Remaja Dinilai Mudah 'Tertipu'
A
A
A
JAKARTA - Pola perekrutan dan penjualan pekerja seks komersial (PSK) melalui jejaring sosial sebagai kurang siap remaja menerima kemajuan teknologi. Artinya, mereka sangat mudah tergiur dengan iming-iming kemewahan dengan cara singkat.
"Bukan kemajuan teknologinya, tetapi kurangnya wawasan (ketidaktahuan) remaja. Sehingga mereka dengan mudah tertipu dengan tawaran itu," kata psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Farida Haryoko di Depok, Senin 27 April 2015.
Di sisi lain, kata dia, ada remaja yang sudah mengetahui pola perekrutan seperti itu. Namun, mereka ingin sesuatu yang lebih secara materi. Hal itu dipicu pula dari kurangnya pendidikan moral yang cukup dari keluarga.
"Karena untuk menjadi PSK bukanlah hal yang mudah bagi mereka yang sudah terbentuk nurani dan moralnya," ungkapnya.
Seharusnya, kemajuan teknologi tidak digunakan untuk hal demikian. Kemajuan teknologi harus dibarengi dengan kesiapan penggunanya agar bisa memahami dan menggunakan secara bijak. "Kalau kurang (wawasan) ya bisa jadi terjerumus," ujarnya.
"Bukan kemajuan teknologinya, tetapi kurangnya wawasan (ketidaktahuan) remaja. Sehingga mereka dengan mudah tertipu dengan tawaran itu," kata psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Farida Haryoko di Depok, Senin 27 April 2015.
Di sisi lain, kata dia, ada remaja yang sudah mengetahui pola perekrutan seperti itu. Namun, mereka ingin sesuatu yang lebih secara materi. Hal itu dipicu pula dari kurangnya pendidikan moral yang cukup dari keluarga.
"Karena untuk menjadi PSK bukanlah hal yang mudah bagi mereka yang sudah terbentuk nurani dan moralnya," ungkapnya.
Seharusnya, kemajuan teknologi tidak digunakan untuk hal demikian. Kemajuan teknologi harus dibarengi dengan kesiapan penggunanya agar bisa memahami dan menggunakan secara bijak. "Kalau kurang (wawasan) ya bisa jadi terjerumus," ujarnya.
(mhd)