Masih Ingat 'Ini Budi'? Ini Pencetusnya
A
A
A
JAKARTA - Masih ingatkah dengan buku "Ini Budi"? Buku ini menjadi acuan pembelajaran bahasa Indonesia untuk pendidikan dasar di era tahun 1980-an.
Buku bersampul cokelat dengan bentuk horisontal ini tidak hanya memuat rangkaian huruf tapi dilengkapi dengan visual. Dengan gambar sederhana, siswa di era tahun 1980-an dengan mudah mengerti dan memahami metode baca tersebut.
Sekadar mengingat, metode mengeja yang disebut sebagai sistem analisa sintesa itu, disekat per suku kata.
Ini Budi
Ini - Budi
I-ni Bu-di
I-n-i B-u-d-i
I-ni Bu-di
Ini - Budi
Ini Budi
Biasanya alat peraga tersebut ditulis dengan kapur di papan tulis hitam yang terbentang di depan kelas. Menggunakan penggaris kayu panjang, guru membimbing siswanya untuk membaca tulisan tersebut.
Alat peraga ini sempat menjadi acuan guru hampir di seluruh Indonesia. Saking melekatnya tokoh Si Budi, hingga kini jika mengenal orang yang namanya Budi selalu teringat dengan pelajaran Bahasa Indonesia tersebut.
Namun tahukah Anda siapa pembuat alat peraga dengan tokoh Budi tersebut? Hanya sedikit orang Indonesia yang mengetahuinya.
Siti Rahmani Rauf. Itulah nama pembuatnya.
Kini pengarang dan penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia tersebut sudah terlihat sepuh. Usianya saat ini menginjak 95 tahun.
Sindonews berkesempatan bertemu langsung dengan tokoh sejarah pendidikan ini beberapa waktu lalu.
Di kediamannya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, wanita kelahiran Padang 5 Juni 1919 ini masih mengingat perjalanan hidupnya hingga menulis buku panduan membaca tersebut.
Kunjungan Sindonews disambut oleh putri ketiganya, Hasrani Rauf. Sementara Siti Rahmani Rauf sedang beristirahat di ranjangnya.
"Nama asli ibu saya yaitu Siti Rahmani, diambil dari nama kakek saya Abdul Rahman. Sedangkan 'Rauf' diambil dari nama ayah saya yakni Abdul Rauf," kata Hasrani Rauf mengawali perbincangan.
Cukup lama Sindonews berbincang dengan Hasrani. Di tengah percakapan, Siti Rahmani Rauf terbangun.
"Silakan ditanya, apa yang bisa saya bantu," tutur Siti Rahman Rauf dengan lancar tanpa terbata-bata sedikit pun usai Sindonews memperkenalkan diri dan menjelaskan kunjungan.
Untuk menghormati, Sindonews memanggil tokoh ini Nenek Rauf.
Meski terlihat sehat di usia senjanya, Nenek Rauf harus terus berbaring di ranjang. Nenek Rauf menderita lumpuh sejak lima tahun terakhir.
Nenek Rauf masih memiliki ingatan kuat berkisah sejarah hidupnya. Bahkan saat ini Nenek Rauf masih menggeluti hobinya membaca.
Banyak yang dikisahkan Nenek Rauf soal hidupnya hingga pembuatan alat peraga "Ini Budi" yang melegenda itu.
Bersambung: Kisah Nenek Rauf Menempuh Pendidikan Guru di Zaman Belanda
Buku bersampul cokelat dengan bentuk horisontal ini tidak hanya memuat rangkaian huruf tapi dilengkapi dengan visual. Dengan gambar sederhana, siswa di era tahun 1980-an dengan mudah mengerti dan memahami metode baca tersebut.
Sekadar mengingat, metode mengeja yang disebut sebagai sistem analisa sintesa itu, disekat per suku kata.
Ini Budi
Ini - Budi
I-ni Bu-di
I-n-i B-u-d-i
I-ni Bu-di
Ini - Budi
Ini Budi
Biasanya alat peraga tersebut ditulis dengan kapur di papan tulis hitam yang terbentang di depan kelas. Menggunakan penggaris kayu panjang, guru membimbing siswanya untuk membaca tulisan tersebut.
Alat peraga ini sempat menjadi acuan guru hampir di seluruh Indonesia. Saking melekatnya tokoh Si Budi, hingga kini jika mengenal orang yang namanya Budi selalu teringat dengan pelajaran Bahasa Indonesia tersebut.
Namun tahukah Anda siapa pembuat alat peraga dengan tokoh Budi tersebut? Hanya sedikit orang Indonesia yang mengetahuinya.
Siti Rahmani Rauf. Itulah nama pembuatnya.
Kini pengarang dan penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia tersebut sudah terlihat sepuh. Usianya saat ini menginjak 95 tahun.
Sindonews berkesempatan bertemu langsung dengan tokoh sejarah pendidikan ini beberapa waktu lalu.
Di kediamannya di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, wanita kelahiran Padang 5 Juni 1919 ini masih mengingat perjalanan hidupnya hingga menulis buku panduan membaca tersebut.
Kunjungan Sindonews disambut oleh putri ketiganya, Hasrani Rauf. Sementara Siti Rahmani Rauf sedang beristirahat di ranjangnya.
"Nama asli ibu saya yaitu Siti Rahmani, diambil dari nama kakek saya Abdul Rahman. Sedangkan 'Rauf' diambil dari nama ayah saya yakni Abdul Rauf," kata Hasrani Rauf mengawali perbincangan.
Cukup lama Sindonews berbincang dengan Hasrani. Di tengah percakapan, Siti Rahmani Rauf terbangun.
"Silakan ditanya, apa yang bisa saya bantu," tutur Siti Rahman Rauf dengan lancar tanpa terbata-bata sedikit pun usai Sindonews memperkenalkan diri dan menjelaskan kunjungan.
Untuk menghormati, Sindonews memanggil tokoh ini Nenek Rauf.
Meski terlihat sehat di usia senjanya, Nenek Rauf harus terus berbaring di ranjang. Nenek Rauf menderita lumpuh sejak lima tahun terakhir.
Nenek Rauf masih memiliki ingatan kuat berkisah sejarah hidupnya. Bahkan saat ini Nenek Rauf masih menggeluti hobinya membaca.
Banyak yang dikisahkan Nenek Rauf soal hidupnya hingga pembuatan alat peraga "Ini Budi" yang melegenda itu.
Bersambung: Kisah Nenek Rauf Menempuh Pendidikan Guru di Zaman Belanda
(ysw)