DKI Tuan Rumah Baba Nyonya & Kondangan Peranakan Tionghoa
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia mengadakan Baba Nyonya Convention ke-27 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan budaya Tionghoa di Indonesia.
Adapun peserta konvensi berasal dari lima negara tetangga yakni, Malaysia, Thailand, Singapura Australia dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Selain mengadakan seminar, pada kegiatan ini juga ada bazar, mulai dari pakaian khas tionghoa, kemudian wayang potehi dan penampilan sejumlah artis.
Ketua Aspertina Andrew Susanto mengatakan, merasa bangga bisa dipercaya menjadi tuan rumah perhelatan besar seperti ini. Sebab selama 27 tahun, baru tahun ini Aspertina menjadi tuan rumah.
Andrew mengatakan, budaya peranakan Tionghoa bisa dikatakan unik, karena selalu memadukan budaya Tionghoa dengan budaya lokal.
Seperti tari topeng khas Betawi, merupakan perpaduan antara kebudayaan Jakarta dengan kebudayaan Tionghoa.
Tidak hanya mengadaptasi budaya lokal, peranakan Tionghoa juga mampu beradaptasi dengan kebudayaan eropa.
Kegiatan ini sendiri sudah dilaksanakan pada 1988 di Penang, Malaysia, dari kegiatan ini, perwakilan lima negara sharing mengenai perkembangan budaya Tionghoa yang sudah berasimilasi dengan kebudayaan lokal.
Adapun tema dari Baba Nyonya Convention kali ini adalah "Many Destinies United as One" di mana keberagaman budaya Tionghoa bersatu menjadi satu kesatuan.
Joseph 'Aji' Chen, anggota Dewan Pembina Aspertina mengatakan, acara Baba Nyonya Convention dan Kondangan Peranakan Tionghoa 2014 dilaksanakan selama tiga hari.
Pada hari pertama diadakan welcome party bagi seluruh peserta yang baru datang. Kemudian di hari kedua diadakan seminar The 27th International Baba Nyonya Convention 2014 serta Gala Dinner dan Fashion Show, pertunjukan wayang Tavip.
Dan acara hiburan. Di hari ketiga peserta akan mengikuti upacara perpisahan dan makan siang di Galangan VOC, Jakarta Utara.
Joseph mengatakan, tidak hanya budaya Betawi yang terinfluence dari budaya Tionghoa, tapi ada beberapa kata yang juga berasal dari Tionghoa, seperti kebanyakan orang Jakarta yang kerap menyebutkan nilai rupiah dalam bahasa Tionghoa.
"Seperti goceng, ceban, itu merupakan bahasa Tionghoa, namun saat ini sudah memasyarakat khususnya di kawasan DKI Jakarta," ujarnya.
Adapun peserta konvensi berasal dari lima negara tetangga yakni, Malaysia, Thailand, Singapura Australia dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Selain mengadakan seminar, pada kegiatan ini juga ada bazar, mulai dari pakaian khas tionghoa, kemudian wayang potehi dan penampilan sejumlah artis.
Ketua Aspertina Andrew Susanto mengatakan, merasa bangga bisa dipercaya menjadi tuan rumah perhelatan besar seperti ini. Sebab selama 27 tahun, baru tahun ini Aspertina menjadi tuan rumah.
Andrew mengatakan, budaya peranakan Tionghoa bisa dikatakan unik, karena selalu memadukan budaya Tionghoa dengan budaya lokal.
Seperti tari topeng khas Betawi, merupakan perpaduan antara kebudayaan Jakarta dengan kebudayaan Tionghoa.
Tidak hanya mengadaptasi budaya lokal, peranakan Tionghoa juga mampu beradaptasi dengan kebudayaan eropa.
Kegiatan ini sendiri sudah dilaksanakan pada 1988 di Penang, Malaysia, dari kegiatan ini, perwakilan lima negara sharing mengenai perkembangan budaya Tionghoa yang sudah berasimilasi dengan kebudayaan lokal.
Adapun tema dari Baba Nyonya Convention kali ini adalah "Many Destinies United as One" di mana keberagaman budaya Tionghoa bersatu menjadi satu kesatuan.
Joseph 'Aji' Chen, anggota Dewan Pembina Aspertina mengatakan, acara Baba Nyonya Convention dan Kondangan Peranakan Tionghoa 2014 dilaksanakan selama tiga hari.
Pada hari pertama diadakan welcome party bagi seluruh peserta yang baru datang. Kemudian di hari kedua diadakan seminar The 27th International Baba Nyonya Convention 2014 serta Gala Dinner dan Fashion Show, pertunjukan wayang Tavip.
Dan acara hiburan. Di hari ketiga peserta akan mengikuti upacara perpisahan dan makan siang di Galangan VOC, Jakarta Utara.
Joseph mengatakan, tidak hanya budaya Betawi yang terinfluence dari budaya Tionghoa, tapi ada beberapa kata yang juga berasal dari Tionghoa, seperti kebanyakan orang Jakarta yang kerap menyebutkan nilai rupiah dalam bahasa Tionghoa.
"Seperti goceng, ceban, itu merupakan bahasa Tionghoa, namun saat ini sudah memasyarakat khususnya di kawasan DKI Jakarta," ujarnya.
(whb)