Istri Tak Jago Masak Jadi Alasan Tukang Roti di Bogor Lakukan Penganiayaan
Selasa, 05 Mei 2020 - 07:05 WIB
Foto: Ilustrasi/Dok SINDOnews
BOGOR - AA (37), tukang roti yang diringkus Polsek Parung Panjang, Kabupaten Bogor berdalih tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dituduhkannya berupa penganiayaan dan penyekapan terhadap SM (17) istri sirinya dipicu hal sepele.
Menurut Kapolsek Parung Panjang Kompol Nundun Radiaman, dari hasil penyidikan sementara, pelaku melakukan KDRT karena kecewa terhadap korban yang dinikahi sejak tiga tahun lalu dan tinggal bersama mengontrak rumah di Desa Kabasiran, Parung Panjang, ternyata tak bisa memasak.
"Pelaku ditangkap di kontrakannya sehari setelah korban penganiayaan melarikan diri. Saat hendak ditangkap pelaku berusaha melarikan diri," ujar Nundun, Senin (4/5/2020).
"Penganiayaan ini akibat dipahami suami atau pelaku bahwa korban itu tidak bisa masak akhirnya dia emosi dan kepala SM dijedotkan (membenturkan) ke dinding," tambahnya.
Korban yang sudah tak tahan dengan ulah suaminya yang kerap berbuat kasar itu memilih kabur karena juga sempat dikurung. Korban lantas meminta pertolongan warga sekitar dan saat ditemukan kondisi SM penuh luka-luka.
Tak lama berselang, SM menghubungi orangtuanya di Rangkasbitung, Banten. Mengetahui itu, keluarga SM langsung melaporkan kejadian penganiayaan ke pihak kepolisian. "Dia dikunci dari depan. Enggak keluar rumah selama setahun (sejak ngontrak)," kata Nundun.
Atas perbuatannya, AA dijerat Pasal 351 KUHP ayat 1 tentang tindak pidana penganiayaan.
Saban, Ketua RT003 Kompleks Griya Parung Panjang, Desa Kabasiran, Parung Panjang, Kabupaten Bogor menuturkan pelaku saat pertama kali datang merantau tidak pernah melaporkan keberadaan istrinya ke RT setempat.
Sejak itu pula warga tidak menaruh curiga terhadap pelaku lantaran dikenal baik dan rajin bekerja. Bahkan, pelaku juga tidak pernah melapor jika sudah menikah. Ketika dilihat di Kartu Keluarga (KK) statusnya pun memang belum menikah.
"Belum punya anak juga karena SM ini umurnya baru 17 tahun. Mereka sering pindah-pindah (ngontrak). Awal mulanya dia ke sini ngontrak, pengakuannya dia sendiri, enggak punya istri tapi infonya memang nikah siri," ujarnya.
Menurut Kapolsek Parung Panjang Kompol Nundun Radiaman, dari hasil penyidikan sementara, pelaku melakukan KDRT karena kecewa terhadap korban yang dinikahi sejak tiga tahun lalu dan tinggal bersama mengontrak rumah di Desa Kabasiran, Parung Panjang, ternyata tak bisa memasak.
"Pelaku ditangkap di kontrakannya sehari setelah korban penganiayaan melarikan diri. Saat hendak ditangkap pelaku berusaha melarikan diri," ujar Nundun, Senin (4/5/2020).
"Penganiayaan ini akibat dipahami suami atau pelaku bahwa korban itu tidak bisa masak akhirnya dia emosi dan kepala SM dijedotkan (membenturkan) ke dinding," tambahnya.
Korban yang sudah tak tahan dengan ulah suaminya yang kerap berbuat kasar itu memilih kabur karena juga sempat dikurung. Korban lantas meminta pertolongan warga sekitar dan saat ditemukan kondisi SM penuh luka-luka.
Tak lama berselang, SM menghubungi orangtuanya di Rangkasbitung, Banten. Mengetahui itu, keluarga SM langsung melaporkan kejadian penganiayaan ke pihak kepolisian. "Dia dikunci dari depan. Enggak keluar rumah selama setahun (sejak ngontrak)," kata Nundun.
Atas perbuatannya, AA dijerat Pasal 351 KUHP ayat 1 tentang tindak pidana penganiayaan.
Saban, Ketua RT003 Kompleks Griya Parung Panjang, Desa Kabasiran, Parung Panjang, Kabupaten Bogor menuturkan pelaku saat pertama kali datang merantau tidak pernah melaporkan keberadaan istrinya ke RT setempat.
Sejak itu pula warga tidak menaruh curiga terhadap pelaku lantaran dikenal baik dan rajin bekerja. Bahkan, pelaku juga tidak pernah melapor jika sudah menikah. Ketika dilihat di Kartu Keluarga (KK) statusnya pun memang belum menikah.
"Belum punya anak juga karena SM ini umurnya baru 17 tahun. Mereka sering pindah-pindah (ngontrak). Awal mulanya dia ke sini ngontrak, pengakuannya dia sendiri, enggak punya istri tapi infonya memang nikah siri," ujarnya.
(jon)
tulis komentar anda