Stasiun TV Disanksi KPI, Ahok Tanggapi Santai
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta menanggapi santai terkait sanksi yang dijatuhkan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berupa penghentian sementara segmen wawancara secara live pada program Kompas Petang.
"Aku sudah kontak Rossi (Pemimpin Redaksi Kompas TV) kok, BBM dia, sorry lah saya bilang. Makanya lain kali jangan kirim yang agak mancing lah, wawancara yang cewek aja lebih enak hehehe," canda Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (24/3/2015).
Pihak KPI sendiri sebelumnya mengatakan tidak bisa menegur narasumber dalam hal ini Ahok karena ini murni kesalahan dari stasiun televisi swasta tersebut. Akan tetapi, Ahok mengatakan kesiapannya jika dipanggil untuk dimintai keterangan.
"Enggak apa-apa paling saya bilang, saya kan sudah minta maaf jika (bahasa saya) menganggu anak-anak itu. Makanya ini bukan bela diri," ujarnya. Ahok menganalogikan, kasusnya seperti ketika seseorang naik bus terus tiba-tiba ada preman malam dan harta benda yang kita miliki.
Namun tiba-tiba ada seorang pemuda langsung berdiri memaki preman tersebut dengan bahasa kotor."Apakah kita sebagai penumpang akan meminta yang memaki-maki untuk turun bilang kalau kamu ucap bahasa kotor. Tapi enggak apa-apa harta kamu diambil sama preman tersebut. Kamu turunin yang mana, pemalak atau yang memaki-maki. Makanya ini logika, lihat konteksnya juga," tukasnya.
"Aku sudah kontak Rossi (Pemimpin Redaksi Kompas TV) kok, BBM dia, sorry lah saya bilang. Makanya lain kali jangan kirim yang agak mancing lah, wawancara yang cewek aja lebih enak hehehe," canda Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (24/3/2015).
Pihak KPI sendiri sebelumnya mengatakan tidak bisa menegur narasumber dalam hal ini Ahok karena ini murni kesalahan dari stasiun televisi swasta tersebut. Akan tetapi, Ahok mengatakan kesiapannya jika dipanggil untuk dimintai keterangan.
"Enggak apa-apa paling saya bilang, saya kan sudah minta maaf jika (bahasa saya) menganggu anak-anak itu. Makanya ini bukan bela diri," ujarnya. Ahok menganalogikan, kasusnya seperti ketika seseorang naik bus terus tiba-tiba ada preman malam dan harta benda yang kita miliki.
Namun tiba-tiba ada seorang pemuda langsung berdiri memaki preman tersebut dengan bahasa kotor."Apakah kita sebagai penumpang akan meminta yang memaki-maki untuk turun bilang kalau kamu ucap bahasa kotor. Tapi enggak apa-apa harta kamu diambil sama preman tersebut. Kamu turunin yang mana, pemalak atau yang memaki-maki. Makanya ini logika, lihat konteksnya juga," tukasnya.
(whb)