Ini Keluh Kesah Penumpang APTB-Transjakarta
A
A
A
JAKARTA - Polemik soal bus Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) antara Pemprov DKI Jakarta dengan Organda DKI Jakarta membuat pengguna APTB menyampaikan keluh kesahnya.
Dalam email yang diterima Sindonews, Kamis (7/5/2015) dari Andreas Lucky Lukwira. Pengguna APTB ini mengatakan, sehari-harinya dirinya APTB jika headway Transjakarta jauh. Secara kenyamanan, APTB pun dinilai Andreas lebih nyaman dari Transjakarta.
"Saya yakin APTB akan lebih dibutuhkan bagi penumpang-penumpang yang rumahnya melintas DKI," ujarnya. Oleh karenanya Andreas berharap APTB tetap ada untuk menambah pilihan angkutan.
Soal tarif per kilometer, pengalaman Andreas selama lima tahun rutin naik Transjakarta, sistem ini membuat pramudi bekerja tanpa peduli penumpang. Seringkali Transjakarta istirahat atau isi BBG di jam sibuk, padahal halte sedang padat. Berubahnya target kerja dari penumpang ke per kilometer menyebabkan pramudi dan onboard tidak peduli terhadap penumpang yang tidak terangkut.
Organda bisa saja menyatakan setuju APTB hanya sampai ujung koridor, namun bagi penumpang hal itu akan memberatkan. Sampai ujung koridor pun Organda (operator) masih dapat pemasukan, Transjakarta pun akan mendapat tambahan penumpang. Namun bagi penumpang hal itu akan menambah pengeluaran/ongkos dan waktu tempuh karena harus berganti moda.
Pemprov DKI bisa saja sebut APTB salah dalam sistem BRT, namun faktanya APTB masih lebih baik dari Transjakarta. Oleh karenanya jika APTB ada kesalahan dalam aturan, harusnya dipikirkan bagaimana supaya APTB sesuai aturan baik dengan revisi Perda transportasi atau buat Perda/Pergub baru supaya APTB tetap bisa melayani penumpang dan tetap sesuai aturan.
Andreas menyarankan, pemerintah dan operator memikirkan kepentingan penumpang dalam mengambil keputusan. Bahkan Andreas berharap APTB diperbanyak, bukan untuk menyaingi Transjakarta tapi untuk menambah pilihan transportasi yang bisa digunakan masyarakat.
"Saya juga berharap supaya tarif integrasi APTB bisa kembali diberlakukan karena itu sangat memudahkan masyarakat," pintanya.
Dalam email yang diterima Sindonews, Kamis (7/5/2015) dari Andreas Lucky Lukwira. Pengguna APTB ini mengatakan, sehari-harinya dirinya APTB jika headway Transjakarta jauh. Secara kenyamanan, APTB pun dinilai Andreas lebih nyaman dari Transjakarta.
"Saya yakin APTB akan lebih dibutuhkan bagi penumpang-penumpang yang rumahnya melintas DKI," ujarnya. Oleh karenanya Andreas berharap APTB tetap ada untuk menambah pilihan angkutan.
Soal tarif per kilometer, pengalaman Andreas selama lima tahun rutin naik Transjakarta, sistem ini membuat pramudi bekerja tanpa peduli penumpang. Seringkali Transjakarta istirahat atau isi BBG di jam sibuk, padahal halte sedang padat. Berubahnya target kerja dari penumpang ke per kilometer menyebabkan pramudi dan onboard tidak peduli terhadap penumpang yang tidak terangkut.
Organda bisa saja menyatakan setuju APTB hanya sampai ujung koridor, namun bagi penumpang hal itu akan memberatkan. Sampai ujung koridor pun Organda (operator) masih dapat pemasukan, Transjakarta pun akan mendapat tambahan penumpang. Namun bagi penumpang hal itu akan menambah pengeluaran/ongkos dan waktu tempuh karena harus berganti moda.
Pemprov DKI bisa saja sebut APTB salah dalam sistem BRT, namun faktanya APTB masih lebih baik dari Transjakarta. Oleh karenanya jika APTB ada kesalahan dalam aturan, harusnya dipikirkan bagaimana supaya APTB sesuai aturan baik dengan revisi Perda transportasi atau buat Perda/Pergub baru supaya APTB tetap bisa melayani penumpang dan tetap sesuai aturan.
Andreas menyarankan, pemerintah dan operator memikirkan kepentingan penumpang dalam mengambil keputusan. Bahkan Andreas berharap APTB diperbanyak, bukan untuk menyaingi Transjakarta tapi untuk menambah pilihan transportasi yang bisa digunakan masyarakat.
"Saya juga berharap supaya tarif integrasi APTB bisa kembali diberlakukan karena itu sangat memudahkan masyarakat," pintanya.
(whb)