Ini Saran KPAI Bagi Remaja yang Merayakan Valentine
A
A
A
JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) perayaan Valentine yang dilakukan remaja kerap dilakukan dengan cara hura-hura. Seharusnya momen tersebut dilakukan dengan kegiatan yang lebih positif.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Susanto mengatakan, praktik perayaan Valentine Day yang dilakukan oleh kalangan remaja selama ini cenderung bersifat negatif. Mereka kerap merayakannya dengan berhura-hura, bersenang-senang tanpa makna sedikitpun.
Bahkan, lanjut dia, tak jarang para remaja itu merayakannya dengan melakukan hubungan intim di luar pernikahan sebagai simbol kasih sayangnya.Padahal, kebiasaan tersebut sangat jauh dari nilai moral dan pendidikan yang ada.
"Dengan kecenderungan praktek negatif seperti itu, kami bisa memahami adanya surat edaran yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan agar tidak merayakan Valentine Day," ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (14/2/2015). Sejatinya, tambah Susanto, para remaja dapat diarahkan pada pemahaman yang lebih positif.
Yakni dengan menanamkan semangat solidaritas yang tinggi pada siswa di sekolah untuk menolak adanya segala macam tindak kekerasan."Di sekolah, kita dapat menanamkan pendidikan anti-tawuran, bullying, dan segala macam bentuk kekerasan lainnya yang tidak bermanfaat. Sehingga, remaja pun memiliki kepribadian yang lebih progresif untuk masa depannya," ujarnya.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Susanto mengatakan, praktik perayaan Valentine Day yang dilakukan oleh kalangan remaja selama ini cenderung bersifat negatif. Mereka kerap merayakannya dengan berhura-hura, bersenang-senang tanpa makna sedikitpun.
Bahkan, lanjut dia, tak jarang para remaja itu merayakannya dengan melakukan hubungan intim di luar pernikahan sebagai simbol kasih sayangnya.Padahal, kebiasaan tersebut sangat jauh dari nilai moral dan pendidikan yang ada.
"Dengan kecenderungan praktek negatif seperti itu, kami bisa memahami adanya surat edaran yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan agar tidak merayakan Valentine Day," ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (14/2/2015). Sejatinya, tambah Susanto, para remaja dapat diarahkan pada pemahaman yang lebih positif.
Yakni dengan menanamkan semangat solidaritas yang tinggi pada siswa di sekolah untuk menolak adanya segala macam tindak kekerasan."Di sekolah, kita dapat menanamkan pendidikan anti-tawuran, bullying, dan segala macam bentuk kekerasan lainnya yang tidak bermanfaat. Sehingga, remaja pun memiliki kepribadian yang lebih progresif untuk masa depannya," ujarnya.
(whb)