Bocah Tewas Terjebak 20 Jam di Saluran Pembuangan Kolam
A
A
A
JAKARTA - Maulana Abdul Latif (12) tewas mengenaskan usai terjebak selama kurang lebih 20 jam di Diduga akibat kelalaian pengelola Kolam Renang Gelanggang Remaja (GOR) Grogol, seorang bocah tewas terseret di saluran pembuangan air. saluran sirkulasi tempat itu, Senin (27/4/2015).
Saat ditemukan sekitar pukul 07.20 WIB oleh petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Sudin Jakarta Barat, kondisi jenazah Abdul Latif telah membiru dan hitam pekat.
Kedua tangannya keatas dan telah kaku. Hingga saat ini, Jenazah Abdul sendiri tengah berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk di otopsi.
Informasi didapat, kejadian itu bermula saat Abdul dan delapan orang temannya berenang untuk menikmati liburan akhir pekan. Di kolam sedalam dua meter itu, Abdul dan beberapa rekannya iseng bermain di saluran sirkulasi secara bergantian.
Saat Abdul hendak mencoba masuk ke saluran, saluran sirkulasi khusus pembuang itu nyala dan menyeret dirinya hingga kedalam. Meski demikian, dua dari teman Abdul, Sofian (12) dan Amelia (10) telah melaporkan kejadian itu kepada pihak penjaga. Namun bukan direspon sigap, pihak pengelolah malah mengacuhkannya.
"Temannya bilang telah lapor ke penjaga kolam, tapi dicuekin dan diusir oleh penjaga itu," ujar Nanang Jokowi (40) ketua RT setempat.
Kepada SINDO, Nanang mengaku baru mengetahui ada yang tewas sekitar pukul 01.00 WIB Senin, saat kedua orang tua Abdul melaporkan kejadian itu ke dirinya. Mendapati hal itu, Nanang langsung melaporkan hal ini kepada pihak kepolisian dan Damkar.
Terpisah, Kasudin Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jakarta Barat, Pardjoko mengatakan demikian, ia mengaku bahwa sekitar pukul 02.00 WIB laporan adanya anak yang terjebak di dalam saluran air baru diterimanya.
"Kalo laporannya cepat, mungkin nggak sampai selama itu kami mengeluarkan jenazahnya," jelas Pardjoko.
Tak mudah bagi damkar untuk mengeluarkan jenazah Abdul dalam saluran. Selain harus melakukan pengurasan kolam menjadi satu meter, semprotan selang dengan tekanan 10 bar pun harus dilakukan pada saluran pembuangan untuk mendorong jenazah yang tersangkut, hingga akhirnya menjelang pagi jenazah dapat keluar tempat dirinya tersangkut.
Bersamaan, orang tua korban, Suratmi (50) menyayangkan dengan tidak sigapnya pengelolah kolam renang yang menganggap laporan sejumlah temannya Abdul dianggap mainan.
"Coba saja kalo misalnya mereka langsung cepat, mungkin nyawa anak saya bisa diselamatkan," tutur Suratmi dengan sedih.
Sementara itu, tentang dugaan adanya kelalaian yang dilakukan pihak pengelolah, Kepolisian Polsek Tanjung Duren masih melakukan penyidikan, empat orang termasuk penjaga masih dimintai keterangannya mengenai kejadian ini.
"Kami masih sidik, ada empat orang yang diperiksa, bisa jadi bertambah. Kalo soal penetapan tersangka, mungkin setelah penyidikan selesai," tutup Kanit Reskrim, AKP Maryadi.
Saat ditemukan sekitar pukul 07.20 WIB oleh petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) Sudin Jakarta Barat, kondisi jenazah Abdul Latif telah membiru dan hitam pekat.
Kedua tangannya keatas dan telah kaku. Hingga saat ini, Jenazah Abdul sendiri tengah berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk di otopsi.
Informasi didapat, kejadian itu bermula saat Abdul dan delapan orang temannya berenang untuk menikmati liburan akhir pekan. Di kolam sedalam dua meter itu, Abdul dan beberapa rekannya iseng bermain di saluran sirkulasi secara bergantian.
Saat Abdul hendak mencoba masuk ke saluran, saluran sirkulasi khusus pembuang itu nyala dan menyeret dirinya hingga kedalam. Meski demikian, dua dari teman Abdul, Sofian (12) dan Amelia (10) telah melaporkan kejadian itu kepada pihak penjaga. Namun bukan direspon sigap, pihak pengelolah malah mengacuhkannya.
"Temannya bilang telah lapor ke penjaga kolam, tapi dicuekin dan diusir oleh penjaga itu," ujar Nanang Jokowi (40) ketua RT setempat.
Kepada SINDO, Nanang mengaku baru mengetahui ada yang tewas sekitar pukul 01.00 WIB Senin, saat kedua orang tua Abdul melaporkan kejadian itu ke dirinya. Mendapati hal itu, Nanang langsung melaporkan hal ini kepada pihak kepolisian dan Damkar.
Terpisah, Kasudin Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jakarta Barat, Pardjoko mengatakan demikian, ia mengaku bahwa sekitar pukul 02.00 WIB laporan adanya anak yang terjebak di dalam saluran air baru diterimanya.
"Kalo laporannya cepat, mungkin nggak sampai selama itu kami mengeluarkan jenazahnya," jelas Pardjoko.
Tak mudah bagi damkar untuk mengeluarkan jenazah Abdul dalam saluran. Selain harus melakukan pengurasan kolam menjadi satu meter, semprotan selang dengan tekanan 10 bar pun harus dilakukan pada saluran pembuangan untuk mendorong jenazah yang tersangkut, hingga akhirnya menjelang pagi jenazah dapat keluar tempat dirinya tersangkut.
Bersamaan, orang tua korban, Suratmi (50) menyayangkan dengan tidak sigapnya pengelolah kolam renang yang menganggap laporan sejumlah temannya Abdul dianggap mainan.
"Coba saja kalo misalnya mereka langsung cepat, mungkin nyawa anak saya bisa diselamatkan," tutur Suratmi dengan sedih.
Sementara itu, tentang dugaan adanya kelalaian yang dilakukan pihak pengelolah, Kepolisian Polsek Tanjung Duren masih melakukan penyidikan, empat orang termasuk penjaga masih dimintai keterangannya mengenai kejadian ini.
"Kami masih sidik, ada empat orang yang diperiksa, bisa jadi bertambah. Kalo soal penetapan tersangka, mungkin setelah penyidikan selesai," tutup Kanit Reskrim, AKP Maryadi.
(ysw)