Cegah ISIS, Sekolah di Depok Tambah Jam Pelajaran Agama
A
A
A
JAKARTA - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok mewaspadi peredaran buku-buku radikal guna mencegah penyebaran paham Islamic State of Iraq dan Syiria (ISIS). Disdik Kota Depok meminta pihak sekolah melapor jika ditemukan buku-buku tersebut.
"Cetakannya di pusat, Depok belum ditemukan. Kami antisipasinya saja, kami aktifkan kembali Rohis (Rohani Islam). Forum kesatuan pelajar Depok, kesatuan pelajar muslim," kata Kepala Disdik Kota Depok Herry Pansila, di Depok, Minggu (5/4/2015).
Herry meminta setiap setiap sekolah untuk menambah jam pelajaran agama. Setiap pekan biasanya tiga jam pelajaran agama, kini menjadi empat jam.
"Guru agama perannya ditingkatkan, minggu lalu kami sudah bersinergi dengan Kemenag (Keenterian Agama) tambah jam pelajaran agama di sekolah yang ada, lengkapi wawasan agama lebih komprehensif. Awalnya tiga jam per minggu, sekarang empat jam teori plus praktik," tuturnya.
Herry menjelaskan, setiap Rohis dan OSIS sekolah harus jadi duta membentengi para pelajar tentang paham ideologi menyesatkan. Sebab, lanjutnya, saran dari teman ke teman jauh lebih efektif. "Dari teman ke teman, lebih setia teman-teman sebaya, ketimbang gurunya," ujarnya.
Selain itu, kata dia, guru Bimbingan Konseling (BK) juga harus lebih mengenal karaktir siswa satu persatu. Pemahaman seputar ideologi yang benar dapat dilakukan melalui musik dan film.
"Sebenarnya kan tergantung gurunya lebih banyak visualisasi, tak harus berupa buku, bisa video, film, motivasi mereka. Bukan jadi pelajar yang rusak negara ini, libatkan guru-guru BK tiap sekolah. Guru BK tingkatkan kompetensi bukan guru agama saja. Bagaimana dikaitkan agama, pengayaan. Saling memberikan pengayaan," paparnya.
"Cetakannya di pusat, Depok belum ditemukan. Kami antisipasinya saja, kami aktifkan kembali Rohis (Rohani Islam). Forum kesatuan pelajar Depok, kesatuan pelajar muslim," kata Kepala Disdik Kota Depok Herry Pansila, di Depok, Minggu (5/4/2015).
Herry meminta setiap setiap sekolah untuk menambah jam pelajaran agama. Setiap pekan biasanya tiga jam pelajaran agama, kini menjadi empat jam.
"Guru agama perannya ditingkatkan, minggu lalu kami sudah bersinergi dengan Kemenag (Keenterian Agama) tambah jam pelajaran agama di sekolah yang ada, lengkapi wawasan agama lebih komprehensif. Awalnya tiga jam per minggu, sekarang empat jam teori plus praktik," tuturnya.
Herry menjelaskan, setiap Rohis dan OSIS sekolah harus jadi duta membentengi para pelajar tentang paham ideologi menyesatkan. Sebab, lanjutnya, saran dari teman ke teman jauh lebih efektif. "Dari teman ke teman, lebih setia teman-teman sebaya, ketimbang gurunya," ujarnya.
Selain itu, kata dia, guru Bimbingan Konseling (BK) juga harus lebih mengenal karaktir siswa satu persatu. Pemahaman seputar ideologi yang benar dapat dilakukan melalui musik dan film.
"Sebenarnya kan tergantung gurunya lebih banyak visualisasi, tak harus berupa buku, bisa video, film, motivasi mereka. Bukan jadi pelajar yang rusak negara ini, libatkan guru-guru BK tiap sekolah. Guru BK tingkatkan kompetensi bukan guru agama saja. Bagaimana dikaitkan agama, pengayaan. Saling memberikan pengayaan," paparnya.
(mhd)