maka cara mengatasinya adalah dengan edukasi,” jelasnya.
Menurutnya, harus ada edukasi hingga ke akar rumput, kemudian juga harus berbasis kepada komunikasi yang sifatnya kultral. Ia mencontohkan seperti ke orang madura, itu pakai bahasa Madura, ke orang Jawa pakai bahasa Jawa. Agar lebih mudah dipahami dan lebih mudah dipercaya.
”Komunikasi kultural itu tidak hanya secara bahasa, tetapi juga secara kebudayaan sesuai dengan kecenderungan kebudayaan masing-masing. Tidak bisa menggunakan edukasi yang masih umum seperti yang selama ini dilakukan,” pungkasnya
(mhd)
tulis komentar anda