Terduga ISIS Pamit Memperdalam Ilmu Agama
A
A
A
MAKASSAR - Enam terduga simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang ditangkap di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pernah belajar di Pondok Pesantren Madrasah Tahfizul Quran.
Lembaga pendidikan ini berada Jalan Manuruki, Sudiang Raya, Makassar, Sulawesi Selatan.
Pimpinan pesantren tersebut, Ustaz Muhammad Basri mengaku, di antara terduga simpatisan ISIS yang ditangkap tersebut merupakan muridnya karena pernah belajar di pesantren tersebut.
Menurutnya, dia tidak menghalangi orang yang ingin belajar agama kepada dirinya.
"Ya, benar mereka pernah belajar di pondok pesantren ini dan mereka memang benar ada murid saya," jelasnya kepada KORAN SINDO, kemarin.
Lelaki berjenggot putih ini mengaku, sebelum berangkat, muridnya tersebut sudah memberitahukan akan pergi memperdalam ilmu keagamaan ke sejumlah negara di Timur Tengah.
Ustaz Muhammad Basri mengungkapkan, muridnya tersebut tidak ingin belajar ilmu agama di Indonesia dengan alasan ulama tidak lagi mengajarkan ajaran yang sesuai dengan syariat. Selain itu, pemahaman yang dianut mereka tidak sejalan dengan pendapat ulama di negeri ini.
"Siapa pun yang ingin mencari dan memperdalam ilmu, tidak boleh dihalangi karena itu termasuk ibadah. Apalagi karena mereka merasa ilmu yang diajarkan di Indonesia sudah tidak sesuai dengan keyakinan. Hal itu sudah sering dilakukan murid-murid di pesantren ini dan pasti didukung," ujarnya.
Menurutnya, selain menuntut ilmu, kepergian murid-muridnya tersebut sekaligus untuk menenangkan jiwa. Alasannya, di negeri ini tidak tenang dan sering terjadi kekacauan. Dia mencontohkan baku tembak antara polisi dengan TNI.
Terkait penangkapan oleh Densus 88 di Jakarta, Ustaz Muhammad Basri mengaku sudah tahu. Namun, belum ada informasi resmi termasuk dari pihak yang berwajib.
"Ada bilang sama saya mereka ditangkap. Tapi saya belum dapat infonya," ujarnya menutup perbincangan.
Lembaga pendidikan ini berada Jalan Manuruki, Sudiang Raya, Makassar, Sulawesi Selatan.
Pimpinan pesantren tersebut, Ustaz Muhammad Basri mengaku, di antara terduga simpatisan ISIS yang ditangkap tersebut merupakan muridnya karena pernah belajar di pesantren tersebut.
Menurutnya, dia tidak menghalangi orang yang ingin belajar agama kepada dirinya.
"Ya, benar mereka pernah belajar di pondok pesantren ini dan mereka memang benar ada murid saya," jelasnya kepada KORAN SINDO, kemarin.
Lelaki berjenggot putih ini mengaku, sebelum berangkat, muridnya tersebut sudah memberitahukan akan pergi memperdalam ilmu keagamaan ke sejumlah negara di Timur Tengah.
Ustaz Muhammad Basri mengungkapkan, muridnya tersebut tidak ingin belajar ilmu agama di Indonesia dengan alasan ulama tidak lagi mengajarkan ajaran yang sesuai dengan syariat. Selain itu, pemahaman yang dianut mereka tidak sejalan dengan pendapat ulama di negeri ini.
"Siapa pun yang ingin mencari dan memperdalam ilmu, tidak boleh dihalangi karena itu termasuk ibadah. Apalagi karena mereka merasa ilmu yang diajarkan di Indonesia sudah tidak sesuai dengan keyakinan. Hal itu sudah sering dilakukan murid-murid di pesantren ini dan pasti didukung," ujarnya.
Menurutnya, selain menuntut ilmu, kepergian murid-muridnya tersebut sekaligus untuk menenangkan jiwa. Alasannya, di negeri ini tidak tenang dan sering terjadi kekacauan. Dia mencontohkan baku tembak antara polisi dengan TNI.
Terkait penangkapan oleh Densus 88 di Jakarta, Ustaz Muhammad Basri mengaku sudah tahu. Namun, belum ada informasi resmi termasuk dari pihak yang berwajib.
"Ada bilang sama saya mereka ditangkap. Tapi saya belum dapat infonya," ujarnya menutup perbincangan.
(zik)