Pemprov DKI Tidak Belajar dari JLNT

Jum'at, 03 Oktober 2014 - 11:17 WIB
Pemprov DKI Tidak Belajar dari JLNT
Pemprov DKI Tidak Belajar dari JLNT
A A A
JAKARTA - Rencana Pemprov DKI Jakarta tetap membangun enam ruas jalan tol dalam kota baru dikritik.

Pemprov dianggap tidak belajar dari hasil pembangunan ruas jalan layang non tol (JLNT) yang kenyataannya tidak mampu mengurai kemacetan di tengah kota.

Koordinator Traffic Demand Management (TDM) Achmad Syafrudin menuturkan, terakhir Pemprov DKI Jakarta menambah ruas jalan dengan membangun jalan layang non tol (JLNT) di Antasari-Blok M dan Kampung Melayu-Tanah Abang.

Kedua jalan layang itu ternyata tetap saja macet. Ketika pagi baru dibuka, malam kemacetan mengular panjang. Bahkan menambah titik kemacetan baru.

"Mestinya program transportasi Jakarta itu bukan ke jalan, tapi pembangunan angkutan massal," ujar Achmad Syafrudin di Jakarta, Jumat (3/10/2014).

Dari hasil pembukaan jalan layang itu mestinya ada evaluasi bagi Pemprov DKI Jakarta, bahwa penambahan jalan tidak memberikan hasil positif untuk mengurai kemacetan di Ibu Kota.

Sebagaimana diketahui enam ruas jalan tol yang akan dibangun tersebut terdiri atas ruas Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer (km), Sunter-Pulo Gebang sepanjang 9,44 km, Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 km, Ulujami-Tanah Abang sepanjang 8,70 km, Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,60 km, dan Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,15 km.

Pembangunannya akan dimulai di dua ruas, Semanan-Sunter dan Sunter-Pulo Gebang. Total investasi pembangunan jalan tol tersebut adalah sebesar kurang lebih Rp 41,17 triliun.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5358 seconds (0.1#10.140)