Gerobak Dorong Penjual Minuman Alkohol Mulai Menjamur

Minggu, 19 April 2015 - 02:34 WIB
Gerobak Dorong Penjual Minuman Alkohol Mulai Menjamur
Gerobak Dorong Penjual Minuman Alkohol Mulai Menjamur
A A A
JAKARTA - Ironi, disaat pemerintah pusat menekan peredaran minuman beralkohol di minimarket, dengan dikeluarkannya Permendag nomor 06/M-DAG/PER/1/2015, fenomena baru tentang jual beli minuman itu mulai bermunculan. Para PKL yang menggunakan gerobak dorong maupun permanen di pinggir jalan mulai menjamur menjual minuman keras (miras) itu.

Dalam berjualannya, para pedagang ini berkamuflase dengan menjual beberapa jenis obat kuat maupun alat pengaman seks lainnya, sehingga tidak terlihat menjual minuman beralkohol (mihol) bila kita sekilas memperhatikannya. Fenomena seperti ini banyak bermunculan di beberapa jalan di Jakarta Barat, seperti Jalan Hayam Wuruk, Gajah Mada, kawasan Taman Sari, hingga Tanjung Duren Raya.

Pantauan SINDO, Sabtu 18 April 2015, dalam menjual minumannya, baik jenis anggur maupun bir tergolong sangat cerdik. Display minumanan yang biasa kita temukan di Minimarket maupun warung klontong yang menyajikan minuman itu sama sekali tidak ditemukan.

Para pedagang menaruh dagangan di suatu tempat tersembunyi, seperti di bawah gerobak dorongnya, bagasi kendaraanya maupun di suatu tempat yang terpisah dari tempat jualanya.

Untuk pembelinya, tidak semua orang dapat membeli mihol dari mereka, hanya beberapa orang yang dianggap pelanggannya maupun orang dipercaya dapat membeli minuman di pedagang semacam ini. Sehingga, peredaran barang dagangnya hanya dijual dikalangan terbatas.

Rudi (35), salah seorang pedagang di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat mengakui, bila dirinya telah lama berjualan dengan gerobak dorongnya di kawasan itu. Namun untuk jualan mihol dirinya mengakui baru beberapa hari saja.

Bapak tiga anak ini mengakui berjualan secara sembunyi-sembunyi atas keluhan beberapa pelangganya yang mengakui sulit mencari minuman alkohol, terutama bir dalam dua pekan terakhir.

"Belum ada seminggu, satu botolnya (bir) saya jual Rp35 ribu. Kalau lagi ramai, kaya malam minggu maupun hari libur, saya bisa jual sampai tiga dus. Tapi kalau hari biasa paling banyak satu setengah dus," ungkap pria asal Palembang itu.

Kemudian, Ucok (27), salah seorang pedagang di kawasan Jalan Tanjung Duren Raya, Jakarta Barat. Hanya yang berbeda dari Rudi, Ucok berjualan di warung semi permanen dengan berkamuflase berjualan beberapa barang lainnya, seperti minuman dan makanan ringan khas warung.

Untuk pembelinya, dirinya mengaku cukup terbatas dan tidak semua orang mengetahui. Karenanya, untuk menjaga usahanya agar lama, dirinya tak sungkan untuk mengatakan 'tidak berjualan' mihol, bila ada pembeli mencurigakan.

Selain itu, dalam berjualan mihol, Ucok terbilang lihai, botol mihol baik jenis anggur maupun bir ia taruh di bawah sepeda motor matic yang terparkir tidak jauh dari warungnya itu.

"Kalau habis, yang tinggal ambil lagi ke rumah saja," ujarnya saat ditanya soal terbatasnya tempat penyimpanan mihol itu.

Meski demikian, dirinya mengakui dalam sepekan terakhir, pembeli mihol, terutama bir meningkat tajam. Bila sehari dirinya hanya menyiapkan satu dus. Kali ini, dua hingga tiga dus pun tak jarang habis terjual dalam waktu semalam.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5037 seconds (0.1#10.140)